Yusuf, The Dark Knight: Cah Kine Omahe Kono
(Not as Complicated as You Thought)
Edisi final artikel Rempongs on the
Week!!! Hore, akhirnya selesai juga. Hehe.. Terima kasih bagi para pembaca yang
sudah meluangkan waktu untuk membuka blog ini dan menikmatinya. Meski harus
menunggu lebih dari 10 bulan, akhirnya artikel Rempongs on the Week yang paling
ingin kalian baca (karena penasaran) hadir juga. The Dark Knight dan White
Prince berterima kasih atas apresiasi yang luar biasa dari pembaca sekalian
karena kestabilan statistik yang menandakan usaha kami selama ini dalam
menghadirkan hiburan untuk para pembaca tidaklah sia-sia. Selanjutnya artikel
Rempongs on the Week ini sebenarnya mau dijadikan e-book sebagai kado spesial
bagi semuanya oleh Gallant tapi karena molornya wawancara dan terbit 3 edisi
terakhir, jadinya G kesampaian, keburu PPL duluan.
But it’s ok. Sehabis ini
White Prince dan The Dark Knight masih belum tahu akan mengisi blog ini dengan
apa lagi. The Dark Knight sih mikirnya blog ini dapat dilanjutkan sebagai
laporan PPL dan KKN anak-anak KEMPONG, jadi semuanya bisa tahu perkembangan PPL
dan KKN anak-anak KEMPONG lewat blog ini, hehe.. tapi ide tersebut terlalu
merepotkan untuk direalisasi, jadi ya kami endapkan saja dan G tahu harus bagaimana
(ada ide?) Edisi kali ini akan memuaskan para pembaca (semoga), soalnya isinya
adalah jawaban-jawaban Yusuf terhadap kepenasaranan para pembaca terhadap
sosoknya (Hahahhaha...) Ya sudah, langsung saja karena edisinya Yusuf terlalu
banyak (terlalu banyak pertanyaan dari teman-teman yang masuk, soalnya),
silakan menikmati (semua pertanyaan di sini adalah pertanyaan dari teman-teman
sampai ke bagian yang menanyakan prinsip hidup) Baiklah, langsung masuk saja ke
edisi terakhir Rempongs on the Week yang akan membahas mengenai the Dark
Knight, alias Yusuf. Isinya banyak kata-kata G pantas, 18+, dan pokoknya G se
sweet yang dibayangkan kalian, tapi karena The Dark Knight adalah anak yang
paling diburu profilnya, so here it is, hadirlah artikel yang akan (Insyaallah)
memuaskan dahaga para pembaca sekalian terhadap figur anak yang satu ini. Sedikit
saran dari White Prince: sebelum membaca artikel ini adalah tinggalkan kegiatan
lain dan fokuskan pikiran. Ini penting, agar kalian benar-benar mudeng isi dari
tiap jawabannya The Dark Knight. Hehe.. Silakan menikmati.
White Prince: Kamu pernah pacaran, G?
Yusuf: Tidak pernah benar-benar
berpacaran (jawaban ini sudah dipersiapkan 10 bulan yang lalu lho.. haha-Red)
White Prince: Siapa pacar pertamamu?
Yusuf: Kan udah kujawab aku G pernah
benar-benar berpacaran (terbukti kan...-Red)
White Prince: Ki pertanyaane ngko akeh
sing soal ngine (tertawa) kalau begitu, kapan pertama kali jatuh cinta? Sebut
nama!
Yusuf: (bertengkar sebentar dengan White
Prince walau tidak sampai masuk RS) Pertama kali bertemu ketika lomba bahasa
indonesia kelas 5 SD, lalu ternyata bertemu lagi saat lomba murid teladan.
Kemudian dia jadi teman SMPku, terus SMAnya di SMA 1 SMG, sekarang dia kuliah
di IPDN. Namanya Hasna. Waah Io, ki ngko nag konco-koncoku moco gawat ngko..
Soale aku G pernah menceritakan hal ini.
White Prince: Menurutmu, siapa cewek di
BSI yang paling cantik? Sebut Nama! (bertanya dengan tegas)
Yusuf: Kwe ki ncen wonge meksonan, ya...
(dengan muka menahan PUP.. eh maaf maksudnya menahan kesal)
White Prince: Aku kan cuma mewakili
pertanyaan teman-teman (senyum antagonis)
Yusuf: (berdebat lama dengan White
Prince) Kalau yang paling cantik relatif, ya.. Aku bukan orang yang melihat
dari penampilan. Tapi kalau yang paling menarik, ada 2, yaitu Rima dan Jani
(tertawa)
White Prince: (dalam hati berkata sambil
menyeringai, “Yes!!!! Akhirnya anak ini mau njawab juga”) Kenapa, Cup?
Yusuf: (memasang wajah datar) Oke Oke,
kamu menang. Karena keduanya tu punya magnet yang kuat. Bagaimana ya, menjelaskannya.
Ketika melihat keduanya tersenyum saja itu sudah membuat hati yang sedih
menjadi ceria. Mereka itu pure banget senyumnya, tipikal anak yang jujur
mengutarakan apa yang dipikirkannya, bukan tipe orang yang memasang senyum
palsu (tertawa). Ya pokoknya gitu deh...
White Prince: (dalam hati: “jawaban tadi
menohokku”) Selanjutnya hobby nonton kamu itu dimulai sejak kapan? Secara di
Demak kan G ada bioskop
Yusuf: (dalam hati: “memangnya Bumiayu
ada bioskop???”) Kelas 3 SMP, waktu itu diajak teman (yang alhamdulillah sampai
sekarang masih menjadi sahabat baikku, meskipun sekarang kuliahnya di UNS) dan
film pertama yang ku tonton adalah Mission Impossible 3. Aku baru tahu yang
namanya bioskop langsung dengan mata kepalaku sendiri ya waktu itu. Kali ketiga
nonton baru mulai suka dengan yang namanya bioskop (tertawa) soalnya film itu
benar-benar hiburan yang luar biasa bagiku, seolah kita dibawa ke dunia lain
oleh sutradaranya, bisa memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang berbagai
hal yang sebelumnya tidak diketahui, pokoknya film itu medium penyampai
imajinasi yang luar biasa (tertawa)
Yusuf
pernah nonton berdua ma cewek, tapi ya itu sekadar nonton biasa, bukan berarti
pedekate apalagi pacaran. Target menikah Yusuf yaitu ketika saatnya sudah
tepat, ketika umur, materi, calon pendamping, tempat tinggal, pekerjaan dll
sudah matang dan jelas. Tipe cewek Yusuf itu dulu kalau ia ditanya pasti
njawabnya cewek mandiri, cerdas, yang G perlu diantar jemput ke mana-mana, G
perlu saling laporan sedang ngapain lewat sms, pokoknya bukan cewek manja, dan
yang terpenting yaitu pembela kebenaran tetapi kenyataannya daridulu Yusuf
selalu tertarik dengan satu tipe fisik yang sama, yaitu cewek berambut
keriting, putih, tak lebih tinggi dari bahunya dan kritis, tetapi (lagi)
setelah Yusuf bertemu dengan Nanang dan Heru, tipe ceweknya Yusuf jadi lebih
simpel, yaitu ia ingin bersama dengan wanita yang mampu mengubahnya menjadi
lebih baik. Yusuf sadar kalau memang tugas laki-laki sebagai imam dalam
keluarga tapi dia juga butuh sosok pendamping yang selalu bisa mengarahkannya
agar tidak sampai melenceng dari jalan Tuhan, menjadikan pribadinya Yusuf
menjadi lebih baik. Yusuf G pernah ditolak cewek, tapi bukan berarti Yusuf
belum pernah nembak cewek. Caranya Yusuf menembak cewek itu terlalu romantis
kalau diceritakan di sini. Teman-teman coba bayangin aja ketika lampu di sebuah
daerah mati, dan hanya tinggal satu penerangan, dan ada dua orang saja, that’s
it (example saja).
White Prince: Apakah kamu pernah
merasakan cinta di dalam hati? Suka diam-diam?
Yusuf: Saya sebenarnya belum mengenal
apa itu cinta, saya tahunya itu hawa nafsu (tertawa)
White Prince: Apakah kamu merasa ganteng
kalau kacamatamu dicopot? (hanya kacamata ya, bukan yang lain-Red)
Yusuf: Banyak yang bilang begitu, katanya
lebih baik aku pakai lensa kontak. Aslinya aku merasa wajahku biasa saja. Aku
ini G pernah becermin, lho, kalian boleh percaya atau tidak, soalnya ada
kalanya ketika aku becermin itu tampak jueeelek sekali, tapi ada kalanya tampak
guaanteng sekali. Jadi G pernah becermin terus wajahku tampak biasa saja,
endingnya kalau G tampak ganteng ya tampak juelek. Sejujurnya aku mensyukuri
apa yang sudah diberikan oleh Allah kepadaku, karena dengan wajah yang seperti
ini alhamdulillah kan aku sejak kecil punya banyak teman, dan sampai sekarang
aku benar-benar berpikir positif seperti ini, “teman-teman berteman denganku
bukan karena aku ganteng, putih, tinggi, dsb (karena memang aku ini hitam),
tetapi karena pure ada sesuatu dari diriku yang mereka lihat sehingga mereka
mau berteman denganku” (tertawa)
White Prince: Berapa jumlah pengeluaran
kamu per bulan?
Yusuf: (bertengkar (lagi) dengan White
Prince) Lebih dari satu juta, tentunya... Masa’ aku harus hitung dulu?
White Prince: (tertawa, dan dalam hati
berkata, “Yes!!! Dia mau njawab!) Kamu suka nongkrong, G? Alasan?
Yusuf: Di masjid, biasanya di MAJT,
kalau jum’atan kan aku selalu di sana. Ya beribadah dong, ngapain lagi?
White Prince: (terkejut dengan jawaban
Yusuf tapi pura-pura stay cool dengan wajah innocent) Siapa orang yang paling
sering sms an ma kamu sekarang?
Yusuf: G ada, merata...
White Prince: Harus dijawab !!!
Yusuf: (bergelut (lagi) dengan White
Prince) kwe... Aku paling sering sms an karo kwe, kan? (Aku pengen nyangkutke
jenengmu.. Huh..)
White Prince: (kembali sikap
profesional) Oke, nag cah lanang aku.. nag cah wedok’e sopo?
Yusuf: Dewi
White Prince: (tertawa penuh kepuasan)
Pertanyaan selanjutnya, biasanya kamu menganggarkan uang untuk nonton film atau
bagaimana?
Yusuf: Enggak, nonton film itu enggak
masuk anggaran, itu pasti udah ada sendiri budgetnya, jadi G perlu
kuanggarkan..
White Prince: Kamu beli atau buat hem
yang “amazing” itu di mana? Yang ada tudungnya seperti jaket (tertawa)
Yusuf: HAH?! Daritadi pertanyaannya
menunjukkan kalau teman-teman perhatian sekali denganku (tertawa). Ah, aku jadi
terharu... Hem itu terinspirasi ketika pas itu lagi modelnya begitu, tapi
model-modelnya yang di distro itu aku kurang suka, jadi kukreasikan saja dengan
kain bahan yang kubeli di toko kain. Aku ini tipikal yang beli kain bahan trus
kujahitkan...
White Prince: Kamu itu kalau ada sms
bakalan langsung kamu bales atau pilih-pilih? (banyak pertanyaan yang seperti
ini masuk)
Yusuf: Pilih-pilih (tertawa) aku ini
tipe yang sms duluan soalnya, bukan tipe pembalas sms
White prince: (pantes...) Kenapa kamu
kuliahnya memilih Bahasa Indonesia? Kenapa G jurusan film saja?
Yusuf: Saat pertama kali mengutarakan
keinginan saya, saat itu pula ditentang oleh orangtua saya (tersenyum sedih)
White Prince: Kamu kan suka boyband,
kamu itu berminat atau pengen jadi boyband atau suka dengan mas-mas cakep dari
boyband?
Yusuf: Pengen jadi boyband. Kamu pernah
lihat rekaman dance ala boybandku kan, yang membuatmu terhenyak (tertawa)
Gimana ya, kebanyakan orang memang kalau menilai dari luarnya, padahal aku
lihat boyband tu sudut pandangku ya menikmati lagunya, koreografinya,
kreatifitas pengambilan scene-scenenya, begitu...
