College of the Death

Cerita ini hanya fiksi. Kesamaan nama orang dan tempat hanya kebetulan belaka.
Kisah dalam Cerber ini kupersembahkan untuk Teman-teman KEMPONG

Chapter 1
What The Hell Happen??

            “Bunuh aku! Aku tidak mau jadi MONSTER!!!” teriak Faozan keras. Yessi segera merebut balok kayu dari tangan Yusuf dan berlari ke arah Faozan. “Aaaaaaaaaa!!” Jduag!! Yessi menghancurkan kepala Faozan dengan sekali pentungan dengan balok  kayunya. “Hosh... Hosh...” Yessi terduduk lemas, tak percaya dengan apa yang baru dilakukannya. Tiwi, Tika, dan Silvi tak sanggup melihat kejadian itu, mereka berpaling seolah tak melihat apa-apa. “Faozan... Faozan...” Balok kayu terlepas dari tangan Yessi, ia memandangi tangannya yang berlumuran darah. “Tidak apa-apa, Yes... Tidak apa-apa” Yusuf memandangi Yessi. “Ayo kita segera lari, sebelum para zombie itu muncul lagi!” teriak Tika ketakutan, dan benar saja, tiba-tiba para zombie muncul dari semua sudut, terhuyung-huyung berjalan mendekati mereka. “Jangan membuang waktu, ayo!” teriak Tiwi bersiap lari. “Ayo, Yes...” Yusuf menarik Yessi. Kelima anak itu segera berlari menjauhi para zombie yang mengejar mereka. “Yusuf, bukannya di ujung gang Kalimasada ini adalah jalan buntu?” ujar Silvi sadar. “Bukan, lebih tepatnya memang tak ada jalan karena kita akan masuk ke hutan” ujar Yusuf keras.
Jduag! Jduag! Inggar menendangi para zombie yang mencoba menyerang. “Kyaa!!!” teriak Tanti ketakutan. “Minggir kau, makhluk jelek!” Tony membanting kursi ke kepala zombie yang hendak menyerang Tanti. “Mereka ada dimana-mana. Bagaimana ini?” Handoko kebingungan, kekacauan terus terjadi di sekeliling mereka. “Hosh... Hosh...” Alim memegangi dadanya, ia merasa sesak. “Alim, kau tidak apa-apa?” tanya Fajar khawatir. Alim tak bersuara, ia hanya mengangguk pelan. “Ayo, kita harus lari dari sini” ujar Inggar mengajak teman-temannya terus berlari. Akhirnya Toni, Tanti, Handoko, Alim dan Fajar berlari mengikuti Inggar menuju rerumputan di depan B1. “Mereka lamban, asalkan kita terus bergerak, kita akan selamat” ujar Inggar pada teman-temannya. “Pegang ini” Tony memberikan balok kayu pada Tanti. “Jangan jauh-jauh dariku” ujar Toni pada Tanti. “Kyaaa... Kyaaa...” teriakan terus terjadi dimana-mana. Para zombie menyerang orang-orang disekitarnya dengan membabi buta. Rerumputan di depan B1 yang dulunya hijau kini berubah merah penuh dengan darah. “Kita mau berlari terus sampai kapan?” teriak Fajar keras. “Yang penting terus berlari!” ujar Inggar sambil menghabisi para Zombie yang menghalangi jalannya.
“Awas!!” Iqma berteriak keras memperingatkan teman-temannya. “Kita sudah hampir sampai di jembatan Cinta, tinggal sebentar lagi!” ujar Gallant menyemangati teman-temannya. Heru, Fina, dan Rima terus mengayunkan sapu dan raket ke arah Zombie yang hendak mendekat. “Aku takuuut...” Siwi berteriak keras di tengah teman-temannya. “Kita harus bertahan, kita tak boleh terkepung. Aku tidak mau mati disini” ujar Gallant menguatkan teman-temannya. Keenam anak itu terus berlari sepanjang Gang Kantil, menghindari para Zombie yang hendak menyerang mereka. “Di pintu jembatan cinta, ada zombienya juga!” ujar Iqma keras. “Serahkan padaku” Gallant berlari lebih kencang, dan Jduag!! Ia menendang dengan keras para zombie yang ada di pintu jembatan tersebut. “Awas!!!” Heru dan Fina segera mengayunkan sapu dan raket ke para Zombie yang hendak menyerang Gallant. “Terima kasih, Ayo!!” ujar Gallant terkejut. “Ayo Iqma dan Siwi, kalian harus bertahan!” Suci menyemangati kedua temannya itu. Keenam anak itu akhirnya meninggalkan Gang Kantil dan melewati jembatan cinta, masuk ke FBS.
“Fina... ayo angkat telponnya... kamu sudah sampai mana..” ujar Rina khawatir. “Rina, tenanglah” Rio mendudukkan Rina di kursi yang kosong di sebelahnya. “Percaya saja, mereka pasti baik-baik saja. Tugas kita hanya membukakan pintu bus ini ketika mereka sudah sampai” ujar Rio menenangkan. “Aahh... Ayah... Ibu...” Ifah menangis karena ia masih belum bisa menghubungi keluarganya. “Ifah, jangan menangis. Kamu harus kuat” ujar Aji smile menguatkan. Desti dan Hana yang daritadi duduk di belakang berjalan mendekati Ifah dan memeluknya. “Semua pasti akan baik-baik saja” ujar Hana menenangkan. Nanang masih memandang kondisi luar dari kaca bus UNNES yang kini mereka gunakan sebagai tempat berlindung. Kekacauan masih terus terjadi, darah berceceran dimana-mana. Para zombie kini berada persis di pinggir bus, mencoba menggedor-gedor bus UNNES. Orang-orang di dalam bus masih tampak panik, mereka berdoa sambil meringkuk dan ada yang terus mondar-mandir kebingungan. “Teman-teman, nampaknya kita harus segera meninggalkan tempat ini” ujar Nanang pada Rio dan yang lainnya. “Tidak bisa! Fina dan yang lain sedang menuju bus ini” tolak Rina segera. “Lalu sekarang mereka dimana?” tanya Nanang pelan. “Aku tidak tahu, tapi Fina bilang dia dan yang lain akan menuju kesini” ujar Rina bersikeras. “Kalau kita terus disini, aku tak yakin bus ini akan bertahan. Jadi kita harus segera pergi dari sini” ujar nanang lagi. “Kurasa kita harus menjemput Fina dan yang lain, setidaknya bus ini harus bergerak, tidak diam saja disini. Benar kata Nanang, kalau bus ini terus diam saja disini, lama-lama bus ini akan jatuh bila para zombie yang lebih banyak berhasil mendorong jatuh bus ini” ujar Aji smile pelan. “Sebentar, akan kucoba hubungi Fina lagi” ujar Rina menelan ludah.
Aji menghantamkan balok kayu ke kepala zombie Fanny yang hendak menyerang mereka. “Berhasil...” ujar Aji ngos-ngosan. “Lalu sekarang kita mau kemana? Mengendarai motor ataupun mobil sepertinya bukan ide yang baik” ujar Vian tak percaya dengan kekacauan yang masih terus terjadi di sekeliling mereka. “Cari tempat bersembunyi!” ujar Angga cepat. “Setidaknya kita harus cari tempat yang tak bisa diterobos oleh para Zombie ini” ujar Rumiana mengingatkan. “Kita ke FBS saja” ujar Mey tiba-tiba. “Apa kau yakin disana lebih aman daripada disini?” ujar Rima ragu. “Setidaknya kita harus punya tujuan daripada kita berlari tak tentu arah seperti ini” ujar Mey lagi. “Mungkin B6 bisa menjadi tempat berlindung untuk kita” ujar Vian sependapat. “Baiklah, ayo kita kesana” ujar Angga akhirnya setuju. “Tapi teman-teman..” Ghaida menunjuk sepanjang Gang Kantil yang penuh dengan Zombie. “Kalau begitu kita lewat Gerbang Depan UNNES saja” ajak Angga segera. Ketujuh anak itu segera berlari di pinggir jalan raya sambil menghantam para zombie yang hendak menyerang mereka.