White prince: Kalau disuruh milih, kamu
lebih memilih jomblo seumur hidup atau putus hubungan dengan Rio? (tertawa
sendiri membaca pertanyaannya)
Yusuf: Pertanyaane aneh-aneh wae, ya
(tertawa) Dulu ada sahabatku yang bilang begini padaku, waktu itu dia lagi
mesra-mesranya dengan pacarnya, “Cup, kamu kok G nyari pacar, sih? Kwe ki
bukane G payu, tapi emang kwe ne diwe seng males nggolek pacar, padahal nag kwe
gelem nggolek, mesti yo bakal intuk”, trus beberapa bulan kemudian sahabatku
itu berkata lagi padaku, “Kwe sangang ya, imannya bisa sekuat itu. Emang og
Cup, single itu pilihan, tapi kalau jomblo itu kutukan” lalu kami tertawa
bersama-sama.
Tokoh
favoritnya Yusuf adalah Eiichiro Oda (G pernah berubah sejak dulu), Oda sensei
merupakan penulis komik One Piece. Komedian favoritnya Yusuf berganti-ganti,
karena semuanya lucu (kan namanya juga komedian, Cup-Red). Yusuf masih ingin
PPL di SMA 1 SMG karena ia ingin mendapatkan pengalaman PPL yang menggairahkan,
sejujurnya dia mengaku lebih shock gara-gara G bisa PPL di SMA 1 SMG daripada
saat G terpilih sebagai sutradara. Tidak ada dosen favorit Yusuf di BSI, malah
Yusuf mengagumi dosen softball dari FIK, waktu itu mengajar kewarganegaraan
saat MKU, karena pak Wahyu (dosen favorit Yusuf) itu tipe orang yang mix and
match, antara penampilan yang sesuai, wawasan yang luas, dan pekerjaan yang
hebat. Makanan yang paling Yusuf sukai adalah makanan yang punya taste kuat dan
dari penampilan bisa (layak) disebut sebagai makanan, juga makanan yang pedas,
maka dari itu Yusuf sukanya yang pedas-pedas. Yusuf mengaku menyesal memakai
kacamata. Ia pakai kacamata sejak kelas 3 SMP, gara-garanya kelas 1 dan 2 ia
selalu duduk paling belakang dan G kelihatan dengan tulisan di papan tulis,
jadi terbiasa pinjam kacamata temannya. Sekarang rabunnya makin parah, kalau G
pakai kacamata Yusuf G akan bisa mengenali orang di dekatnya sekalipun.
White Prince: Apakah kamu setuju kalau
kamu disebut penggila K-Pop?
Yusuf: Boleh
White prince: Kalau iya, apa pendapatmu
terhadap ‘orang yang suka K-Pop itu feminim dan metroseksual’?
Yusuf: G mesti, sakbenere.. Kui Anang,
Tiwi, Aulia ndak feminim metroseksual? (tertawa) Aku orangnya open minded
terhadap semua kebudayaan, kalau ada yang pernah buka playlist Hpku, isinya itu
lagu dari berbagai macam bahasa, ada dari bahasa spanyol, inggris, jepang,
korea, mandarin, melayu, india.... (Jawa ngapak ada ga ya haha-Red)
White Prince: Pernah patah hati, G? Apa
yang kamu rasakan ketika ditinggal orang yang disayangi?
Yusuf: Patah hati pernah, tapi kalau
ditinggalkan G pernah, aku yang memilih untuk ‘lebih baik tidak usah
diteruskan’, hal itu karena demi kebaikan masing-masing, ya lebih baik aku
berkorban saja daripada malah menyakiti hati masing-masing
White Prince: Kamu itu homo, G?
Yusuf: Alhamdulillah enggak..
White Prince: Seberapa besar keimanan
anda?
Yusuf: Tidak besar... Aku menyadari
kalau aku masih harus terus membenahi diri
White Prince: (hmm masih jawaban2 yang
aman) Oke, jika di dunia ini hanya ada Ghaida dan Rio, kamu pilih mana?
(tertawa)
Yusuf: Koyo’e cah-cah mikire aku ono
opo-opo mbek kwe, Io (tertawa) Entahlah, ki pertanyaane kok G penting, ya? (agak
terganggu moodnya)
White Prince: Kalau ada orang yang
bilang kamu “freak” apa, pendapatmu?
Yusuf: Kalau itu orang lain sih aku G
peduli, karena mereka G benar-benar mengenalku, hanya tahu luarku saja, tapi
kalau itu yang bilang adalah temanku sendiri, ya berarti dia harus menanyai
dirinya sendiri, selama ini apa benar dia tulus menganggapku sebagai temannya?
Tapi kok bisa menyebut temannya sendiri “freak”? Bagiku tidak ada teman yang
menyebut temannya sendiri dengan sebutan “freak”, tapi kalau bagi orang itu G
masalah menyebut temannya sendiri “freak” ya terserah, bagiku dan baginya kan
berbeda, hanya saja saya akan langsung berubah pandangan terhadapnya, “Ternyata
dari luar saja tampak baik, dalamnya busuk” lalu aku tak perlu memaksakan diri
berteman dengan orang itu, karena aku tidak membutuhkan banyak teman kalau
bentuknya seperti itu, ya lebih baik cuma satu teman tapi menerima kita apa
adanya (tersenyum) tapi beda soal kalau movie freak, karena kuakui aku memang
movie freak, film itu bagiku sudah kaya’ bagian hidupku soalnya.
White Prince: Bagaimana pendapatmu
terhadap tragedi kembang api?
Yusuf: Karena sampai membuat pak Seno
dan Pak Sendang “katanya marah”, berarti hal tersebut benar-benar sebuah
masalah. Bagaimana ya, setiap orang itu memang pada dasarnya lebih suka
mengingat hal yang merepotkan, mengecewakan, pokoknya yang negatif-negatif
daripada mengambil positifnya. Seseorang berprsetasi atau menolong orang lain
akan terlupa setelah beberapa saat tapi ketika orang membuat kesalahan akan
terus diingat kemudian diungkit-ungkit untuk menunjukkan kelemahannya. Hal itu
wajar, tapi seharusnya teman-teman mengingat kembang api itu sebagai
simbolisasi kita akhirnya berhasil menyelesaikan semester 5 yang ikonnya adalah
mata kuliah pementasan drama, itu adalah ajang untuk kita meluapkan kegembiraan
bersama, kalau dibandingin emang ada yang serempong dan seheboh KEMPONG pas
closingnya? Hahhaha.. Jadi soal masalah yang muncul, anggap saja itu kenakalan masa
muda kita yang menyertai kegembiraan kita. Sebuah konsekuensi yang mau G mau
harus kita hadapi atas apa yang kita perbuat (tersenyum)
White Prince: Kamu memilih hidup muda
senang tapi tua susah atau sebaliknya? Mengapa?
Yusuf: Itu bukan pilihan. Hidup orang
bahagia atau senang kan orang lain menilainya dari luar, padahal dalamnya (orang
yang menjalani) belum tentu senang, bahagia. Sebuah pengandaian, seorang
pengemis meminta-minta, dilihat dari luar tampak menderita, tapi mungkin malah
pengemis itu merasa bahagia karena ia bisa memiliki keluarga yang hangat. Nah,
dalam hubungannya dengan pertanyaan tadi, sebenarnya yang bertanya itu salah
paham. Aku tipikal orang yang memanajemen segala sesuatu, entah itu waktu,
tugas kuliah, kapan istirahat, sehingga alhamdulillah semua yang kulakukan aku
merasa worthed, G ada yang namanya bosan bingung mau ngapain, selalu saja ada
yang kulakukan (terserah mau percaya atau G) maka dari itu aku bisa mengurus
arisan, mewawancarai, nulis blog, mengerjakan tugas, tidur, renang, olahraga,
beribadah, ya itu karena aku tahu apa yang harus dan tidak harus kulakukan.
Jadi kalau ada yang bertanya semacam itu seolah me judge aku, ya berarti dia
memang sok tahu
White Prince: Kenapa kamu lebih memilih
menonton bioskop daripada bersedekah?
Yusuf: Orang itu memang melihat dari
luarnya saja (geleng-geleng kepala). Aku memang suka me share kegiatanku
menonton film, kenapa? Karena itu menyenangkan, aku suka sekali film dan ingin
berbagi, “ini lho, ada film bagus”, tapi lain hal nya dengan sedekah, kalau aku
mengumbar-umbar, itu namanya takabur, apa aku perlu me share habis ikut bakti
sosial demi anak-anak di Flores? Lalu bilang aku beberapa kali ikut bersedekah
lewat kalimasada, dulu juga sempat gabung ma teman-teman KKL di panti asuhan,
lalu masa’ ya harus cerita kalau tiap sholat di masjid aku masukin uang ke
kotak sedekah, tiap ada pengemis minta-minta di luar rumah dikasih, dan tiap
naik motor di jalan aku selalu menyempatkan untuk memberi uang pada pengemis?
Hal yang kaya’ gitu ya G perlu diumbar, ibadah kan ya straight to God, hubungan
kita langsung kepada Allah (tersenyum)
White Prince : setuju !!!
Yusuf
sudah menonton kurang lebih 120 film di bioskop, kalau di komputer sudah tak
terhitung lagi banyaknya. Berkali-kali Heru mengajak Yusuf ikut pengajian
tetapi berkali-kali pula Yusuf berkelit. Yusuf berharap bisa lulus semester 8.
Pendapat Yusuf terhadap film hantu jamu gendong adalah tidak tahu, karena ia
belum pernah dan tidak berniat untuk menontonnya. Yusuf akan melanjutkan S2
setelah lulus nanti, disambi bekerja sebagai guru honorer kalau misalnya belum
keterima pegawai negeri. Pertama kali Yusuf menonton film porno ketika kelas 1
SMP semester 1, waktu itu ia diajak 2 temannya, sore hari naik sepeda ke rumah
temannya lalu menonton film yang belum layak mereka tonton. Yusuf mengaku shock
saat menonton film tersebut. Yusuf tidak pernah ketahuan nonton film porno oleh
orang lain karena memang Yusuf itu bukan sex addict yang kerajingan nonton
begituan. Dalam waktu dekat ini Yusuf tidak berencana untuk pergi ke mana-mana
karena moodnya sedang labil, ia lagi berusaha bangkit dari keterpurukan akibat
masalah yang sedang ia hadapi. Kalau diajak Gallant untuk main ke Pangandaran
dan mengajak serta anak-anak KEMPONG, Yusuf akan menolaknya karena Yusuf tidak
percaya hal itu mungkin terlaksana. Ada yang menyebut Yusuf sebagai orang yang
ekspresif, dan Yusuf mengaku pernah mendapatkan masalah akibat sifatnya itu,
beberapa teman memarahinya, tapi sejujurnya Yusuf tidak berpikir untuk mengubah
sifatnya itu karena dengan sifatnya itu, ia bisa menjadi dirinya sendiri, yang
tidak perlu berpura-pura dalam melakukan segala sesuatunya. Yusuf tidak suka
cewek yang nyolot, yang kalau ngomong mbentak-mbentak, dan mudah tersinggung.
Yusuf merasa aneh dengan orang yang tiba-tiba bangun dari tidur. Anam dan Rio
yang kadang seperti itu ketika tidur beberapa kali cukup mengejutkan Yusuf.
White Prince: Apa prinsip hidupmu, bang?
Yusuf: Ada dua. Sebenarnya prinsip
hidupku ini muncul belakangan, kala kelas 3 semester 2 SMA. Kelas 3 SMA
merupakan masa-masa “mata pisau” bagiku. Masa itu adalah masa yang
membahagiakan, tapi di sisi lain adalah masa terkelamku (hingga saat ini),
banyak hal yang terjadi. Ya biasa, jatuh bangun dalam mencari jati diri, dan
ketika semuanya sudah selesai (tidak benar-benar selesai, sih), aku menemukan 2
hal yang selanjutnya kujadikan sebagai prinsip hidupku, yaitu aku hanya akan
melakukan suatu hal yang kuinginkan dan kusukai. Contoh ni ya biar para pembaca
paham, andai ada touring-touring tapi aku G ikut. Itu karena 2 prinsip hidupku
tadi, yang menjadi landasanku dalam mengambil semua keputusan hidupku. Okelah
aku memang suka touring, tapi ketika diajak aku merasa G ingin melakukannya ya
berarti lebih baik aku bilang enggak ikut, karena melakukan sesuatu hanya
gara-gara omongan, pandangan, dan tuntutan orang lain itu sama sekali tidak
menyenangkan. Tapi harus dibedakan dengan tanggung jawab. Meskipun aku G suka
dan G ingin melakukan sesuatu itu ya endingnya tetep harus kulakukan. Contoh
simpelnya saja ya, misal aku seorang komting, lalu aku diminta untuk membagi
kelompok. Aslinya aku males karena pasti banyak yang protes ini itu, tapi
karena aku komtingnya ya aku harus bertanggung jawab, harus tetap kubagi
kelompoknya meski yang lain nggrundel. Begitu...
White Prince: Kenapa kamu suka menjahili
Angga? (tertawa)
Yusuf: (tertawa, tidak menyangka akan
ada pertanyaan semacam itu) Dia bengek sih (terpingkal-pingkal) Sebenarnya dulu
awal kenal Angga, aku shock. Dia merusak imajinasiku yang terbangun selama ini
tentang nama “Angga”. Dari TK mpe SMA, semua anak yang bernama Angga itu pasti
anaknya ganteng-ganteng, keren-keren, bahkan membuatku berniat di masa depan
kalau punya anak akan kunamakan Angga, biar jadi anak yang ganteng dan keren
kaya’ teman-temanku yang namanya Angga tapi setelah bertemu dengan Angga,
mas-mas bengek berperestasi itu, aku jadi berubah pikiran. Jadi sekarang kalau
mendengar nama Angga, “Angga” BSI yang langsung terpikir di otakku, bukan
teman-temanku yang bernama Angga. Mungkin karena kharismanya Angga Setiyawan
menutupi kharismanya teman-temanku itu (tertawa) kali ya..
White Prince: Bagaimana pendapatmu
terhadap Imam? Kenapa kamu sensi sekali dengannya? (ini pertanyaan mungkin dari
Imam langsung)
Yusuf: Ini kasusnya mirip dengan Angga,
tapi lebih krusial. Aku G nyalahin orangtuanya, tapi kenapa harus nama Imam?
Begini, kuberikan sebuah contoh implisit. Misal ada sebuah rumah sakit namanya Sunan
Muria. Pada kenyataannya rumah sakit tersebut ternyata para dokternya G
berkompeten, cuma meninggi-ninggikan uang, bahkan sering terjadi malpraktek.
Lalu para penduduk sekitar pasti akan mencibir rumah sakit itu, “Eh, jangan ke
Sunan Muria, di sana jelek!”, “Sunan Muria melakukan malpraktek!”. Nah, padahal
yang salah bukan nama sunan murianya, tapi para dokternya, kan? Lalu kenapa
yang disalah-salahkan malah nama rumah sakitnya, bukan nama para dokternya.
Begitulah pengandaiannya, hanya saja dalam kasusnya Imam, aku bukannya
gimana-gimana (bohong) ma orangnya, tapi aku kurang suka dengan namanya. Lalu
selain itu ada satu hal lagi yang krusial. Emang sih, Imam dikenal sebagai anak
yang aneh di BSI dan bagi sebagian orang pasti agak gimana gitu (khususnya para
cewek) dengan lirikan dan tatapan mata Imam yang “gimana gitu” (tertawa) tapi
sebaliknya, nanang dan heru bilang mereka mengagumi Imam dan (maaf
menyangkut-nyangkutkan) Tonita. 2 orang ini begitu luar biasa di mata mereka.
Sampai saat ini aku masih mencari-cari apa sih spesialnya 2 anak ini, dan i
found nothing, aku masih belum menemukan kespesialan keduanya yang diceritakan
oleh Nanang dan Heru, karena apa, aku punya stigma yang sudah terbangun pada
Tonita dan Imam. Balik ke Imam, dulu dia pernah bilang begini, “minimal aku mau
memiliki istri 4”. Ya, tepat sekali, Imam adalah laki-laki pro poligami sejati.
Haknya Imam untuk berpegang pada prinsipnya itu, dan hak ku pula untuk tidak
menyukai prinsipnya itu. Jadi di mataku, mau Imam sesukses apapun nanti, di
mataku akan menjadi, “orang sukses, tapi mesum”, lalu ketika Imam jadi dosen
yang qualified pun, aku hanya akan berpikir, “dosen sangang, tapi mesum”, mau
dia naik haji juga pasti tetep di pikiranku, “haji mesum”. Hahahha... Bukan berarti orang berpoligami itu mesum lho
ya, tapi karena Imam yang bilang ingin berpoligami, aku langsung berpikir ni
anak kaya’nya mesum akut. Gitu aja, cukup, kalau kuteruskan nanti kasihan Imam.
(Semoga Imam G baca)
White Prince: Bagaimana pendapatmu
terhadap pak Haryadi? (menahan tawa)
The Dark Knight: Wah, ket mau kok
nakokke pendapatku terhadap orang lain, sih? (bingung mau jawab apa) awalnya
aku kurang suka dengan cara mengajar pak Haryadi yang G konsisten tugas-tugas
dan apa yang ia inginkan (tertawa) tapi sejak semester 4 beliau tiba-tiba
berubah, jadi lebih “adem”, G terlalu emosian kalau G didengerin pas ngomong
atau ada sesuatu yang dianggapnya salah dalam pembelajaran. Sebenarnya
persuasifnya pak Haryadi untuk mengajak para mahasiswi di BSI untuk menutup
aurat sudah bagus, tapi hanya caranya saja yang kurang “touching” jadinya
teman-teman malah terkesan terpaksa menutup aurat (tertawa) tapi lucu sekali melihat
satu persatu yang G berkerudung akhirnya berkerudung, dan bagi yang G
berkerudung hingga semester ini benar-benar kuat sekali berarti meski terus
diuji dengan kata-kata persuasifnya pak Haryadi. Ada satu dialog yang lucu dari
Iryani ma pak Haryadi, begini kalau G salah,
(ketika
lagi maju micro teaching)
Pak
Haryadi: Iryani, kamu Islam, bukan?
Iryani:
Iya, saya Islam, pak
Pak
Haryadi: Tapi kok G mencerminkan orang Islam, ya? (memandangi penampilan
Iryani)
Iryani:
(tercekat tak mampu berkata-kata)
Pak
Haryadi: Itu saja temenmu yang namanya Betty, namanya G kaya’ orang Islam tapi
penampilannya mencerminkan orang Islam (dengan nada datar dan biasa saja)
(Beberapa
hari kemudian akhirnya Iryani mengubah penampilan, menutup aurat)
Tapi meskipun begitu, pak Haryadi itu
pasti sosok ayah yang baik. Haha..
White Prince: Kamu punya sahabat baik,
tapi sudah meninggal, G? (struktur pertanyaannya salah, tak ganti ah..hwehwe
PISS-Red) kamu kan punya sahabat baik tapi katamu mereka sudah meninggal,
ceritain tentang sahabat-sahabatmu itu?
Yusuf: Ada 2. Namanya Nael dan Gery.
Nael teman sejak SMP, dia kuliah di UKSW. Dia meninggal karena terseret lahar
dingin di daerah Magelang atau Salatiga, aku lupa tepatnya. Pemakamannya luar
biasa, keluarganya sampai menyewa bus-bus besar untuk para pelayat yang ingin
mengantarkan jenazah hingga ke Ambarawa. Ada satu hal yang belum bisa kutepati,
dulu aku menonton film Inception dengannya dan beberapa teman lain, setelah
film berakhir dia bilang kalau ada film yang bagus lagi, dia ingin diajak, tapi
karena kuliahnya di Salatiga jadinya ya selalu G jadi aku mengajaknya. Lalu
Gery. Pertama kali bertemu dengannya adalah ketika penyisihan murid teladan SD.
Dia duduk di depanku dan berkata, “Kamu Hendra, kan?”. Aku hanya bengong, G
tahu dia bisa mengenalku darimana. Ternyata dia tetangganya guruku. Lalu ketika
SMP ternyata kami sekelas. Sejak itu berteman, tapi ketika SMA kelas 1 karena
hobbynya bermain bola, ia cedera kaki. Tak dinyana, meski sudah diobatkan
kemana-mana, tetap tak sembuh. Dia divonis kanker tulang. Ironis sekali, aku G
bisa membayangkan kita jatuh dalam keterpurukan gara-gara hal yang paling kita
sukai (contohnya andai aku kena kemalangan gara-gara nonton bioskop, gara-gara
renang, waaah sesakit apa ya perasaanku?) Lalu kelas 2 SMA dia break, dan
sekembalinya setahun kemudian, kakinya sudah diamputasi. Gery itu sosok
inspirasional bagi teman-teman SMA, semangatnya begitu luar biasa, dan ia
akhirnya bertahan hingga masuk kuliah di UNDIP jurusan Teknologi Informatika.
Karena penyakitnya yang sudah parah, ia akhirnya tak sanggup bertahan lebih
lama. Dramatis sekali, dia meninggal ketika sedang berdoa bersama ayahnya
sehabis sholat maghrib, tubuhnya jatuh di pelukan ayahnya (berhenti sejenak)
lalu pemakamannya begitu luar biasa. Daerahnya Gery menjadi ramai seketika.
Pemberangkatannya menuju pemakaman diiringi oleh banyak orang, kebanyakan
anak-anak J-Rockstar dari luar kota, benar-benar mirip karnaval ramainya.
Memanjang dan riuh.
Yusuf
pengen banget punya tubuh atletis, sampai-sampai beli barbel juga (meskipun
pada kenyataannya G pernah digunakan karena males) dan semester 6 awal
benar-benar getol olahraga bareng dengan White Prince, yaitu lari-lari dilanjut
fitness (selain berenang) tetapi karena setengah-setengah, akhirnya tetep deh
tubuhnya G mbentuk, masih saja sama, berkebalikan dengan tubuh White Prince
yang kini lebih bagus dari sebelumnya. Sebenarnya Yusuf sudah merasa cukup
dengan berat badannya yang sekarang (alhamdulillah) tapi ya namanya manusia,
Yusuf masih ingin lebih tinggi lagi, sambil berharap bisa membentuk tubuhnya,
karena beratnya yang sudah cukup, aslinya tinggal membentuk otot-otot badan
saja, tapi itu yang susah. Pengalaman paling menyeramkan semasa kecil adalah
ketika Yusuf yang waktu itu masih TK atau mungkin belum sekolah, waktu
keramaian karnaval di jalan, tiba-tiba ada orang gila yang menggendong Yusuf
dan membawanya lari, untung saja keluarganya Yusuf berhasil mengejar orang gila
itu dan merebut kembali anggota keluarganya yang saat itu histeris, menangis
ketakutan (benar-benar pengalaman yang akan terus diingat seumur hidup). Ketika
SMP dan SMA, Yusuf selalu menjadi langganan pengisi karnaval untuk sekolahnya.
Karena posturnya yang tinggi, ia selalu terpilih. Paling memorable saat kelas 3
SMP dan 1 SMA. Saat kelas 3 SMP, dia jadi anggota barongsai untuk naga-naga’an
cina yang panjang itu, lalu ketika SMA ia jadi pembawa spanduk sambil
berseragam Barata (Paskibra) karena waktu itu ia anggota Paskib (Iya, karena
tinggi jadinya berminat bergabung dengan komunitasnya, yang sama-sama tinggi.
Hahaha...) (ga berniat gabung sama tiang listrik bang, tinggi juga+tegangannya
itu bisa dicoba... haha-red)
White Prince: Kamu kok kalau sms
panjang-panjang sekali kenapa? (dengan muka sedikit memaksa)
Yusuf: Itu tandanya aku benar-benar
menikmati topik pembicaraan itu, atau kalau G, berarti aku ingin berlama-lama
smsan. Bagiku, komunikasi itu nilainya lebih tinggi daripada pulsa, jadi aku
tak pernah memikirkan soal panjang smsnya seberapa. Kalau ada yang mikir sms
panjangku cuman nyampah, ngebak-ngebak’i inbox ya Gpp, yang penting aku tulus
dan niat me sms, begitu saja. Jadi kalau belum selesai membaca smsku udah
dihapus atau malah G dibaca ya Gpp sih, itu hak mereka.
White Prince: Bagaimana ceritanya kamu
bisa menamai rombel pementasan drama kita dengan nama KEMPONG?