Jduag! Jduag! Inggar berhasil membuat celah diantara kerumunan Zombie yang hendak menerkamnya. “Inggar, kau baik-baik saja?” Toni dan Fajar segera membantu Inggar melawan para Zombie. “Menjijikkan sekali” ujar Fajar melihat para Zombie yang berlumuran darah terus mengerubungi mereka. Kita harus terus berlari, mereka semakin mendekat” ujar Alim kebingungan. “Teman-teman!!” tiba-tiba Heru, Iqma, Fina, Siwi, Gallant, dan Suci muncul. “Kalian baik-baik saja?” teriak Handoko merasa lega bisa melihat teman-temannya yang lain. “Inggar, awas!!” Gallant dan Heru segera melindungi Inggar dari zombie yang hendak menyerang. “Gawat, lama-lama kita terkepung. Kita harus keluar dari lapangan B1 ini” ujar Fajar keras. “Teman-teman, kita harus menuju bus UNNES yang disana!” Fina menunjuk bus UNNES yang terparkir di depan PKM. “baiklah, ayo kita kesana!!” teriak Inggar pada yang lainnya. “Kyaaa...” Suci berteriak keras melihat orang-orang berjatuhan dari gedung B8. Siwi dan yang lainnya menatap ke atas, tampak kekacauan di dalam lantai 2 dan 3 Gedung B8, dan banyak orang yang memilih untuk terjun. “Sudah, tak ada waktu untuk mengalihkan perhatian, kita harus terus bergerak!” ujar Gallant pada yang lain. “Iya, ayo!” Toni berlari bersama Inggar memimpin rombongan kecil mereka menuju bus UNNES.
“Lihat! Mereka datang!” ujar Rina memandangi Fina dan yang lain yang tengah berlari ke arah bus UNNES. “Bagus, akhirnya mereka datang juga” ujar Nanang senang. Ia segera duduk di kursi supir dan menghidupkan bus. “Nanang, kamu mau apa?” ujar Rina terkejut. “Jangan khawatir, aku tidak akan meninggalkan mereka. Aku hanya akan menggerakkan bus ini beberapa meter ke depan, karena kalau dalam posisi sekarang yang dikerumuni oleh Zombie, kita tak akan bisa membukakan pintu bus ini ke mereka” beritahu Nanang panjang lebar.
“Busnya bergerak!” ujar Alim terkejut. “Apa bus itu akan meninggalkan kita?” ujar Siwi tak percaya. “Bukan, tak mungkin Rina dan yang lain meninggalkan kita” ujar Fina keras. “Sepertinya mereka mencoba bergerak beberapa meter saja agar mereka bisa menghindari para Zombie yang mengerubuti bus itu dan agar mereka bisa membukakan pintu bus untuk kita” tebak Gallant. “Sudah, yang penting kita harus tetap berlari kesana” ujar handoko pada yang lainnya
“gawat, busnya remnya blong... Aku tak bisa menghentikannya” ujar Nanang panik. “Hlo, bagaimana bisa?” Desti terkejut mendengar kata-kata Nanang. “Kita sudah cukup jauh dari para zombie itu dan sudah waktunya kita membuka pintu bus ini” ujar Rina pada yang lainnya. “Tidak bisa, bus ini masih dalam keadaaan berjalan. Terlalu berbahaya” ujar Nanang menolak. “Sial, bus yang sebelumnya kita kira dapat menyelamatkan kita malah jadi begini” ujar Aji smile kesal. Bus UNNES terus bergerak hingga melewati Dekanat dan menuju pintu masuk. “Kita sudah terlalu jauh meninggalkan mereka” ujar Rina panik melihat Fina dan yang lainnya terus mengejar bus UNNES.
“Apa yang terjadi, kenapa bus itu terus bergerak?” ujar Gallant tak percaya. “Apa mereka benar-benar ingin meninggalkan kita?” Heru terkejut. “Aku... tidak kuat lagi...” Alim ambruk, ia terus memegangi dadanya. Para zombie dibelakang mereka makin mendekat, lalu ditambah zombie di depan mereka. “Kita terkepung” ujar Inggar menelan ludah. “Aku belum mau mati! Kita tak boleh menyerah, teman-teman!” Fajar segera menyerang para zombie di depan mereka. “Iya, kita tak boleh kalah!” teriak Gallant kembali menyemangati teman-temannya yang lain. “Alim, bertahanlah” Iqma dan Siwi mencoba memapah Alim.
“Awaaaas!!!” Jdag!!” Nanang menabrakkan bus UNNES ke tiang listrik di dekat pintu gerbang. Bus UNNES berhenti dan tiang listrik itu rubuh menghantam jembatan menuju embung dan membelahnya menjadi dua. “Matilah kita...” ujar Desti ketakutan. Tiba-tiba seseorang membuka pintu bus, lalu banyak orang yang sebelumnya bersembunyi di dalam bus kini berhamburan keluar. Desti yang ketakutan pun bergerak menuju pintu keluar. “Jangan keluar!” teriak Nanang keras. Rio tiba-tiba menarik lengan Desti dan mendudukkannya di kursi. “Jangan pergi, tempat ini lebih aman daripada di luar sana” ujar Rio pada Desti. “Ayo tutup lagi pintunya” Hana dan Aji smile segera menutup pintu bus yang sempat terbuka. “Nanang, bagaimana ini? Kita tak bisa terus bersembunyi disini” ujar Ifah ketakutan. “Untuk saat ini, bus UNNES ini adalah tempat paling aman disini” ujar nanang yang beranjak dari kursi kemudi. “Fina dan yang lain...” Rina memandangi teman-temannya yang masih di luar.
“Kurasa gazebo di embung itu bisa kita gunakan sebagai tempat perlindungan karena jembatannya sudah terbelah jadi dua, jadi tak mungkin para Zombie itu bisa menyeberang apalagi meloncat” ujar Gallant pada teman-temannya. “Lihat, orang-orang yang sebelumnya berada di dalam bus UNNES kini berhamburan keluar” ujar Iqma menunjuk orang-orang yang berlarian. “Aku tidak melihat Rina” Fina mencoba mengenali setiap orang yang berpapasan dengannya. “Sudahlah Fin, kita lupakan saja bus UNNES itu, sudah tidak aman lagi” Tanti memandangi wajah Fina yang kebingungan. “Ayo teman-teman!” Inggar memimpin di depan, ia meloncat melewati tiang listrik yang membelah jembatan menuju gazebo embung. Satu persatu teman-temannya yang lain berhasil melompat. “Aku... tidak bisa” ujar Alim tak sanggup. “Ayo Al, kamu pasti bisa” Siwi menyemangati Alim. “Sudah, kalian pergi saja, tinggalkan aku” ujar Alim tak kuat. “Kamu pasti bisa” Iqma terus memegang tangan Alim. “kalian duluan. Serahkan Alim padaku” ujar Fajar pada Iqma dan Siwi. “Bagaimana ini? Alim tidak bisa melompat” ujar Suci yang kini sudah berada di gazebo embung. “Sepertinya Fajar sudah punya cara” ujar Gallant sambil memandangi Siwi dan Iqma yang bergantian melompati jembatan. Para zombie makin mendekat, mencoba mengejar Fajar dan Alim yang masih belum melompat. “Alim, akan kegendong kau” Fajar segera menggendong Alim dan bersiap-siap melompat. “Satu... Dua... Tiga!” Fajar pun melompat tapi kakinya tergelincir sehingga secara reflek ia pun jatuh tapi sebelum itu ia berhasil melemparkan Alim ke tepi jembatan yang satunya dan Byuuur!!! Fajar terjatuh di embung. “Fajar!!!” teriak Alim keras. Para zombie pun menceburkan diri di embung karena tak bisa melompat. Jbyuuur... Jbyyuuuur... Para zombie seketika membanjiri embung. Fajar berusaha berenang menghindari para zombie yang berjatuhan dan tenggelam disekitarnya. “Fajar, kau baik-baik saja?” teriak Heru keras. “Aku baik-baik saja!” jawab Fajar kesulitan berenang. “tidak ada tali. Bagaimana ini?” Toni bingung bagaimana menolong Fajar. Para zombie terus berjatuhan di embung dan kini Fajar makin terdesak. “Fajar!!!!” teriak Alim tak mampu berbuat apa-apa.