Yusuf: Alhamdulillah ya, responnya bagus
dan teman-teman setuju (tertawa) soalnya dulu nama yang kamu buat, yaitu PERDU,
itu enggak banget. Berasa G kreatif dan inovatif (memasang wajah neg), tapi
Pimpronya malah suka banget dengan nama itu. Aku mikirnya gini, walah susah nih
kalau G bisa dapetin persetujuan Angga, namanya bakalan tetep PERDU. Dia itu
tipe anak yang ‘baku’ sekali (tapi dia menyebut gayanya itu dengan kata
‘elegan’), jadi harus ada nama yang bener-bener easy listening, tapi ada
artinya. Lalu aku bikin banyak akronim, ingat kan? Berusaha keras agar namanya
diganti, G norak lagi dengan nama P*RDU itu, dan dapatlah satu nama yang pas,
KEMPONG (Keluarga Rempong) (yang ketinggalan asal-usul nama PERDU, baca artikel
Rio Rempong part 2 yua..haha-Red)
White Prince: Dulu masuk IPA, ya?
Bagaimana rasanya?
Yusuf: Kan zaman SMA, IPS kan terkenal
nakal, jadi ya aku memutuskan masuk IPA saja, toh teman-temanku banyak yang di
IPA. Rasanya menyenangkan. Sejujurnya, aura horrornya tu lebih berasa zaman SMA
pas pelajaran kimia atau matematika daripada kuliah sekarang (ya iyalah). Aku
bukan anak yang pandai ataupun bodoh, ya setengah-setengah sih di kelas. Yang
paling memorable dengan IPA tu ngerjain tugasnya, harus belajar kelompok karena
kalau ngerjain sendiri G bisa (tertawa) bahkan mpe bikin kelompok les dan
memanggil guru les bersama, kalau ingat masa-masa itu rasanya tiap hari
benar-benar belajar, tapi ya dijalani dengan menyenangkan (tersenyum)
White Prince: Bagaimana awal mula bisa
nglajo?
Yusuf: Iya, dari semester 1 hingga 5 aku
nglajo dari rumah ke unnes, setiap hari. Awalnya ngekos tapi ketika beberapa
minggu kemudian sudah pegang motor sendiri, akhirnya pulang ke rumah, soalnya
waktu itu bulan puasa semester 1. Keterusen deh (tertawa) sejak itu. Sesuai
dengan prinsipku yang aku hanya melakukan sesuatu berdasarkan yang kuinginkan
dan kusukai saja, akhirnya aku memaksakan diri untuk nglajo. Tentu saja
ditentang orangtua, hingga semester 4 sering sekali membahas masalah tersebut.
Tapi ketika semester 5 saat melihatku pulang jam 2 malam, akhirnya masalah itu
terendapkan, tidak terbahas lagi karena saat itu mungkin orangtuaku sadar bahwa
aku memang keras kepala (tersenyum). Jadi ya setiap hari harus membuang masa
mudaku 2 jam di jalan, eman-eman banget sebenarnya, tapi ya itu pilihanku. Jadi
kalaupun macet, kehujanan sepanjang jalan, ya itu konsekuensi yang harus kutanggung.
Bahkan saat puasa semester 1 dan 3 aku benar-benar tetap nglajo. Tidak masalah
sih, aku anak yang kuat, jadi puasa G akan menghalangi niatku untuk nglajo, dan
alhamdulillah kenyataannya aku kuat berpuasa seharian. Aku membela keputusanku
untuk nglajo dengan menyamakannya dengan kebiasaan orang luar negeri (contoh:
Jepang), penduduknya biasa bepergian jauh pakai bus, kereta malam tiap
hari untuk sekolah, dan bekerja, lalu
kupikir kalau aku melakukannya juga, kenapa tidak? Hanya karena orang-orang Indonesia
tak biasa melakukannya bukan menjadi penghalang untukku melakukannya.
Tapi dari
dalam hatiku, aku tahu tindakanku ini benar-benar jelek, nglajo tiap hari sama
saja merusak tubuh, menghabiskan bensin, menjadi salah satu penyebab global
warming, dsb. Tapi kalau kupaksakan ngekos dan tidur di unnes, aku hanya akan
menderita karena aku G ikhlas menjalaninya, merasa G nyaman. Intinya aku merasa
aku akan lebih baik kalau nglajo daripada ngekos, dan itu menjadi janjiku
kepada orangtua di setiap semesternya. Aku bilang pada orangtuaku meski aku
nglajo, aku pasti akan bisa mendapatkan IP yang bagus, dan aku berjanji akan
kuliah dengan serius, lalu janjiku itu terbukti ketika semester 1 dapat IP 3.5
(tertawa) aku benar-benar bersyukur bisa mendapatkan IP sebagus itu, meski G
kumlod, hahahha... Sebenarnya orientasiku kuliah itu ya pure kuliah, jadi sejak
awal aku G berniat masuk organisasi maupun mencari banyak teman. Kenapa? Karena
aku tak bisa mempertanggungjawabkannya bila aku benar-benar terlalu dalam
berteman dengan yang lain maupun kalau berorganisasi. Aku di rumah tiap malam
dan weekend, jadi G mungkin available untuk diajak ngopi, diajak main ke kos
teman, ke tugu muda, mall, dsb. Bukannya G minat ma organisasi, tapi memang aku
G punya waktu untuk melakukannya. Daripada setengah-setengah, lebih baik G ikut
saja. Ya biarin lah dianggap untouchable di semester-semester awal. Lalu soal
sms, gara-gara nglajo tiap hari, aku jadi G bisa mengecek hpku setiap saat
(kalaupun di rumah pasti sudah capek), jadi sempurnalah dulu dibilang congkak
gara-gara jarang balas sms (tertawa). Sampai sekarang masih ada yang protes
(baca: Tika) katanya males kalau sms aku, soalnya mbales smsku suwi, atau malah
G dibales (tertawa) sebenarnya aku juga paham perasaan itu, ketika aku me sms
orang tapi G dibales, jadi teramat menjengkelkannya orang itu (tertawa). Kalau
ingin sms aku, mudahnya begini, biarkan aku saja yang memulai me sms karena aku
tu tipe pe sms, bukan tipe pembalas sms (tertawa), apalagi aku milih-milih
kalau mau mbales sms orang
White Prince: Berarti kamu tipe orang
yang memanajemen waktu, ya?
Yusuf: Tepat sekali. Aku tidak habis
pikir dengan orang-orang yang suka terlambat. Muslim saja sampai bilang, “Cah
kuwi padahal dikuliahke wong tuane ya, tapi kok mbolos terus hanya goro-goro
tangi kawanen” lalu dia membandingkanya denganku. Aku tipe orang yang bangun
jam setengah lima pagi, tanpa alarm pun tetap akan bangun jam segitu, lalu
bersiap-siap berangkat kuliah, dari rumah jam 05.45, jadi harus sudah sarapan
dan mandi sebelum jam setengah enam pagi dan alhamdulillah aku bisa
melakukannya, karena kalau naik motor selama satu jam dengan perut kosong ya
akan membahayakan diriku sendiri. Lalu naik motor dari rumah ke unnes satu jam,
berangkat jam 05.45, sampai unnes jam 06.45, begitu setiap hari kalau kuliahnya
jam 7. Weekend pun tetep bangunnya jam set 5 pagi. Aku bukan tipe orang yang
tidur siang karena bagiku, ketika matahari muncul itu waktunya beraktifitas,
tapi kalau sudah jam 6 malam berarti waktunya beristirahat. Jadi tidurku tepat
jam 10, bangun jam set 5 pagi, ya itu sih sebelum semester 5 memberantakkan
segalanya (tertawa) Karena begitu menghargai waktu, aku kalau di tempat kuliah
ya ceria, G kaya’ orang nglajo tiap hari, jarang kelihatan capek, itu karena
mindset dari dalam diri, aku bertanggung jawab terhadap teman-teman karena aku
hanya muncul saat jam-jam kuliah saja, ya ini waktunya aku bersosialisasi dan
bercanda dengan teman kuliah, bukan waktunya untuk merasa capek, makanya jadi
tampak rempong sekali aku (tertawa). Selain itu aku menjadi pribadi yang cag
ceg cag ceg karena bagiku, waktu itu berharga sekali, aku mengerjakan segala
sesuatunya dengan mempertimbangkan waktu dan kualitas kinerjaku saat itu,
makanya kalau kerja kelompok aku akan minta teman-teman yang lain untuk
mengirimkan materi-materinya saja lewat e-mail dan aku yang mengerjakan. Mereka
sih biasanya senang karena G perlu ikut ngerjain tugas utamanya, tapi aku
mengerjakannya dengan ikhlas, selain karena aku sadar ini cara terefektif
karena aku G available di unnes, juga membuatku mendapat ilmunya (tertawa). Memang
sih, logisnya aku bakalan tampak kecape’an, lemes, dsb, tapi karena pada
dasarnya tiap orang itu tidak melihat sesuatu di balik suatu hal, sesuatu yang
mendasari suatu hal, melainkan hanya melihat dari luarnya saja, jadinya ya
sebisa mungkin saat aku di depan teman-teman, aku harus selalu menampilkan
diriku yang ceria, penuh semangat, karena kan teman-teman juga G tahu apa yang
kulakukan, apa yang kuhadapi, teman-teman melihat dan menilaiku kan ya hanya
satu waktu itu, saat bertemu denganku. Haha.. begitulah, jadi sebisa mungkin
aku membangun citra positif, yaitu anak yang ceria dan bersemangat agar secara
otomatis teman-teman juga menganggapku seperti itu. Bahkan ada yang sampai
kaget ketika tahu ternyata seorang Yusuf Hendrawanto bisa juga sakit (tertawa) Kalau
aku bilang aku G capek nglajo tiap hari, itu berarti aku bohong, tapi kalau aku
menjawab aku G bosen nglajo tiap hari, itu benar. Konsekuensi lah dari apa yang
ku putuskan, toh aku tahu apa yang mampu kulakukan, wajib kulakukan, ingin
kulakukan, dan tidak mungkin kulakukan.
Yusuf
respek sekali dengan teman-teman yang nglajo seperti Vivi, Citra, dan Handoko.
Ketiga anak itu sama dengannya, bahasa alaynya mempertaruhkan nyawa tiap hari
untuk mencapai kampus, dibandingkan dengan anak-anak yang males bangun dan
terlambat masuk kelas dan ketiga anak itu juga bertanggung jawab dengan
keputusan mereka nglajo yaitu melakukan yang terbaik selama kuliah, bahkan
Handoko bisa berjaya dengan PKMnya. Selain itu Yusuf juga merasa bangga bisa
menjadi salahsatu anak daerah (dari Demak) bersama dengan Sikha dan Handoko
yang diperhitungkan kompetensinya oleh teman-teman. Bagi sebagian anak mengenal
Sikha, Handoko, dan Yusuf sebagai anak yang pandai dan aktif di jurusan bahasa
Indonesia, bahkan sejak semester-semester awal, meski pada kenyataannya
ketiganya sebenarnya biasa saja akademiknya (kecuali Handoko yang kumlod terus).
Tempat wisata favorit Yusuf adalah di Gedong Songo. 3 kali pertama Yusuf
mengunjungi Gedong Songo, ia belum berkesempatan untuk menikmati pemandian air
panasnya, tapi ketika kunjungan keempat, baru Yusuf bisa merasakan nikmatnya
berendam. Maklum, Yusuf dari kecil penasaran sekali bagaimana rasanya berendam
di pemandian air panas gara-gara suka baca manga, nonton anime Jepang dan
serial-serialnya yang selalu menampilkan pemandian air panas. Ternyata
sensasinya luar biasa hingga membuat Yusuf sudah lebih dari sepuluh kali
berkunjung ke Gedong Songo karena ketagihan dengan nikmatnya berendam.
White Prince: Ada G persahabatan di BSI
yang membuatmu terkesan?
Yusuf: Persahabatannya Alim dan Rima. So
Sweet banget. Tiap kali melihat keduanya berjalan atau duduk berbincang, pasti
seolah ada magnet yang menarikku bergabung dengan mereka. Persahabatan mereka
itu pure banget, melihatnya saja sudah membuatku bisa tersenyum, bahkan
tertawa-tawa. Tampak sederhana, G neko-neko, maniiiiis banget kalau dilihat.
Yang satu pendiam, yang satu kritis. Hahahha...
White Prince: Bagaimana pendapatmu
terhadap masalah KEMPONG dulu?