“Mesinnya masih bisa berfungsi” ujar Aji smile pada teman-temannya. “Kita masih bisa mengendarai bus UNNES ini” ujarnya lagi. “Terlalu berbahaya. Mengendarai kendaraan yang tak ada remnya sama saja dengan bunuh diri” ujar Rio mengingatkan Aji smile. “Aku ingin keluar, aku ingin menolong mereka” ujar Rina yang hanya mampu melihat Fina dan yang lainnya di luar sana mencoba bertahan hidup. “Jangan Rina, terlalu berbahaya” cegah Nanang. “Aku tak sanggup berdiam diri disini terus sementara teman-temanku di luar sana sedang terancam nyawanya” ujar Rina yang mencoba membuka pintu bus. “Rina!!” teriak Nanang keras tapi Rina segera keluar dari bus. “Kalian semua tetap disini, aku akan coba mengajak Rina kembali” ujar Nanang pada yang lainnya. “Nanang, seharusnya kamu juga mencoba untuk menyelamatkan yang lainnya juga” ujar Hana pelan. Nanang diam saja, kemudian beranjak keluar dari bus.
“Fina! Siwi! Teman-teman!!” teriak Rina dari pinggir embung. “Rina!!!” balas Siwi berteriak pada Rina. Para zombie dengan cepat mengerubungi Rina. “Awas Rin!!” teriak Fina keras. Jdag! Jdag! Tiba-tiba Angga, Aji, Mey, Ghaida, Rumiana, Rima, dan Vian muncul menolong Rina. “Banyak sekali zombienya” ujar Vian sambil terus menyerang para zombie disekitar mereka. “Teman-teman! Ayo mauk ke dalam bus ini!!!” Nanang berlari ke arah mereka. “Bus??” Rumiana memandang bus yang tak jauh dari posisi mereka. “Yang cewek masuk saja dulu ke bus, kami akan tetap disini mencoba menyelamatkan mereka” ujar Angga pada teman-temannya. Ghaida, Mey, Rima dan Rumiana segera berlari menuju bus UNNES dan masuk ke dalamnya. “Lalu bagaimana rencana kita untuk menyelamatkan mereka? Eh... Bukankah itu Fajar?” ujar Aji yang baru menyadari kalau Fajar tengah berjuang untuk bertahan hidup dengan berenang di embung.  “Fajar!!!” teriak Vian keras. “Teman-teman, lemparkan kabel dari tiang listrik itu ke embung!!” teriak Fajar keras. “Apa?” ujar Nanang tak percaya dengan kata-kata Fajar. “Itu bodoh! Kau sama saja bunuh diri!” teriak Gallant dari gazebo embung. “Aku... sudah tergigit..” ujar Fajar sambil meneteskan air mata. “Lebih baik aku mati sebagai manusia daripada aku mati sebagai monster!!” teriak Fajar keras. “Tidak, kami tak bisa melakukannya” teriak Vian menolak. “Tapi aku bisa melakukannya” Nanang segera berlari ke arah kabel listrik yang terjuntai di dekat mereka. “Nanang, apa yang kau lakukan?” teriak Vian mencoba mencegah Nanang. “Vian, sudah! Tidak ada cara lain lagi! Sadarlah, Fajar sudah tergigit, dia akan menjadi zombie!” Aji memegangi Vian dengan erat. “Fajar, bersiaplah!! Ini akan menyakitkan!!” teriak nanang keras. “lakukan!!” teriak Fajar keras. “jangan!!!” Alim berteriak keras. Nanang pun melemparkan kabel listrik itu ke embung dan... Bzzzztttt... Bzzzztttt... Ctaaaar!!! Air di embung bergolak keras, aliran listrik seketika menyebar melalui air, membakar setiap makhluk yang ada disana, termasuk... “Fajar!!!!”
“tidak, apa yang sebenarnya terjadi?” ujar Rio menelan ludah, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Rumiana, Ghaida, Mey, Rima, Ifah dan Hana duduk di bagian bus paling belakang, mereka berdoa bersama-sama. “Aji, bagaimana?” ujar Desti pada Aji smile yang kini menguasai kemudi bus. “Remnya kembali berfungsi normal. Tidak seperti tadi, sekarang remnya berfungsi” ujar Aji smile tak percaya. Bus UNNES pun bergerak pelan.
Tubuh Fajar yang gosong pun mengapung diatas air. “Ayo kita pergi darisini. Lihat, busnya sudah bergerak lagi!” teriak Iqma menunjuk Bus UNNES. “Apa yang terjadi, busnya...” ujar Nanang tak percaya. Pintu bus tiba-tiba terbuka dan Rio turun. “Teman-teman, ayo naik! Rem busnya sudah berfungsi lagi!” beritahu Rio keras. “Teman-teman, ayo kesini!” Rina meneriaki teman-temannya yang kini kembali melompati jembatan yang terbelah. “Gawat, lihat!!” Handoko menunjuk embung. Para zombie yang sudah gosong itu kembali bergerak, mereka masih belum mati. “Ayo, kita harus cepat. Para zombie kembali muncul dari segala penjuru” ujar Gallant pada teman-temannya. Alim yang tak kuat kembali terduduk, ia menekan dadanya yang terasa sesak. “Alim, ayo... kamu pasti bisa melompat” Suci menyemangati Alim. “Ayo Alim!” teriak Rina dari tepi embung. “Aku tak bisa terus merepotkan kalian seperti ini... Aku hanya akan mejadi penghambat kalian” ujar Alim meneteskan air matanya. “Kamu bukan penghambat, Alim. Kenapa bicara seperti itu” ujar Heru mencoba menggendong Alim. “Tidak... Aku tidak mau” Alim menolak. “Alim, kenapa?” tanya Tanti terkejut. Alim bangkit dengan perlahan, ia mengusap air mata di pipinya lalu tersenyum. “Terima kasih teman-teman, tapi aku Cuma bisa sampai disini. Maafkan aku...” ujar Alim sesenggukan. “Alim...” Siwi terkejut mendengar kata-kata Alim. “Maaf...” Alim tiba-tiba menghadap embung lalu terjun dan Byuurr!!! Dan tubuh Alim tak tampak lagi. “Alim!!!!” teriak Suci keras.
“Alim!!!” Rina tak percaya Alim baru saja bunuh diri, kedua temannya mati di depan matanya. Rina terduduk lemas. “Rina, kamu tak boleh lemah seperti ini!” Rio membangkitkan kembali tubuh Rina. “Fajar... Alim...” Rina tak mampu lagi menahan tangisnya. “Teman-teman, ayo!!!” Gallant menunggui teman-temannya yang lain satu persatu melompat hingga habis. Anak-anak itu segera berlari ke arah bus yang kini sudah berhenti. Hana membukakan pintu bus dan anak-anak itu segera masuk. Para zombie tak sempat lagi mengejar mereka karena Aji smile kembali menggerakkan bus. “Apakah semuanya sudah di dalam?” teriak Nanang pada teman-temannya. “Akan kuhitung” Nanang menghitung jumlah teman-temannya yang berada di bus. “Ada 24”
“Kyaaaa!!! Kyaaa!!!” teriakan masih terdengar dimana-mana, kekacauan masih terus terjadi. Yusuf, Silvi, Yessi, Tika dan Tiwi kini sudah berada di ujung Gang Kalimasada. “Setelah ini adalah hutan, aku mengajak kalian lewat sini karena kupikir tidak mungkin ada zombie yang berada di hutan, karena manusia pun jarang yang melewati hutan ini” ujar Yusuf memberitahukan alasannya mengajak teman-temannya menuju hutan. Para zombie dibelakang mereka ternyata terus mengejar dan kian mendekat. “Yusuf, kita harus tetap berlari” ujar Tika ketakutan. “Para zombie itu seakan tak mau melepaskan kita” ujar Yessi tak percaya. “Teman-teman, aku tak kuat lagi” ujar Tiwi lelah. “Bertahanlah Tiwi, begitu kita memasuki hutan, kita akan bisa bersembunyi dari para Zombie itu” ujar Yusuf menyemangati Tiwi. “Ayo..” ujar Silvi keras. Kelima anak itu pun memasuki hutan. “lalu rencana selanjutnya apa?” tanya Yessi pada Yusuf. “Aku belum memikirkannya. Yang penting kita keluar dulu dari UNNES dan kurasa hutan ini benar-benar tempat yang bagus untuk bersembunyi, kalau sudah sampai dibawah, kita akan pikirkan rencana selanjutnya” ujar Yusuf sambil terus berlari. Kelima anak itu tak menyadari, bahaya seperti apa yang mengancam mereka di hutan yang baru saja mereka masuki itu.

To be continued....

Note: Sejujurnya, cukup sulit membagi peran dan membuat karakter untuk 34 tokoh utama untuk cerber ini. Ketika aku mulai menulis chapter ini, aku benar-benar merasa sedih karena aku merasa makin lama kualitasku dalam menulis benar-benar mengalami kemerosotan yang drastis sehingga alur cerita yang hadir pun tak dapat kurangkai dengan lebih baik dan diksi yang kupilih pun menjadi sekadar kata-kata biasa saja, yang G ada maknanya. Gaya penceritaanku memang seperti diatas, yaitu membagi tiap kelompok dan memutus-mutusnya yang penting masih berhubungan. Mungkin teman-teman akan kesulitan memahami kisah ini, ya karena tadi, kemampuanku menulis untuk mengisahkan kisah ini sudah merosot, jadi mungkin teman-teman perlu membacanya hingga 2 kali atau lebih agar lebih paham, tapi aku berjanji akan memperbaiki diri pada chapter-chapter selanjutnya sehingga lebih dapet kisahnya.
            Terima kasih sudah membaca Cerber College of the Death ini. Kisah cerber sepanjang 12 chapter ini akan menemani liburan para pembaca selama kurang lebih beberapa minggu ke depan. Tiap minggunya akan di update 2 buah cerber, sehingga para pembaca yang penasaran dengan lanjutan kisahnya dapat mengetahui kapan update kisah zombie thriller horror action ini. Kisah cerber ini terinspirasi oleh manga High School of the Dead. Ya, dan memang pada dasarnya aku ingin membuat sebuah cerber untuk teman-teman KEMPONG dengan mereka sendiri sebagai tokoh utamanya. Karakterisasi yang ada di cerber bukan karakterisasi anak-anak KEMPONG yang sesungguhnya, jadi jangan sampai terlarut dengan kisahnya, ya. Aku dan White Prince mempersembahkan hadiah menarik bagi para pembaca yang berhasil menebak dengan benar dan tepat siapa saja tokoh yang akan bertahan hidup hingga cerber ini berakhir. Tebak 3 nama saja yang akan bertahan hidup di akhir kisah cerber ini. Kirimkan tebakan kalian ke alamat email berikut ini: yusuf_luffy@ymail.com Bagi para pengirim yang berhasil menjawab dengan benar, akan diundi lagi untuk dipilih dua nama yang akan menjadi pemenang dan berkesempatan untuk menonton film 3D bareng The Dark Knight dan White Prince. Ayo segera kirim nama yang kalian jagokan, paling lambat tgl 20 Februari 2012. Pengumuman pemenang akan diumumkan pada Rempongs on the Week edisi perdana Season 2. Baiklah kalau begitu, terus ikuti kisah cerber ini ya. Salam dari The Dark Knight dan White Prince untuk para pembaca. Selamat menikmati liburan... XOXO... See ya...

“Kelelahan yang disukai oleh Allah dan Rasul-nya:
1.    Lelah dalam Jihad (9:111)
2.    Lelah dalam Dakwah (41:33)
3.    Lelah dalam Ibadah dan Amal Sholeh (29:69)
4.    Lelah Mengandung-Melahirkan-Menyusui (31:14)
5.    Lelah mencari nafkah (62:10)
6.    Lelah mengurus keluarga (66:6)
7.    Lelah Belajar (3:79)
8.    Lelah dalam Susah, Miskin, dan Sakit (2:155)
Saudaraku, karena itu mari bersama-sama “natamatta’ bimataibina”, yaitu menikmati kelelahan yang penuh berkah ini”