Yusuf: Dari awal melihat anak-anak yang
masuk rombel pementasan drama, aku sudah terpana, G menyangka isinya adalah
anak-anak yang luar biasa, yang kini sudah kuanggap sebagai teman-temanku. Dari
awal pula aku sudah menyangka pasti isinya akan rempong dan penuh konflik,
hanya saja skalanya ternyata masih di bawah ekspektasi awalku (tertawa). Iya,
kuakui banyak sekali masalah yang terjadi selama semester 5 yang berhubungan
dengan KEMPONG. Begini, kutarik saja ke belakang ya. Dulu di semester 2
anak-anak BSI getol-getolnya bilang, ‘keluarga’, aku sih fine-fine saja, bahkan
merasa senang saat tahu teman-teman sampai mengadakan pelepasan lele juga. Lalu
ketika semester 3 saat ada lomba bikin film indie. Waktu itu pure kebetulan
yang bikin film indie itu anak-anaknya dari rombel 2, padahal sebelumnya aku
sudah berkoar-koar, “Ayo dong bikin film!” tapi yang lain cuma “Iya Iya saja”.
Aku melihat peluang untuk menjadi sutradara, cita-cita yang begitu ingin
kuwujudkan, nah dari film indie itu aku berpikir, “Wah, ini bisa jadi
kesempatanku untuk mendapatkan pengalaman sebagai sutradara” tapi tak
kusangka-sangka ternyata di Grup BSI dan diam-diam banyak anak yang
mempermasalahkan tentang film indie itu, mereka menuding aku dan yang lain
mengkotak-kotakkan diri. Jujur aku terkejut sekali, “itu pure kebetulan, lho,
yang ngisi anak-anak dari rombel dua” begitu pikirku, aku G menyangka
teman-teman yang lain akan sekekanak-kanakan itu. Aku benar-benar sedih ketika
masalah tersebut membesar, dengan tiba-tiba ada film indie saingan yang
produksinya dikebut luar biasa dengan mengatasnamakan BSI 09.
“Konyol sekali
teman-temanmu”, begitu komentar mayoritas teman-temanku yang kucurhati, dan
begitu juga apa yang kupikirkan, “Mereka ini apa zaman SMA G belajar arti
persahabatan, sih? Kok ya hal kaya’ gini bisa sampai segede itu. Aku menahan
marah, dan malah Aji dan Toni yang mencoba membela teman-teman yang lain. Aku
sendiri waktu itu benar-benar merasa sakit sekali. Sakitnya nancep banget di
hati. “Lho, katanya keluarga? Keluarga macam apa yang tidak mendukung passion
anggota keluarganya, tapi malah menikam anggota keluarganya sendiri dan
menyudutkannya seperti itu” kejam sekali, begitu pikirku. Ini bukan keluarga,
mereka benar-benar munafik, begitu pikirku. Aku sendiri G habis pikir, mereka
mencoba merangkul yang lain (yang nyatanya yang merespon ya orang-orang itu
saja) dan menamai diri BSI 09? Memangnya mereka wakil anak-anak BSI 09? Siapa
yang memberikan kepercayaan itu kepada mereka, kok PD sekali, bahkan seolah
menjadi hakim yang paling berkuasa dan menjudge seenak hati anak-anak rombel
dua, seolah kami ini pelaku kejahatan, mereka yang berperan sebagai pengatur
kedamaiannya. Lucu banget, padahal anak-anak lain adem ayem, malah G tahu
menahu dan G mempermasalahkan film indie itu, mereka sendiri yang tiba-tiba
menjudge, “rombel dua mengotak-ngotakkan diri”. Aku mikirnya malah, “anak-anak
ini G ada kerjaan ya, masalah macam ini itu kekanak-kanakan sekali”. Lalu
akhirnya terkesanlah kalau rival rombel 2 itu rombel 3, dan aku tak memercayai
lagi orang-orang yang dulu dengan mudahnya menyebut diri mereka sebagai
keluarga padahal kelakuannya sebaliknya, aku jadi malas tiap bertemu
orang-orang itu, lalu selama beberapa semester kemudian aku memilih untuk
menjauhi orang-orang itu. Aku tu berpikir sudah tak patut lah mempermasalahkan
hal seperti itu, dan bagiku masalah yang muncul itu tingkatnya tingkat anak
SMP. Aku malah jadi meragukan perkembangan dan kematangan berpikir teman-teman.
Bagaimana ya, soalnya kalau kubandingkan dengan masalah-masalah teman-temanku
yang lain itu, masalah yang muncul di kuliah itu benar-benar kaya’ dibuat-buat,
dan enggak penting sekali, jadi sangat mengherankan ketika masalah tersebut
berlarut-larut.
Kok hobby banget anak-anak itu mempermasalahkan sesuatu yang aslinya
G perlu dipermasalahkan tapi ketika masalah eksklusifitas KEMPONG yang
tiba-tiba muncul di permukaan, aku melihat kalau orang-orang yang dulu kubenci,
ternyata sudah berpikir lebih dewasa, dan aku menyadari satu hal penting, titik
vital dari masalah tersebut, yaitu ada satu nama yang muncul di beranda grup,
yang membuatku tiba-tiba membayangkan masalah film indie dulu, nama ini dulu
juga muncul, dan mengobarkan kesalahpahaman diantara yang lain, terkesan
mengadu domba, begitu pikirku, nama itu mengaku mengenal BSI 09 lebih dari yang
lain, “jadi, begitu ya?”, pikirku. Setelah itu aku pun sadar, yang lainnya yang
selama ini kubenci itu sebenarnya G salah, hanya korban kesalahpahaman dari
nama satu anak yang tidak bertanggung jawab itu. Aku berpikir lagi, ni
sumbernya emang anak ini (sambil geleng-geleng kepala) sempat aku mikir
motifnya anak ini apa sih, sudah G pernah nongol di kampus, PD banget bilang
mengenal BSI 09? Nyalah-nyalahin teman-temannya sendiri pula, sampai belagak
pengen menyatukan BSI 09. Memang kamu kenal baik satu persatu anak BSI 09 dan
sudah dipilih oleh semua anak BSI 09 sebagai juru bicaranya? Konyol sekali. Bahkan,
kata “aku”, “kalian”, “kita” itu yang bikin ya anak itu sendiri, memangnya ada
yang mengklaim dulu dengan “aku”, “kita”, “kalian”? Emangnya rombel 2 dulu saat
bikin film indie mengikrarkan diri sebagai ‘karya rombel 2’? Bukannya dia
sendiri yang tiba-tiba men judge seperti itu, tanpa memberi kesempatan kepadac
berbagai pihak untuk mengclearkan dulu apa yang sedang terjadi, malah terkesan
ingin merunyamkan kesalahpahaman yang ada. Dia sendiri yang membuat masalah
tersebut muncul dan memopulerkan kata-kata yang ia bikin sendiri, “aku”,
“kalian”, “kita”, hanya mungkin teman-teman yang saat itu sama-sama “bingung”
dengan apa yang terjadi akhirnya tergiring dan malah saling “berselisih paham”
dan akhirnya malah saling menyakiti. Ckckck.. Apa anak itu tidak sadar ya, dia
sudah menyakiti teman-temannya sendiri yang dia aku-aku sebagai keluarga.
Waaah, pasti anak itu senang sekali ya karena bisa mendapat perhatian dan
atensi yang luar biasa dari teman-teman semua, bahkan kata-katanya yang “aku”,
“kalian”, “kita” begitu melegenda hingga terus dipakai sampai sekarang, terus
diingat oleh semua orang. Kuberi standing applause khusus untuk anak itu, luar
biasa. Jadi inti masalah KEMPONG menurutku itu lanjutan dari masalah film indie
dulu. Aku udah G semarah seperti dulu lagi dengan anak-anak rombel 3, sekarang
udah “terang” pikiranku.
White Prince: Semester berapa yang
paling berat, kenapa?
Yusuf: Semester 5. Nampaknya pertanyaan
ini kalau ditanyakan kepada siapapun anak BSI, jawabannya juga akan sama
(tertawa). Itu adalah semester yang membuatku mengeluarkan lebih dari ambang
batas kemampuan fisik, pikiran, dan waktuku. Aku masih nglajo pada semester 5.
Berat, benar-benar berat. Saat itu aku luar biasa kecape’an dan jujur banyak
sekali masalah yang muncul tiap minggunya, hampir mirip zaman SMA dulu, tiap
minggu ada aja masalahnya. Aku berangkat dari rumah pagi, lalu sampai di rumah
jam 2 malam, begitu terus kalau pas ada latihan drama. Teman-teman yang tahu
kalau aku nglajo kuminta untuk jangan memberitahu yang lain karena aku takutnya
mereka akan memintaku untuk nginep di unnes saja gara-gara kasihan denganku.
(berhenti sejenak) kalau ingat semester 5 rasanya bener-bener gimana gitu, ya..
(tertawa) Aku G meminta teman-teman untuk mengerti kondisiku, tapi setidaknya
aku kala itu berharap mereka menghargaiku, itu saja. Aku agak gimana gitu
ketika ada yang bilang, “hush hush” waktu aku menarik uang kas (berhenti
sejenak lagi) dibilang marah ya gimana ya, aku posisinya capek, harus nglajo
tiap hari, istirahat cuma dari jam 2 sampai setengah lima, G pernah tidur
siang, masih harus ngerjain tugas kuliah, lalu ada masalah KEMPONG pula yang
serasa dibuat-buat oleh pihak-pihak tertentu. Aku capek fisik, mental, dan
waktuku terbuang banyak selama semester lima. Selain itu masih ada masalah
ketika aku kecelakaan dan harus berurusan dengan paguyuban bus, ditempeli oleh
setan selama beberapa minggu, hampir dipukul begundal (baca: orang yang maling
motor di pinggir jalan di daerah gelap) pakai besi panjang (kurang ajar
begundalnya, ngumpet di gelap-gelap, dekat truk yang lagi parkir) saat pulang
ke rumah, lalu ketika sampai ke rumah, ibuku masih belum tidur (selalu
menungguku sampai dini hari), ibu selalu menyiapkan nasi goreng untukku sebagai
makan malamku. Aku tidak pernah meminta sebenarnya, tapi ibu selalu
membuatkannya.
Terus terang, ibuku G pandai memasak, beliau baru memasak ketika
aku mulai masuk kuliah, dan masakannya G enak, aku selalu mengkritiknya
soalnya. Tapi bagaimana, endingnya aku tetap memakan nasi goreng yang sudah
dingin luar biasa itu sebelum tidur. Rasa nasi goreng dingin itu adalah rasa
yang paling kuingat kalau harus mencitrakan semester 5 itu seperti apa. Terasa
hangat di perut tapi itu merupakan nasi goreng paling G enak yang pernah
kumakan, dan itu berkali-kali, kadang aku sampai tercekat gara-gara menahan
tangis, sambil terus memakannya. Aku menyadari betul, orangtuaku benar-benar
mencemaskan anaknya yang tak berguna ini. Kadang pula aku pulang jam setengah 1
malam, kala hujan, berbekal jas hujan yang dipinjamkan Heru ataupun Nanang.
Kadang di jalan menangis sambil terus melaju. Benar-benar menyedihkan, konyol
sekali kenapa aku tetap memaksakan diri untuk pulang padahal sudah jam 1 malam,
saat hujan tetep kuterobos pula. Dingin, dingin luar biasa, dan akhirnya aku cuma
bisa menangis di sepanjang jalan saja. Sendirian... Menyedihkan sekali, ya..
Lalu kenapa aku bisa tetep sehat? Aku ini anak yang jatuh sakit kalau terkena
masalah mental, atau mendapatkan beban pikiran yang terlalu banyak. Kalau soal
ketahanan fisik, menerjang hujan berjam-jam, beraktifitas seharian sih G
masalah, aku G akan sakit (tertawa) tapi ya namanya manusia ya, endingnya di
akhir semester 5 aku merasakanya juga. Kala berkendara, aku beberapa kali
hampir hilang kesadaran, seolah saraf-saraf di kepalaku terasa berat, membuatku
hampir hilang kesadaran, dan kalau sudah begitu aku pasti menggeleng-gelengkan
kepalaku dengan keras, berharap kesadaranku kembali tapi satu hal yang
menyeramkan muncul, beberapa kali jantungku serasa ditikam, aku merasa sakit
luar biasa, dan itu bukan hanya ketika berkendara, ketika tidak sedang
melakukan apa-apa juga kadang kambuh, aku jadi takut, jangan-jangan aku
mengalami gejala penyakit jantung.
White Prince: (mendengar cerita dengan
mata berkunang ehh maaf mata berlinang) Bagaimana pendapatmu terhadap
Sutradara, Astrada, dan Pimpro?
Yusuf: Hmm.. Aku G melihat keistimewaan
berarti dari Angga. Aku mikirnya gini, kalau Pimpronya Faozan mungkin bakalan
lebih baik dari Angga, atau mungkin malah sebaliknya, atau malah mungkin kalau
Rima yang jadi Pimpronya bakal lebih baik produksi pementasannya (tertawa).
Kalau Astrada, Hana itu luar biasa. Aku respek sekali dengannya. Segala yang
dilakukannya aku tahu itu demi kebaikan yang lain, jadi aku benar-benar
menghormati tiap permintaanya. Dia pernah bilang begini, “Ucup itu sama kaya’
aku ya ternyata, tipe yang dipendam terus nanti kalau sudah tidak kuat untuk
memendam, akan meledak. Tipe eksplosif”. Lalu Handoko. Awalnya memang aku
berpikir, kalau aku G jadi sutradara mungkin aku akan membenci Handoko dan
tidak akan ikut mendukung drama ini, pokoknya pikiran-pikiran negatif gitu deh,
tapi ternyata ketika yang terpilih benar Handoko, perasaan negatif itu lenyap
begitu saja, tidak muncul sama sekali, aku sendiri terkejut, tidak menyangka
kalau ternyata aku akan selapang dada itu menerima keputusan teman-teman.
Malah
setelah itu Hana sms aku, bilang G enak ma aku, Handoko juga ngomong langsung
ma aku. Hahha.. akunya malah tertawa dan bilang, “Enggak kok, pada kenyataannya
ternyata aku biasa saja meski G bisa jadi sutradara”, dan ketika melihat
Handoko bekerja, aku benar-benar mendukungnya. Aku tahu betul perjuangannya,
juga pengorbanan yang ia sembunyikan lewat moodnya yang ceria dengan senyum
mengembangnya. Sempurnanya Handoko sebagai sutradara ya seperti itu, itu udah
maksimalnya dia.. Hahha.. (tersenyum)
White Prince: Bagaimana rasanya jatuh
dari motor beberapa kali?
Yusuf: Waaah, pertanyaanmu kejam ig
(terpana) Itu adalah hal yang paling ingin kulupakan (males mengingat-ingat)
Pertama kali aku jatuh dari motor tu saat disrempet taxi putih di jalanan
menurun trangkil, malam saat bulan puasa, konyolnya si supir taxinya langsung
lari meninggalkan taxinya. Waktu itu yang kutakutkan adalah kalau sampai aku
terlindas oleh kendaraan-kendaraan di belakangku, tapi alhamdulillah tidak. Aku
bangun tanpa ada yang membantu, semuanya hanya diam memandangku, lalu aku
pulang ke rumah dengan ya... luka-luka begitu, sesampainya di rumah dimarahi
(tertawa getir) kali kedua lebih shocking kecelakaannya, aku dan motorku
akrobat di udara, terlempar jauh di jalanan, saat itu gara-gara menghindari
motor menyebrang, yang menjengkelkannya, motor tersebut langsung melaju tanpa
menolongku, tapi seketika kuli-kuli bangunan di pinggir jalan menolongku, aku
dan motorku diamankan. Tiap kali kecelakaan aku sadar sudah membuat khawatir
keluarga, karena aku ini anak pertama dan orangtuaku cuma memiliki 2 anak, aku
dan adikku. Saat sahabat-sahabat baikku tahu aku kecelakaan, mereka pasti
marah-marah, dan selalu menyuruhku untuk ngekos saja daripada tiap hari
membahayakan nyawa dengan nglajo. Marah-marahnya sahabat-sahabatku itu
sebenarnya tak pernah kusangka, karena ternyata bukannya aku ditanyai ada yang
luka atau tidak dsb tapi malah dimarahi (tertawa), dan mereka menyampaikan
kemarahannya itu dengan bahasa dan cara yang lucu. Ya, sahabat-sahabtku itu
ternyata begitu memedulikan keselamatanku, ternyata memang selama ini aku tidak
salah mencari sahabat, mereka adalah sahabat-sahabat yang baik, yang begitu peduli
dengan keselamatan sahabatnya yang satu ini, yang selalu merepotkan mereka
(tertawa). Aku terharu, ternyata keberadaanku penting bagi mereka. Aku merasa
dihargai dan merasa hidupku lebih bermakna ketika aku sadar bahwa
sahabat-sahabatku itu begitu menyayangiku (tertawa) tapi kemudian masih terjadi
beberapa kecelakaan sampai ketika semester 5 habis.
Waktu itu aku dari
observasi di SMPN 1 Bonang bersama Sikha, dan aku ditabrak 2 kali, depan
belakang, oleh angkot dan motor cowok. Aku terpental jatuh dan kali itu pertama
kalinya aku G luka-luka, sebaliknya motor Revoku rusak parah. Semua warga
terkejut melihatku yang masih sehat wal afiat padahal motorku bentuknya udah G
mungkin bisa dikendarai lagi. Endingnya aku dan para penabrak dibawa ke kantor
polisi. Nah, di saat kecelakaan kali ini lah aku mendapatkan pengalaman dan
pelajaran hidup luar biasa. Si penabrak, yaitu sang supir G mau mengaku salah.
Benar-benar kurang ajar, begitu pikirku, lalu konflik sebenarnya muncul ketika
malamnya rumahku didatangi orang-orang berpakaian hitam kaya’ preman, ternyata
orang-orang dari Paguyuban supir itu, juga anggota keluarga si pemilik motor
cowok (yang nabrak aku adalah anaknya yang masih SMP, waktu itu mboncengin 2
temannya) terjadi perseturuan antara 2 belah pihak itu yang G mau disalahkan.
Aku sendiri terhentak luar biasa ketika si supir bisa-bisanya mengaku kalau dia
membanting setir jauh sebelum menabrakku, demi menyelamatkanku. Konyol sekali,
dia yang hampir saja menghilangkan nyawaku kok malah sekarang berdalih sebagai
pahlawan yang membanting setir, dan kata-katanya itu bohong besar, membanting
setir jauh sebelum menabrakku dari hongkong???. Meski menghadapi banyak orang
dari paguyuban, luar biasanya ibuku mampu mengendalikan situasi diantara para
laki-laki berbaju hitam itu, dan berkata lebih baik diselesaikan di pengadilan
saja. Hebat, aku tak menyangka kalau ibuku akan sebijaksana itu. Aku tak pernah
tahu bagaimana ibuku bekerja di kantor, bagaimana menghadapi rekan-rekannya
saat rapat, tapi kali ini ibuku benar-benar menunjukkan bahwa keadilan itu
memang harus ditegakkan, G boleh tu si supir seenaknya melarikan diri dari
tanggung jawab. Lalu ketika ibuku berhasil mengusir orang-orang itu, dari dalam
rumah aku dan ibuku memandangi kalau mereka sedang menginfertir bapaknya anak
SMP yang menabrakku. Keesokan harinya di pengadilan, alhamdulillah aku yang menang,
mereka harus mengganti rugi. Ada 2 hal yang kudapat, pertama aku jadi takut
untuk menghadapi kenyataan nanti aku juga akan menjadi dewasa. Okelah,
orang-orang dewasa punya keluarga yang harus mereka bina dan
pertanggungjawabkan, tapi bukan begini caranya, mereka bisa-bisanya melakukan
kebohongan dengan mengaku sebagai pahlawan, padahal kenyataannya mereka yang
hampir menghilangkan nyawaku. Tetap harus bertanggung jawab dong! Mau kamu
seorang kyai pun, tapi kalau kamu menabrak orang hingga mati, hal itu tidak
akan mengubah kenyataan kalau kamu habis menabrak orang hingga mati.
Lalu satu
hal lagi, dan ini paling krusial. Sejujurnya apa yang ada di film-film itu
benar adanya, ketika orang menjelang kematian, tiba-tiba sepersekian detik akan
terasa lama, semuanya akan bergerak melambat, dan secara otomatis muncul
kenangan-kenangan, penyesalan-penyesalan dari masa lalu, dan hal itu terjadi padaku
(meski yang muncul berkelebatan di memori selalu berbeda di tiap kesempatan),
berkali-kali ketika aku jatuh dari motor. Tiba-tiba teringat keluarga, sahabat,
semuanya, tapi satu hal yang sama di setiap kali aku jatuh, aku selalu berdoa, meminta
kepada Allah, “Aku belum mau mati!”. Aku punya tujuan hidup yang ingin kucapai,
baru setelah itu aku rela kalau mati, sebelum aku mencapainya aku tidak boleh
mati dulu, begitu salah satu prinsip hidupku. Ketika kecelakaan di Bonang itu,
aku naik motor pelan dan tiba-tiba ada angkot ngebut dari arah yang berlawanan,
menerobos motor pembawa hasil pertanian, menyebabkan angkot itu merapat ke sisi
jalan yang arahnya sudah berbeda, yaitu ke jalan yang kulewati (kalau
kuterangkan lewat tulisan memang kalian akan bingung) lalu aku menepi sekali ke
pinggir, tapi tidak mungkin ‘berhasil’ karena angkot itu luar biasa ngebutnya,
aku kali itu hanya berdoa, “Ya Allah, jangan sampai aku kecelakaan lagi” lalu
ketika aku menepi, tiba-tiba bum! Dari belakang ditabrak oleh motor laki-laki
yang lagi ngebut pula, seketika itu kenangan-kenangan akan kebahagian selama
hidup, dan penyesalan-penyesalan bercampur menjadi satu, aku berdoa dalam
sepersekian detik itu, “Tidak... Kakiku...” karena aku tahu motor bagian
depanku pasti akan ditabrak oleh angkot itu dan kakiku terancam, aku berpikir,
“Aku tidak boleh mati dulu, biar kakiku saja...” tapi segera aku meralat
permintaanku itu kepada Allah, “Tidak... Aku tidak bisa hidup tanpa kakiku, aku
tak bisa hidup kalau aku cacat, sudah cukup banyak bekas luka di tubuhku. Ya
Allah, tolong selamatkan aku!” dan Bum!! Tertabrak juga, tapi entah bagaimana
tubuhku terpental ke pinggir jalan, aku selamat. Sebuah mukjizat luar biasa,
yang bahkan Sikha yang muncul belakangan sempat terheran-heran mengapa aku
masih bisa sanggup berdiri, tidak kurang satu apapun. Waktu itu perasaanku
campur aduk, entahlah, aku tak bisa melukiskannya. Waktu mandi pun, aku kembali
mengecek tubuhku, memang benar, aku tidak kurang satu apa pun, tidak luka-luka
sedikitpun. Saat aku memandangi wajahku di cermin, aku merasa terenyuh.
Berkali-kali aku jatuh dari kendaraan, berkali-kali pula Allah selalu
memberikan kesempatan kepada hambanya yang tidak berguna ini. Jadi pengalaman
tersebut jatuhnya ke religius, dan semester 5 itu pula aku lagi dekat-dekatnya
dengan kalimasada, hingga membuatku mengambil satu kesimpulan dari peristiwa
itu.