Wisata KEMPONG
















biodata handoko rempong


Handoko, Curahan Hati(yang direvisi lama) Sang Sutradara

            Oe oe.. Rempongs on the Week edisi terakhir season 1 akhirnya tayang juga, setelah hampir 3 minggu lebih direvisi oleh Handoko dan G segera dikirimkan kembali pada The Dark Knight dan White Prince. Sutradara kita sukses membuatku dan White prince bingung mengisi Rempongs on the Week. Nah, langsung saja, ini dia ulasan Rempongs on the Week yang sudah kutulis kurang lebih 3 minggu yang lalu (jangan protes karena isinya out to date, ya..) Silahkan dinikmati
The Dark Knight: Bagaimana caramu mengatur teman-teman di drama ini?
Han: Mereka sudah bisa mengatur diri mereka sendiri. Sebenarnya mereka hanya tinggal nunggu perintah saja, karena pada dasarnya mereka sudah siap. Yang susah itu mengatur mood mereka. Kalau sudah kaya’ begitu, yang penting bisa mengalah biar drama ini tetap bisa berjalan
The Dark Knight: Kapan kamu merasa jengkel terhadap latihan drama?
Han: Ketika di B1 106 tanggal 13 Desember lalu, menurutku waktu itu lampu, musik dan adegan belum maksimal..
The Dark Knight: Apa selama proses latihan drama, kamu merasa kecewa dengan perkembangan anak-anak di Drama?
Han: Enggak. Aku seneng wae, mereka ada progressnya. Aku malah kecewa dengan diriku sendiri (tertawa)
The Dark Knight: Bagaimana rasanya berpartner dengan Hana?
Han: Seru. Hana itu tegas, sangat idealis. Pas banget jadi astrada (tiba-tiba langsung meralat) tapi malah pantas jadi sutradara karena sense sastranya tinggi.
The Dark Knight: Apa kamu merasa Hana berkompeten?
Hana: Oh, sangat berkompeten (menjawab dengan tegas)
            Ok, sebelumnya Angga sudah menceritakan tentang kronologis hilangnya modem. Kali ini giliran Handoko, si pemilik modem yang akan menceritakan versinya.
Han: Perjalanan pulang dari JKT, Angga kan kebiasaan, senenge njileh-njileh. Waktu itu dia lagi bisa Twitteran, jadi modemku dipinjam. Saat sudah sampai di Tawang dan turun, aku nanya, “Ngga, modem ma camdignya ndi?” Angga lalu menunjukkan camdignya, lalu kupikir oh mungkin modemnya juga sudah di tas Angga. Lalu saat ketemu lagi di kosnya Angga, tiba-tiba dia menghampiriku dan berkata, “Pengen tag ijoli duit atau barang?”
The Dark Knight: Oh, begitu ya ceritanya. Han.. menurutmu apa kebiasaan jelek Angga?
Han: Pas bengek, dia ngorok (tertawa)
Angga: (nimbrung) Itu bukan ngorok ya... (tersungging)
Han: Ah, aku G tahu bedanya Angga ngorok atau bengek, dan dia itu susah ditangikke. Ntar kalau kesiangan, pasti yang disalahin aku..
The Dark Knight: Ok, lalu apa pengaruh positif dari Angga?
Han: Awale aku mikir, oh Angga wonge sregep sinau, pengene aku dapat pengaruh positif darinya eh ternyata yo podo wae (melirik ke Angga), jadi pengaruh positifnya ya paling kami bisa berdiskusi saja ttg apa saja.
The Dark Knight: Kejadian paling menyenangkan saat KKL?
Han: Bus 3.. Ramai (tertawa).
The Dark Knight: Lalu hal yang menyebalkan saat KKL?
Han: Puskurbuk. Kukira akan ditunjukkan macam-macam (menceritakan dengan kecewa) seperti ilmu-ilmu baru tentang bagaimana mengelola dan menulis buku, juga tentang kurikulum, eh ternyata cuman presentasi begitu tog. Kaya’ gitu nggolek dewe yo iso.. (White Prince jangan panas ya baca ini, meskipun aku memang sengaja masukin kesan-kesan KKL biar kamu tersungging. Ha9X) (haha gpp dark, semua orang mesti punya kesan baik dan buruk terhadap KKL. Aku terima pujian dan kritikan teman-teman sebagai bahan perbaikan KKL adik kelas kita tahun depan-Red)
The Dark knight: Bagaimana pendapatmu tentang akting para pemain?
Han: Ok, akan kukomentari semuanya
1.      Fina sebagai istri: Suaranya kadang kurang, mimik yang ia hasilkan bisa lebih bagus sebenarnya, tapi dia selalu menunjukkan progress (hore Fina dapat pujian)
2.      Silvi sebagai nenek: Emang jadi nenek itu angil, memang butuh latihan. Awal-awal Silvi bisa tertawa lucu tapi akhir-akhir ini menurun. Sebenarnya kalau ditambah gestur dari Lek Seno, Silvi pasti bisa memerankan karakter nenek dengan baik
3.      Faozan sebagai GGL: Ngapaknya harus dihilangkan (latihanlah tidak menggunakan kata Inyong selama beberapa hari pada siapapun)
4.      Vian sebagai Boy: Kadang “celele’an”. Vian kalau akting aduh di latihan benar, tapi kalau tampil salah
5.      Yesi sebagai Lusi: Suara di awal masih lemah, saat bilang, “Cari siapa Om?”
6.      Nanang sebagai Hansip: Belibet, harus ditoto pelan-pelan temponya. Nanang itu groginan ya, kukira (Iya)
7.      Rima sebagai istri Hansip: Aku sejujurnya ngefans sama istri Hansip. Tapi kadang ada kata-katanya yang G ‘kena’
8.      Aji dan Aji sebagai Duo Pian dan Pincang: Mereka berdua ini problemnya sama. Susah ngaturnya, misalnya pas tatap-tatapan mripat, pasti do ngguyu, karena grafik suara mereka di drama ini naik turun, jadi kadang ada volume mereka yang kurang... (kurang tinggi dan kurang rendah)
9.      Desti sebagai Tetangga Rempong: Sudah cocok. Di awal, aku dan Hana memang sudah yakin sama Desti untuk memerankan tetangga dengan imej galak.
10.  Tanti sebagai Tetangga Rempong: Ada progressnya. Dia bisa ngatur tempo. Suaranya semakin kesini semakin keras. Ada satu yang Tanti perlu perhatikan, ekspresi dan emosi melemparnya harus dibangun sejak awal jadi pas adegan itu bisa ‘dapet’
11.  Siwi sebagai Tetangga Rempong: Kadang masih ngguyu, kadang blockingnya lupa dan kadang suaranya masih lemah tapi judesnya benar-benar sudah merasuk.
12.  Iqma: Awal-awal dia bisa membangun ciri khas. Di pertengahan turun tapi akhir-akhir ini dia berusaha memunculkan kembali.
13.  Ghaida dan Ifah sebagai penyanyi: Kuacungi jempol untuk mereka berdua. Mereka sudah berani menampilkan adegan seperti itu. Problem untuk mereka berdua adalah di awal-awal udah bagus, tapi kadang narinya untuk mencapai klimaks yang bikin penonton HAH itu belum dapet
14.  Tika dan Ana sebagai Ana: Masing-masing dari dua orang ini punya kelebihan dan kekurangan dalam memerankan Ana, dan aku G menyangka Ana bisa beradegan seperti itu (aku menyangkanya, kok. Wuee)
15.  Rio sebagai Tetangga: Di awal-awal susah ngurusi Rio (Nah, Lho!?) Aku dan Hana membentuk karakternya Rio itu susah tapi akhir-akhir ini ada perubahan, dia mulai bisa menata tempo. Sarannya, Rio harus berani improve dan akting tu jangan dipikir (White Prince lebih suka memeluk Jimbenya daripada akting, kurasa)
The Dark Knight: Apa kritik Lek Seno kamu dan Hana perbaiki?
Han: Iya, dan kritikannya pas. Aku sebenarnya berharap Lek Seno menyisipkan sesuatu yang unik dari pengalamannya agar drama HAH lebih menarik.
The Dark Knight: Apa kamu membandingkan drama kita dengan Rombel lain?