Aku kembali mengingat kejadian yang menimpa orang lain, sekali kecelakaan
orang bisa patah tulang, luka parah, bahkan meninggal, tapi aku? Sepertinya
Allah memiliki skenario besar untukku, yang aku tidak tahu apa itu. Aku
berpikir, takdirku terlalu kuat untuk dihadang dengan kecelakaan-kecelakaan
saja. Sejak itu aku memetik satu hikmah, yang kemudian kujadikan landasan
hidupku, menjadi bagian dari apa yang ingin kulakukan, yaitu aku ingin
bermanfaat bagi orang lain. Ya, rasanya kalau aku hidup lebih lama, aku akan
terus bermanfaat bagi orang lain, begitu pikirku. Secara tidak langsung, takdir
yang digariskan oleh Allah itu kuterjemahkan bahwa aku harus bisa bermanfaat
bagi orang lain di dunia ini, dengan menjalani profesiku kelak dengan baik, dan
mempertanggungjawabkannya (tersenyum) Oia, kalau kamu tanya kapan kecelakaan
terakhir itu kira-kira 2 bulan yang lalu, waktu itu aku jatuh dari motor ketika
diboncengkan oleh temanku malam-malam, melewati Akbid Husada. Aku G enak ma
dia, apa jangan-jangan gara-gara faktor ada aku, jadinya kecelakaan, tapi
untungnya kami Gpp, cuma luka ringan, padahal waktu itu hujan deras dan jalanan
super licin karena aliran air yang turun membanjir ke jalanan (endingnya motor
Revonya Yusuf dijual dan sekarang pakai Supra X merah)
Ketika
awal semester 1, Yusuf dan teman-temannya yang bernama Taufik, Iskandar, dan
Habieb sempat mencoba usaha kaos bersama. Keempatnya mendesain sendiri kaos
produksi mereka, lalu menjualnya dengan dititipkan di distro-distro dan kalau
malam minggu dijual langsung di alun-alun Demak, malah tiap lailatul qodar
keempatnya berjualan. Sebenarnya hasilnya lumayan, tapi karena keempatnya sadar
bahwa kuliah makin lama menjadi prioritas, akhirnya usaha kaos itu pun bubar. Ada
beberapa teman yang menasehati Yusuf saat PPL dan KKN nanti. Mereka mewanti-wanti
agar jangan sampai Yusuf cinlok dengan rekannya karena cinlok itu hanya sesaat
saja, hanya gara-gara sering bertemu dan bekerjasama, apalagi pas KKN ntar yang
kalau harus serumah, lalu teman-temannya Yusuf itu memberi contoh-contoh kisah
cinlok kakak kelas, tentang nikung, dsb. Yusuf sih mengakunya ya mewaspadainya
saja, jadi ya cukup PPL dan KKN secara profesional saja. Yusuf mengaku kalau ia
G begitu suka jika ciri khasnya dipakai orang lain. Ia biasa menciptakan
kata-kata sendiri, contohnya ciri khas tawa ala Yusuf. Dulu waktu semester 5,
tawa khasnya Yusuf yang antagonis sekali itu benar-benar jadi bahan duplikasi
yang hasilnya G ada mirip-miripnya. White Prince dan Tanti yang biasa menirukan
juga G bisa sealami (baca: seantagonis membahana pemilik tawa aslinya)
sampai-sampai ketika KKL dulu waktu Yusuf naik coaster ke rumah hantu di Trans
Studio dan tertawa-tawa membahana di awal, Tya yang satu coaster dengannya,
berkata tajam, “Yusuf, pokoknya nanti di dalam kamu G boleh tertawa kaya’ gitu.
Tawamu membuat suasana menjadi lebih seram”. Sebenarnya tawa aslinya Yusuf itu
alami dan tercipta sendiri, tapi gara-gara dieksploitasi habis-habisan, tawanya
pun hilang, Yusuf pun lupa bagaimana cara tertawa ala dirinya dulu.. Lalu
bahasa yang digunakannya dulu yang khas, seperti, “Aku kan Sangang”, dan “Ha9X”
sekarang sudah tidak digunakan lagi karena udah mulai dipakai beberapa orang
dekatnya juga, endingnya Yusuf menciptakan ke khas’annya yang baru lagi (tapi
kata Oe Oe masih dipakai. Ngomong-ngomong kata Oe Oe itu sapaan antara anggota
basket zaman SMAnya dulu, terus dipakai anak-anak yang lain sampai sekarang,
termasuk Yusuf)
White Prince: Apa alasanmu rempong
sekali mengadakan arisan?
Yusuf: Karena aku ingin mengikat diriku
pada yang lain, pada teman-teman. Begini, di tiap semester aku selalu
memanjatkan satu doa kepada Allah, yang ingin kucapai di semester itu. Misal
semester 1 aku berdoa agar aku bisa membuktikan kepada orangtuaku bahwa dengan
nglajo pun aku pasti tetap bisa mendapatkan IP yang bagus, bahkan kalau bisa,
lebih bagus dari teman-teman yang G nglajo sekalipun. Dan terwujud. Nah di
semester 3 kan aku sadar selama ini G available untuk teman-teman, maka dari
itu aku memanjatkan doa agar di semester 3 aku bisa lebih dekat dengan yang
lain, ya setidaknya memberikan kesempatan mereka untuk mengenalku, dan secara
kasarnya menjadi alasan bagiku untuk mau G mau menjalin hubungan dengan
teman-teman. Begitulah, dan alhamdulillah diapreasiasi secara luar biasa.
Selain itu endingnya aku malah mendapatkan keuntungan lain, aku memang basicnya
sudah terbiasa memanajemen waktu dan uang, lalu karena arisan, aku jadi bisa
memanajemen diri lebih baik, yaitu menjaga kepercayaan teman-teman, dengan
bertanggung jawab atas uang yang dititipkan kepadaku. Alhamdulillah imanku
kuat, enggak korupsi, dan ini berlanjut dengan tugasku sebagai pemegang uang
kas di KEMPONG yang sejauh ini lancar (meski masih G tahu mau ngasih souvenir
apa), tapi ada satu kendala yang dulu membuatku shock ketika tiba-tiba Indiy
mengundurkan diri di pertengahan arisan, mau G mau aku sebagai penyelenggaranya
harus mengambil alih nama yang kosong setelah ditinggalkan Indiy. Ya, hal itu
memberiku pengalaman untuk selanjutnya mengajak anak-anak yang serius untuk
arisan saja, daripada mengajak yang main-main (tertawa)
White Prince: Dulu sempat ngadain
touring untuk teman-teman BSI, tapi kenapa G berlanjut?
Yusuf: Hahahha.. Iya, enggak berlanjut
memang. Itu sebenarnya doaku semester 4. Sejak lulus SMA, aku dan teman-teman
BH Cipoks ku memang masih intens ngumpul, touring, dsb. Nah, gara-gara
kuposting di FB, salah satu teman BSI protes, “Cup, kenapa G ngajak touring
teman-teman BSI juga? Ayo adain Touring” Aku tertawa, maksudku komennya
sebenarnya G nyambung, ini kan touring kelompok di luar BSI, kok disamain, ya
kaya’ aku main bola tapi ma teman-teman dari berbagai jurusan, malah mungkin
ada yang dari universitas beda, begitu pengandaianku (atau misal futsal dengan
teman-teman satu kos sendiri), tapi aku tetap tergelitik dengan komen temanku
itu yang selanjutnya kujadikan doaku di semester 4, aku berdoa agar aku bisa
lebih dekat dengan teman-teman kuliah melalui touring-touring yang
menyenangkan. Alhasil aku berhasil mengajak teman-teman ke Lawang Sewu,
dilanjut dengan touring Gedong Songo 2 kloter. Benar-benar menyenangkan dan
membuatku bersemangat, hingga aku mulai berani menyusun rencana untuk mengajak
yang lain ke Jepara (pulau panjang pada touring semester berikutnya) tapi
kenyataan tak seindah dengan harapan. Di touring keempat, yaitu ke Nglimut,
terjadi hal-hal yang tak kuduga dan jujur, aku benar-benar marah dengan
rentetan hal yang terjadi. Aku benar-benar malu dengan mas Yusuf, pacarnya
Yessi yang waktu itu ikut ke Nglimut. Maksudku, aku takutnya nama anak-anak
jadi jelek gara-gara beberapa hal yang terjadi sepanjang touring di Nglimut,
aku jadi malu sendiri dan pengen minta maaf tapi G berani bilang langsung ma
mas Yusuf. Touring Nglimut itu adalah kegagalan pertama penyelenggaraan
touringku yang akhirnya membuatku memilih untuk tidak lagi mengadakan touring
(tertawa) dan anehnya terjadi lagi pas wisata kempong kedua di Umbul, waktu itu
aku benar-benar bad mood luar biasa (baca: marah), aku ngambek, dan lagi-lagi
waktu itu mas Yusuf ikut. Aku benar-benar malu karena aku sebagai penyelenggara
G bisa menyukseskan touring tiap kali mas Yusuf, yang notabene sebagai tamu
ikut. Kenapa ya? Itu kegagalan kali kedua dan semoga yang terakhir (memasang
wajah datar)
White Prince: Apa alasanmu membuat blog
lalu berpartner dengan mas-mas bernama Rio?
Yusuf: Sebenarnya itu refreshing buatku.
Aku jujur ada di titik jenuh saat pertengahan semester 5, dan kala itu ide
membuat blog dan kesepakatan kita untuk berpartner membuatku bepikir, “Ok,
nampaknya menarik”. Dengan adanya blog ini, aku ingin berkreatifitas, menajamkan
skill ku dalam public relation, dan meningkatkan kemampuan menulisku. Ya,
sejauh ini menyenangkan dan sesuai harapan awal. Kuceritakan satu hal, dulu aku
pertama kali menulis itu kelas 5 SD, tepatnya membuat komik. Aku menggambar dan
menulis kisahnya seperti komik, hingga menghasilkan beberapa judul, salah satu
yang kubuat bercerita tentang kisah anak-anak terpandai sedunia yang belajar
bersama di sebuah asrama. Mereka belajar arti perbedaan dan kebersamaan lalu
karya selanjutnya ketika aku menulis cerita bersambung 2 bagian (kisah horror
komedi dan alhamdulillah apresiasi yang luar biasa membuatku berani untuk
menelurkan karya selanjutnya) dan novel berseri di SMP, waktu itu aku menulis
di buku harian, judulnya Amazing Survivor, menceritakan kisah para penumpang
pesawat jatuh di segitiga bermuda. Dari total 15 seri yang kurencanakan, aku
hanya mampu menghasilkan 6 seri, totalnya sudah 800 halaman lebih, dengan tiap
chapternya berisi 30 halaman. Sejujurnya aku sendiri waktu itu agak bingung,
ternyata kemampuanku menulis benar-benar “menakjubkan” tapi karena aku tak
memiliki dukungan yang kuat (baca: orangtua yang hanya menganggap anaknya
sekadar menulis saja), endingnya aku lupa kalau aku bisa menulis dan
menghasilkan karya yang bagus padahal waktu itu teman-teman sekelas mengantri
novel yang kutulis itu, ditunggu selalu sampai aku menghasilkan kisah terbaru.
Hahhaha... Lalu ketika SMA aku jadi ketua mading tapi aku jujur lebih puas
dengan hasil kerjaku pada mading kelas, di situ ada segmen star on the week,
yang isinya memuat profil (benar, aku mewawancara teman-teman sekelas)
teman-teman (ini inspirasi awal hadirnya blog ini, soalnya konsepnya paling
cocok) dan aku juga kembali membuat cerita bersambung, tentang cerita thriller
suspens, yang alhamdulillah kembali diapresiasi oleh teman-teman. Kemudian
ketika aku melakukan drama di kelas 2 dan 3 SMA, ide yang kulontarkan
benar-benar terlalu out of the box meski saat mementaskannya sebenarnya lancar.
Akhir-akhir ini aku menyadari satu hal dan itu merupakan kekecewaan. Selama ini
ternyata aku memiliki bakat dan potensi yang belum tentu semua orang miliki,
yaitu mampu menuangkan kisah dengan imajinasi yang luar biasa ke dalam tulisan.
Aku ingat ketika aku begitu bersemangat menulis cerpen untuk antologi, lalu
ketika aku mengusulkan drama musikal. Satu hal paling jelas dari semua ini yang
kupelajari adalah aku tak memiliki medium yang tepat untuk bakatku ini, bahkan
pemikiran dan imajinasiku terlalu cepat untuk perkembanganku. Aku tertawa-tawa
sendiri G menyangka waktu muda sudah bisa menggambar komik, menulis novel
hingga berseri-seri dengan imajinasi yang alhamdulillah G luntur-luntur.
Meskipun sudah di tingkat tertinggi yaitu kuliah, tapi tetap saja ideku untuk
drama musikal itu terlalu cepat dan mendadak untuk para mahasiswa yang memang
bukan bidangnya untuk bermusik. Ah, entahlah... Aku jadi kasihan dengan diriku
sendiri gara-gara G ada yang bisa menampung passionku ini.. Eman-eman banget
(mendesah)
White Prince: (kaget melihat tingkah
Ucup) Apa yang kamu pelajari selama nglajo, selama naik motor di jalan? Kan
berarti hidupmu juga dihabiskan diatas motor..