Han: Kadang apatis (tertawa) G, aku G membandingkan. Setiap sutradara dan rombel punya bahan dan dan cara untuk menjalankan drama sendiri. Yang penting komunikasi antar rombel jangan terputus
The Dark Knight: Apa saja yang sudah kamu korbankan demi drama HAH?
Han: TPQ, ngajar privatku ku cancel, dan bantu ibuku...
The Dark Knight: Dari semua pemain drama HAH, siapa yang paling berpotensi menjadi bintang yang sebenarnya di masa depan?
Han: Semua berprospek
The Dark Knight: Kenapa kamu suka tertawa sewaktu berbicara?
Han: (tertawa)
Rumiana: Nanti dihitung Suf, di akhir wawancara ini dia tertawa berapa kali...
The Dark Knight: Iya nih, kamu sadar G sih, Han, tiap mau bicara pasti ketawa dulu...
Han: G sadar. Digawe seneng wae, kalau serius aku G bisa. Dalam hidup ada dua sisi yang berbeda. Aku ingin jadi orang yang bisa tertawa-tawa terus, tapi ogak stress!!
The Dark Knight: Kenapa sekarang aktif di dunia karya ilmiah? Padahal dulu biasa-biasa aja deh...
Han: Waktu SMA aku suka nulis sastra, dulu juga ikut Sanggar Sastra dan Paskibra. Aku menulis karya ilmiah karena aku ingin sesuatu untuk kuandalkan juga semasa kuliah.
The Dark Knight: Apa hubunganmu dengan Tya dan Angga?
Siwi dan Yesi: Handoko obat nyamuk’e (tertawa)
Han: Apa ya? (bingung sendiri) Mungkin hubungan kami adalah teman yang punya kegemaran sama (menulis)
The Dark Knight: Kenapa kamu suka menulis karya ilmiah?
Han: Soalnya teman-teman dekatku benar-benar suka karya ilmiah
The Dark Knight: Pernah ditilang?
Han: Ditilang saat SMA dulu gara-gara G punya SIM saat mau nyari sponsor did ekat Masjid Agung Jawa Tengah.
Siwi: Hla terus yang sama Angga?
Han: Itu perlu dicatat, yang ketilang waktu itu... Angga. Bukan aku
The Dark Knight: Kenapa kamu jarang potong rambut?
Han: (tertawa) Aku tipikal malas, Suf... Harus dioyak-oyak sama ibu dulu dan diberi uang buat potong, aku baru potong rambut...
The Dark Knight: Diam-diam apakah kamu tipe orang pelit dan perhitungan?
Han: Pelit enggak, kalau perhitungan..
Silvi: Iya, masa’ dia bilang eman-eman ngenteni wong wedo’ ning Salon
Han: Ya iya, kan cowok juga G nyaman di Salon, Kok aku ngeroso memang percuma cah wedo’ kok dienteni ning Salon.
Tanti: Hei, cewek kaya’ gitu karena dia ingin tampil sempurna di hadapan pacarnya (dengan keras. Tony yang duduk tak jauh dari posisi wawancara tak bergeming, seakan G tahu)
The Dark Knight: Ada cerita horror, G?
Han: Dulu aku pernah keweden saat Paskibra SMA kemah. Saat jalan kaki bertiga, temanku yang terakhir ada yang kesurupan. Matanya merah, padahal dia anak yang ceria lho... Habis kejadian itu, temanku itu berubah jadi sensitif.
The Dark Knight: Menurutmu, apakah di masa depan kamu akan sukses?
Han: Bismillahirrahmanirrahim... IYA!
            Saat pulang ke rumah, kadang saat naik motor, Handoko berkhayal tentang berbagai hal dan bila muncul inspirasi kata-kata untuk puisi, ia segera menghentikan motornya di pinggir jalan dan mencatatnya. Banyak orang yang menginspirasi Handoko, ketika dia nonton TV, mungkin saja tiba-tiba dia terinspirasi oleh sosok di acara itu. Ia juga terinspirasi pada kedua orang tuanya, apik’e dari mereka. Handoko yang merupakan tipe cowok yang sulit jatuh cinta ini merasa biasa saja ketika tidak menjadi anak “mbontot” seperti saudara sekamarnya, Angga.  Ia dan keluarganya merasakan hikmah yang besar ketika seseorang pergi, ada yang menggantikan, ibunya mengandung. Sehingga keluarganya tidak terlalu terlarut dalam duka. Sekarang adiknya sudah masuk TK. Menurut Handoko, masuk organisasi itu penting. Sekarang ia masih sering membantu sekolahnya, khususnya Paskibra bila akan mengadakan acara-acara, dan ia merasa apa yang dilakukannya sungguh bermanfaat meskipun ia hanya alumni saja, dan sudah tidak bergabung dalam tim Paskibra SMA (iya, kan udah keluar) Sudah menjadi kebiasaan Handoko bahwa ia tidak bisa tidur tanpa kipas angin tapi karena selalu pulang malam saat drama, ia jadi lelah dan bisa cepat tidur. Sejak TK, Handoko sudah takut gelap, semua anggota keluarganya kecuali masnya G bisa tidur bila lampu dimatikan. Nafasnya jadi terasa sesak tiap sekelilingnya tiba-tiba berubah jadi gelap.
Siwi dan Yesi: Ih podo Han, aku yo G iso turu bila lampune mati
Yesi: aku sampai pernah mlompat keluar dari jendela gara-gara lampunya mati..
The Dark knight: Apa kamu saat kecil, manja?
Han: Dimanjakan, iya. Mungkin gara-gara perkiraan aku anak terakhir. SD kalau ranking satu diajak lungo, kadang di proyeknya bapakku, pernah ke Boja juga dan melewati BSB. Jadi aku tahu perkembangan BSB, dulu BSB G seperti ini..
The Dark Knight: Apa yang kau rasakan saat vakum 1 tahun?
Han: Awalnya lulus sekolah pengen kuliah di luar kota, pengenku Bandung tapi G ada universitas yang kutuju. Lalu akhirnya aku break untuk mencari suatu bekal hidup
The Dark Knight: lalu kenapa pada akhirnya kamu pilih Bahasa Indonesia?
Han: Dulu pilihan pertama ekonomi, kedua sosiologi, lalu enggak tahu kenapa, G bisa dicetak. Karena aku juga menyukai sastra dan bercita-cita menjadi guru, akhirnya kuganti menjadi Bahasa Indonesia.
The Dark knight: Siapa anak BSI yang kamu hormati?
Handoko: Ada beberapa. Semester 1 aku kagum dengan Afif, semester 2 sama Nanang dan kamu, Suf..
Siwi: Aku, Han?
Yesi: Aku?
Iqma: (menatap wajah Han dengan imut, berharap disebutkan namanya juga)
Han: Ya, sama Dewi, Sikha, Angga, Tanti, Silvi, Hana, Yesi, Iqma, terutama karena Keluarga Rempong (tertawa)
            Penggemar sate ayam ini G begitu suka FB, menurutnya FB menguras hati. Ia hanya membuka FB kalau ada keperluan penting saja. Pandangan Handoko pada orang-orang yang suka berganti-gati pacar adalah, “Apa segampang itu jatuh cinta?”Handoko jarang main bola, tapi di kampungnya ia jadi penjaga gawang. Awal mula suka Badminton karena waktu SD masih terasa gegap gempita kemenangan Susi Susanti, ia masih amatiran sebenarnya dalam memainkan raket, ia hanya suka nonton saja. Pengorbanan ibunya untuk dirinya Handoko rasa sangat besar, beliau bekerja juga mengurusi rumah tangga. Handoko terenyuh ketika melihat ibunya mempersiapkan dagangan untuk ke pasar tiap jam 3 pagi. Itu menginspirasi Handoko bahwa kalau kerja, G ada cape’nya.. Suatu saat nanti, Handoko berharap dapat menaikkan haji ibunya dan menggantikan ibunya bekerja, ia ingin ibunya G kerja lagi, cukup di rumah saja, beristirahat. Nasihat ibunya adalah, “Kuliah sing bener, cepet lulus, ojo disuwi-suwikke” sehingga Handoko pun berharap ke depannya bisa mencari sesuatu untuk membahagiakan banyak orang.
The Dark Knight: Kenapa kamu masih berhubungan dengan Paskibra SMA mu?
Han: Base camp Paskibraku dulu adalah rumah keduaku dan hal itu membuatku betah di sekolah. Disana aku mendapatkan banyak pembelajaran hidup.
The Dark Knight: Bagaimana caramu mengatasi galau?
Han: Aku benci kata-kata galau. Aku G mau ah disebut Galau. Kalau lihat Siwi dan Gina bilang, “Aku Galau” (sambil memegang kepala) aku G seekstrim itu.. Ya paling aku mengatasinya dengan tidur dan makan yang enak
Silvi: Emang ya, cowok kaya’ gitu. Gara-gara menyimpan perasaannya saja di hati, G seperti cewek yang berani mengungkapkannya, cowok jadi cepat matinya...
The Datk Knight: Apa kamu pernah minder gara-gara cadel?
Han: G. Tapi dulu biasa dijadikan ejekan teman-teman di Paskibra (tertawa)
The Dark Knight: Apa kamu masih mengaji?
Han: Masih. Aku hanya break ngajar di TPQ gara-gara kegiatan latihan drama. Sebenarnya salah satu alasan aku G ikut gegap gempita dunia kampus karena ketika aku jadi guru (di TPQ), ada perasaan enak yang G bisa didapat dimanapun, ada perasaan kangen ngajar (yang dirasakannya sekarang) walaupun hanya sebagai guru ngaji
The Dark Knight: Bagaimana reaksimu pertama kali masuk PIMNAS?
Han: Alhamdulillah, “Asyik, numpak Pesawat!”
The Dark Knight: Apakah PIMNAS sesuai bayanganmu sebelumnya?
Han: Sebenarnya aku G ada bayangan PIMNAS itu seperti apa. Sebenarnya aku yang paling G enak tu sama Angga. Ketika pertama kali bertemu dengan Angga setelah pengumuman finalis PIMNAS, ia langsung bilang, “Pokoknya aku titip ini ini ini, dan ini”
The Dark Knight: Kalau kamu ulur lagi ke belakang, pertama kali nulis karya ilmiah saat kapan, sih?
Han: LAEC semester 1. Gara-gara itu aku sering nelpon bu Santi (tertawa)
The Dark Knight: Oia Han, apa di Pesona Mandiri kamu kenal dengan semua orang yang ngekos disana?
Han: (tertawa) Aku tahu orang-orangnya tapi aku lupa nama-namanya.
The Dark Knight: Dan apakah mereka tahu kalau kamu ngekos disana?
Han: (tertawa) kaya’e reti
The Dark Knight: Apa menurutmu B1 106 itu kondusif untuk drama?
Han: Lebih luas lagi lebih bagus
The Dark Knight: Kenapa mengangkat drama HAH untuk dipentaskan KEMPONG?
Han: Sebelumnya banyak naskah seperti Sobrat, Dilarang Mandi Di Kamar Mandi, dan Kucing (aku G suka ketiga naskah tersebut, ada buka-bukaannya) Tapi ketiga naskah itu G sesuai, aku ingin cari naskah yang pas dengan rombel kita, yang karakter-karakter anaknya kuat karena aku merasa banyak talenta akting disini. Ketika itu tanpa sengaja ternyata kamu dan Hana mempromosikan naskah yang sama, yaitu HAH, dan menurutku naskah HAH itu pas dengan rombel kita, banyak mengumpatnya (tertawa), ada drama, realitas sosial, realis, romantis, bener-bener HAH banget sama Rombel kita
The Dark Knight: Apa kamu sudah mengira, isi rombel 2 akan serempong ini?
Han: G pernah terbayangkan ternyata serempong ini (tertawa)
The Dark Knight: Apa beban berat yang kau rasakan sebagai seorang sutradara?
Han: Yang nyaman untuk semua orang itu susah. Menjadi pemain dan kru pun menguras pikiran dan hati, tapi kalau menjadi sutradara, tidak semua orang bisa merasakannya.Yang penting itu prosesnya dan pengalaman menjadi sutradara ini benar-benar pengalaman yang berharga (tertawa)
The Dark Knight: Apa kamu yakin drama HAH akan sukses?
Han: Yakin asalkan kita semua mengeluarkan seluruh kekuatan kita saat pentas nanti. Aku optimis!!! (bersemangat!!). dan hasilnya wow fenomenal..
The Dark Knight: Bagaimana tanggapanmu tentang Rombel Dua yang akhir-akhir ini jadi omongan, dijuluki eksklusif?
Han: Alhamdulillah, berarti tidak bisnis atau ekonomis (tertawa terbahak-bahak)
The Dark Knight: LOL XD XD XD....
Han: Oh iya Suf, disini eksklusifnya yang negatif ya? Kalau negatif, aku..... Biasa-biasa saja (tertawa) tapi karena sekamar dengan Angga Setiyawan, mas-mas paling Alay sedunia, aku jadi agak kepikiran. Mungkin itu bukti cintanya oknum tersebut yang begitu besar dan yang senang pada kita (tertawa lebih keras)
The Dark Knight: LOL XD XD XD
Han: Oknum tersebut perhatian sekali ya sama Rombel Dua (Tertawa) (menghela nafas, akhirnya menjawab dengan serius) Bahwa eksklusif itu katanya kita sering latihan di luar FBS, kenapa G menanyakan pada kita kenapa latihan di luar FBS, jadi yang mereka kira eksklusif itu hanya klaim saja, aku rasa. Setiap rombel kan punya cara dan proses sendiri-sendiri untuk membuat dramanya bagus. Anjing menggonggong, kafilah berlalu (tertawa) kok koyo’e aku jahat banget, ya, omongane... Hla koyo’e Rombel Dua dipantau..... terus. Opo sitik diomongke (kembali tertawa)
The Dark Knight: Ok, lalu ada kata-kata mutiara untuk para pembaca?
Han: Apapun yang terjadi, banggalah dengan KEMPONG, Keluarga Rempong.
             Alasan Han masuk KEMPONG karena dia sudah merasa cocok dengan teman-teman yang lain, Ok akhirnya artikel tentang penggemar lagu I will Fly ini berakhir sudah
Han: Tunggu, Suf... Aku ingin kamu menanyakan hal lain
The Dark Knight: Ya, apa?
Han: Tanyakan bagaimana perasaanmu pertama kali jadi sutradara (bersemangat pengen segera menjawab pertanyaannya sendiri)
The Dark Knight: Ok, silahkan kamu langsung jawab saja sendiri
Han: Aku kaget! Pertama, aku G enak sama mas-mas ganteng bernama Yusuf dan mbak-mbak unyu-unyu bernama Hana. Awalnya aku G ingin jadi sutradara, aku inginnya jadi Pimpro tapi karena sudah diberi amanat oleh teman-teman ya harus kulakukan dan aku menikmati senangnya, susahnya, pusingnya, segalanya..
The Dark Knight: Ha9X...
Tambahan wawancara:
The Dark Knight: Ceritakan PKM mu yang lolos 4 itu...
Handoko: Ha9X (tertawa) aku asline males suf nag dikon ngomongke kui... ha9X... tertawa lagi..
The Dark Knight: Ok, kuubah pertanyaannya. Apa kamu yakin bisa melaksanakan 4 PKM tersebut?
Handoko: (tertawa) yakin, karena aku bersama dengan orang-orang yang hebat
The Dark Knight: Ada yang bareng ma Angga?
Handoko: Ada, 3 PKM aku bareng ma Angga, yang satunya enggak...
The Dark Knight: Ya ntar yang masuk ke PIMNAS yang PKM yang G ada Angganya (tertawa)
Handoko: (tertawa)
Angga: (melirik tajam)
             Lalu ini revisi Handoko yang membutuhkan waktu lebih dari 3 minggu untuk menuliskannya, silahkan dibaca:
Handoko: Akhirnya drama hah sudah dipentaskan, setelah nenek mengatakan sepet, rasa terharu pun membuncah. Legaaaaaaaaaaaaaa banget. Saya mengucapkan terima kasih pada teman-teman yg sangat berusaha dan ekstra keras dalam menyukseskan drama ini. hasilnya? Wow. Di luar kritik yang ada menurutku drama kita telah menjadi sumber inspirasi banyak orang. Banyak sms yang masuk mengatakan drama kita bagus, keren, pengunjungnya pun juga ada yang dari undip, unissula, udinus. B 106 pun juga dibuat sumpek oleh penonton yang membludak, bahkan aku diberitahu salah satu penonton sampai keluar karena ruangan sudah tidak cukup lagi. banyak karakter yang menjadi hits. Bagi dua, tokoh nenek yang fenomenal. Dan semua anggota keluarga rempong sampai hafal dialog pemain. Benar-benar kenangan yang sangat indah.
Padahal, saya masih ingat dulu ketika kita kumpul pertama kali bertemu. Yusuf yang mengusulkan drama musikal, perdebatan pemilihan pimpro dan sutradara. Bingungnya memilih drama yang tepat. Masa-masa itu benar-benar terekam baik olehku. Perdebatan di antara kita. Masalah-masalah yang muncul. Hingga drama benar-benar dilaksanakan. Dan juga B1 106 sampai berasap, wow benar-benar drama kita menjadi omongan hahahhaha. Sangat fenomenal lah.
Semoga kita dapat menjadi keluarga yang selalu rempong. Kalau kita ga rempong ya bukan keluarga rempong...... Wisata wisata wisata yes..
Itu dia revisi Handoko yang ia pikirkan selama 3 minggu terakhir ini, benar-benar mengharukan ya kata-katanya (beneran terharu) Aku dan Suci sebagai Lighting dan Gallant dan Rina sebagai Sound benar-benar merasakan gegap gempita para penonton yang antusias menikmati jalan cerita Lakon HAH! Selama pementasan berlangsung. Kami melihat secara langsung betapa penonton ikut tertawa bahkan terlarut dalam adegan, contohnya ketika adegan pamungkas yang diiringi Cello. Hening sekali, bukan? Para penonton benar-benar menatap panggung, melihat adegan tersebut dengan terpana (beneran, bahkan yang smsan langsung mangap gara-gara tersedot perhatiannya pada adegan pamungkas tersebut) lalu sering pula terdengar riuh penonton yang begitu mengapresiasi hasil kerja keras kita. Dengan ini, berakhir pulalah salam Oe Oe ku di semester ini. Teman-teman KEMPONG, udara malam yang dingin dan membuat bengek sudah tidak kita nikmati lagi, aku juga tak lagi membuka tas ajaibku yang bisa bikin kalian jadi ganas, dan kenangan-kenangan lainnya (yang kebanyakan rempong) juga sudah tak kita lalui lagi. Tapi tetaplah ingat KEMPONG (lagian Rempongs on the Week juga belum berakhir) karena kita pernah berlatih dan mementaskan drama bersama, dan mungkin sesuai kata Lek Seno, semester 6 kita juga akan diminta tampil (yang satu bulan satu drama itu lho) harapanku kalau kita tampil lagi, moga-moga drama musikal (becanda) Ha9X... atau drama lain yang lebih menantang pengkarakteristikan tokohnya, memerankan orang gila, pembunuh, psycho, pendekar, nenek lampir, tuyul, power ranger dsb. Berikutnya kesan-kesan dari White Prince, silahkan kalian nikmati...
White prince say :
Sebenarnya aku ga akan ngomong banyak (ini juga artikelnya udah banyak bgt..hehe). Aku cuma mau mengucapkan terima kasih kepada semua “kempong” yang telah bersama-sama satu semester. Awale aku ning rombel 2(sebelum berubah jadi kempong) kui koyo wong asing (aku asli rombel 1) walaupun semua orang di kempong aku kenal tapi rasane aneh n koyo wong luar. Tapi itu hanya terjadi sekali di pertemuaan pertama, di pertemuan-pertemuan selanjutnya aku dah nyaman dengan orang-orangnya. Terima kasih kepada seluruh individu yang telah menerima saya di rombel ini. Terus awal pertama ada Rempong On the Weeks itu gara-gara aku buat blog sendiri. Buatnya juga karena panas kuping diguyoni oleh pacarku. Katanya “masa ga bisa buat blog? Kan caranya juga gampang” nah dari situ aku bertekad buat blog pribadi. Aku fotocopy buku dasar-dasar membuat blog dari awal terus aku pelajari eh ternyata gampang.. terus pas latihan Kempong Ucup ngasih komentar ttg blogku. Terus ngmg “ayo io gawe blog nggo kempong”. Tanggepan ku waktu itu
“ayo cup. Mumpung aku ijik semangat bgt”.
“iyo, ngko kw seng ngurusi blog trus aku gawe artikel isine biografi cah-cah Kempong.”
Nah berawal dari situ Aku dan Ucup membuat Rempong On the Weeks. Niat awalnya sich untuk lebih mengenalkan individu-individu kempong agar kenal lebih dalam. Semoga niat kami ini tidak disalah artikan oleh teman-teman pembaca siapapun itu.
Aku benar-benar diterima seperti keluarga di kempong dan dari awal aku yakin kalo pementasan kempong dg lakon HAH ! pasti sukses. Aku curhat sedikit kesan-kesan pada saat pementasan:
Pada awal mulai pentas kan aku pegang jimbe bareng Ojan dan Dadang(anak seni musik) di depan sebelah kiri penonton. Nah disampingku persis ada seorang penonton cewek nangis pada saat Vina gantung diri yang pertama(diiringi suara Cello) sambil ngomong sama temennya “kok dramane wis bar sih?”. Nah dari situ aku semangat soalnya penonton itu gak rela kalo lakon HAH ! selesai sampai disitu. Apalagi dia sampai nangis. Wah bener-bener penghargaan yang tidak ada harganya selain melihat penonton mengapresiasi lakon HAH !.
Aku juga meminta maaf bila selama latihan kempong ada sikapku yang kurang disukai. Contohnya curhatan sutradara mengenai sikapku yang susah dibentuk untuk memerankan “tetangga kaya”. Atau sikapku yang suka tidur kalo lagi latihan atau diskusi sama Lek Seno.(wong aku ra seneng meneng  terus ngrungoke diskusi seng suwi banget. Nek wis meneng n mboseni yo aku ngantuk padahal aku yo pengine ngrungoke. Tapi apa daya ngantuk mesti menerpa...hahahaha).
Ya sudah, fase pertama Rempongs on the Week sudah selesai. Terima kasih kepada para pembaca yang sudah emngikuti artikel Rempongs on the Week sejauh ini dan anak-anak Rempong yang sudah bersedia untuk diwawancarai. Rempongs on the Week akan mengalami masa hiatus, artikel ini akan vakum hingga semester 6 tiba, sampai saat itu tiba, selamat bersenang-senang bagi teman-teman semuanya. Semua tugas kuliah dan ujian udah kelar, kita tinggal dag dig dug nunggu Yudisium dan berdoa agar G ada revisi-revisi lagi, semoga semuanya dapat nilai A. Amiiiiinnnn!!! Untuk mengisi waktu liburan, blog ini akan diisi oleh catatan liburan Rio dan cerber dari The Dark Knight. Catatan liburan Rio dan Cerberku akan muncul secara berdampingan jadi blog ini masih akan aktif. Ikuti cerberku ya, karena ada hadiah menarik bagi para pembaca yang antusias mengikutinya. Dan yang bagi ngefans ma White Prince, ikuti catatan liburannya. Ok!?(hahaha...-Red) Yusuf “Mas Hendra” Hendrawanto dan Rio ‘Anu’grah Rizkiansyah undur diri dulu, sampai jumpa di Rempongs on the Week season 2. XOXO.. See ya... n_n
#semangat !!!

Mengenai Saya

Foto saya
ini blog perdana "kempong"... mudah-mudahan dapat menampung saran dan segala unek-unek... ada postingan biodata para anggota kempong juga (eksklusif lho... ) jgn lupa tinggalkan komen yach.... terima kasih... HAH!!!

Pengikut

Blogger templates

Blogroll

Copyright © 2012 keluarga rempongTemplate by : UrangkuraiPowered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.