Yusuf: Banyak. Aku melihat kehidupan
dari banyak sudut pandang. Tiap pagi ketika naik motor dan berhenti di lampu
merah, pasti akan ada peminta-minta, penjual koran dsb, dan orang-orangnya
masih itu-itu saja, sejak aku semester 1 hingga sekarang, bahkan ada pengemis
yang pura-pura menempelkan daging bernanah palsu di kakinya agar dikira sebagai
korban kecelakaan yang kasihan. Aku G tega kalau bertemu orang-orang seperti
itu di jalan, kasihan, biasanya aku kalau bawa uang di saku akan langsung
kuberikan kepada mereka. Tapi di antara kehidupan yang tampak getir dari luar
itu, jujur aku benar-benar terhenyak ketika melihat anak-anak kecil itu
ternyata masih bisa tertawa, benar-benar pure tampak bahagia seolah G sadar
kalau kehidupan yang mereka jalani itu benar-benar jalan kehidupan yang kejam.
Lalu ketika tengah malam aku naik motor, kulihat masih ada saja anak kecil,
bahkan ada yang terkantuk-kantuk tidur di pembatas jalan di tengah. Saat pulang
dari unnes tiap jam 1 atau 2 malam lebih menyayat hati lagi. Aku benar-benar
melihat orang-orang tidur di depan rumah atau toko orang, bahkan masih ada yang
berjualan di tengah malam seperti itu, masih ada yang mendorong gerobak
sampahnya, masih banyak yang bekerja untuk menyambung hidupnya, lalu ketika
melewati salah satu sudut kota tampak seperti biasa para penjaja tubuh di
pinggir jalan, berpakaian minim dengan banyak laki-laki hidung belang di dekat
mereka. Jalanan itu tempat yang cukup kejam menurutku. Entahlah, meski aku
terenyuh dengan mereka tapi tetap saja pada akhirnya aku tak bisa melakukan
apa-apa, i do nothing..
White Prince: Bagaimana pendapatmu
terhadap Firstya dan PKM-PKMnya?
Yusuf: Firstya itu salah satu anak yang
kuantisipasi sejak semester 1. Waktu itu kuliahnya bu Pristi, berbicara. Ketika
Firstya maju dan bercerita, luar biasa, semuanya terdiam, dan aku langsung
berani bertaruh padanya, “Angelina Jolie satu ini nampaknya akan jadi mahasiswa
bersinar sepanjang aku kuliah di sini”. Benar saja, perlahan Firstya
menunjukkan kemampuannya. Aku G mau mengomentari PKM-PKMnya, aku pengen mengomentari
masa depannya Firstya saja. Beberapa waktu yang lalu aku berenang dengan
temanku (sebelum bulan puasa) dan teman kuliahnya juga gabung. Lalu saat
berkenalan, ternyata dia itu teman SMP dan SMAnya Firstya. Hahha... temannya
temanku (yang juga temannya Firstya) yang bernama Azuma itu menceritakan
tentang Firstya. Aku jadi lebih banyak memahami kenapa Firstya bisa sehebat
sekarang ini tetapi ada satu hal yang sudah berubah dari Firstya dari yang
diceritakan oleh Azuma. Hahahhaha.. Firstya itu tetaplah wanita biasa, yang mau
sekaku apapun, tetapi kalau sudah bersama dengan orang yang disayanginya (baca:
mas-mas bengek berprestasi) pasti akan menunjukkan sisi kewanitaannya juga
(tertawa), jadi menurutku pribadi aslinya Firstya eman-eman banget kalau
endingnya dia sekarang lebih “manusiawi” padahal potensinya besar sekali untuk
mencapai masa depan yang bagus, kecuali Angga tiba-tiba mati, lalu Firstya
kembali fokus pada jalannya untuk mencapai masa depan yang lebih sukses. Hahahha...
Tapi tidak apa-apa, setiap orang pada hakikatnya ingin memilki orang yang ingin
mereka sayangi sepenuh hati dan ingin mereka lindungi (tertawa) jadi fine-fine
saja. Kesimpulannya, meskipun Firstya, si Angelina Jolie yang G suka diduain ma
Hp dan Laptop ini tampak kaku di luar, tetap saja kalau kita lihat benar-benar,
dia itu juga manusia biasa seperti orang-orang pada umumnya (tertawa) (emang
Firstya robot?)
Sebenarnya
Yusuf kecil dulu adalah anak penakut, tetapi ia lebih berani dengan
horror-horror bahkan tertarik bila ada cerita horror ketika SD ia menonton
Disini Ada Setan!. Di dalam serial yang ditayangkan SCTV itu, para remaja yang
awalnya diteror oleh setan akhirnya beralih untuk menjadi pembasmi setan yang
mengganggu manusia. Nah, dari situ lah Yusuf jadi disebut occult oleh teman-teman
dekatnya. Yusuf pertama kali melihat setan ketika ia kelas 1 SMA, waktu itu
sehabis menengok kelas malam-malam bersama 2 orang sahabatnya (karena esok
paginya adalah lomba kebersihan kelas), mengecek bahwa hiasan di tembok kelas
udah pas, lalu ketika pulangnya berboncengan naik motor 3 anak sekaligus (Yusuf
paling belakang), mereka melewati jalanan perumahan kecil yang sepi. Nah, waktu
Yusuf menengok kanan kiri, tiba-tiba dari kejauhan ia sudah melihat sesosok
aneh tak jauh di depannya, lalu ketika motor semakin mendekat, Yusuf
memicingkan mata untuk melihatnya, dan “Waaaa!!!! Teman-teman, kalian lihat
tadi?!” teriak Yusuf pada kedua temannya yang ternyata tidak melihat. Setelah
itu Yusuf menceritakan kalau yang baru saja ia lihat adalah kuntilanak yang sedang
membawa anak, persis di bawah pohon yang baru saja mereka lewati. Kemudian
sebelum ketiganya berpisah, malam itu 2 temannya meminta Yusuf untuk
memotretnya di depan rumah salah satu dari mereka. Keesokan harinya, salahsatu
teman Yusuf memberitahukan hal mengejutkan, foto yang diambil tadi malam secara
tidak sengaja memotret keriuhan di depan mereka, tampak banyak sosok berwarna
putih seolah berlalu lalang di belakang kedua temannya yang difoto itu (depan
rumah yang dijadikan setting foto merupakan toko serba ada) dan satu hal lagi
yang kemudian membuat Yusuf dan 2 temannya, Iskandar dan Taufik paranoid, ada
sebuah tangan berwarna putih menggelantung dari pundak Iskandar di dalam foto
itu (sebelumnya fotonya hampir dilenyapkan tapi tidak jadi) Pengalaman horror
Yusuf banyak sekali, yaitu ketika di Lawang Sewu yang sampai bapaknya Fika
turun tangan, dll, tapi ada satu hal yang paling mencekam bagi Yusuf, yaitu
ketika ia dan Heru ke Nglimut. Keduanya sebeenarnya sudah merasakan atmosfer
horror sepanjang perjalanan naik menuju air terjun, tapi keduanya tersadar
kalau lebih baik jangan dilanjutkan karena tiba-tiba terdengar suara gamelan
dan sinden di tengah hutan, yang menjadi kali kedua Yusuf mendengarkannya
(sebelumnya juga pernah mendengarnya bersama Toni, Aji, Handoko waktu hampir
tersesat pulang di hutan Curug Lawe), “Kali itu benar-benar atmosfernya
mencekam. Seperti ada keramaian dengan diiringi lagu-lagu Jawa, dan seolah ada
yang berbisik padaku, kalau aku dan Heru melangkah lebih jauh lagi, kami tidak akan
bisa kembali. Ketika sudah sampai rumah, aku mengecek hari itu, ternyata hari
itu 1 suro” begitu Yusuf menjelaskan. Soal Yusuf diikuti saat semester 5 itu
lain lagi. Hampir 3 minggu Yusuf merasa ada yang tak beres dengannya, dan
akhirnya ia berkonsultasi dengan Fika. Fika bilang memang Yusuf tampak suwung
beberapa minggu terakhir, dan ternyata memang ada yang mengikuti Yusuf, sesosok
laki-laki dari dunia lain. Akhirnya Yusuf bicara terus terang kalau selama ini
nglajo (Fika kaget) dan saat dini hari pun masih tetap pulang ke rumah. Fika
kemudian bercerita bahwa sepertinya Yusuf diikuti gara-gara waktu dini hari itu
naik motor G berdoa, dan malah melamun, lalu karena kelengahannya itu akhirnya
Yusuf diikuti setan dari jalanan, yang untungnya masih dalam tahap mengikuti,
bukan menempel (saking takutnya Yusuf sampai minta Muslim buat nunggu di luar
kamar mandi ketika ia lagi mandi)
White Prince: Kenapa memutuskan untuk
ngekos di semester 6?
Yusuf: Ada 2 alasan. Pertama karena
gejala-gejala penyakit jantung dan makin lemahnya saraf di otakku sehingga
kesadaranku ketika berkendara jadi agak membahayakan. Soalnya aku merasa umurku
makin pendek. Kedua dan alasan terpenting, karena aku ingin menghabiskan waktu
bersama sahabat-sahabatku, orang-orang yang peduli dan benar-benar menerima aku
apa adanya di UNNES, yaitu Nanang, Rio, Heru, Fika, Dewi, Anang, Anam dan
Gallant. Kedelapan anak ini begitu berjasa sepanjang aku kuliah di sini (dari
semester 1-5) Jadi doaku di awal semester 6 adalah agar aku bisa menghabiskan
waktu bersama dengan sahabat-sahabatku dengan me available kan diriku selama 24
jam di unnes, yaitu dengan cara ngekos. Ya, itung-itung selama 4 bulan
ngerasain juga bagaimana rempongnya ngekos dan bagaimana nikmatnya (tertawa).
Oia, sebelum aku memutuskan untuk ngekos, di akhir semester 5 aku memberitahu
kondisiku yang selama ini kututupi (yaitu nglajo dari semester 1-5) pada
sahabat-sahabat baikku yang belum kukasih tahu, yaitu Fika, Gallant, dan Dewi
karena aku berpikir begini, lebih baik mereka tahu langsung dariku daripada
menebak-nebak sendiri atau tahu dari orang lain, jadi biar merasa tidak
kubohongi. Soalnya semuanya kan tahunya aku ngekos. Ya memang aku ngekos, tapi
G kutempati.
White Prince: Memang kedelapan anak itu
bagaimana? Kok kamu bisa sampai niat segitunya untuk ngekos demi mereka?
Yusuf: Bakal panjang nih kalau
kuceritakan satu-satu. Begini, aku itu tipe yang kalau disakiti, akan membalas
berkali-kali lipat, tapi kalau hutang budi, juga akan membalas berkali-kali
lipat. Aku ini memang bukan tipe orang yang menyebut seseorang dengan mudahnya
sebagai sahabat, apalagi keluarga (tertawa). Kriteriaku mungkin terlalu tinggi,
yaitu apa hal yang mereka berikan atau kontribusi apa yang mereka lakukan dalam
hidupku, baru aku bisa menyebut mereka sebagai sahabatku (tertawa) Gimana ya,
sistem bertemanku memang seperti ini, jadi kalau teman kuliah ya di otakku cuma
sebatas teman kuliah, tapi kalau sudah kuanggap sebagai sahabat, levelnya akan
lebih tinggi lagi. Kuberi contoh, aku itu tipe yang awet berteman lama dengan
teman-temanku, teman-teman SMP dan SMA. Misal kalau aku sudah menganggapnya
sebagai sahabatku, aku akan langsung ke rumahnya tanpa perlu sms, tanpa perlu
ada tujuan, dan mereka juga akan menyambutku tanpa menanyakan apa perluku. Jadi
mindsetnya, untuk mengunjungi seorang sahabat tidaklah perlu alasan, tinggal
datang saja, dan berkata, “ah, aku pengen jagongan mbek kwe” lalu bercanda
bersama atau bercerita tentang masalah yang dihadapi. Dari kedelapan anak tadi,
aku baru bisa mengaplikasikannya hanya pada Anam, Anang, dan Nanang karena
sejujurnya aku masih sungkan untuk datang ke kosnya Heru, Rio dan yang lain
kalau G bener-bener perlu. Baiklah, selanjutnya akan kuceritakan satu persatu
tentang kedelapan anak ini. Pertama Fika dulu. Awalnya aku tertarik berteman
dengan Fika ya karena dia punya indera keenam, aku jadi sering ngobrol
dengannya.
Lalu perspektifku berubah ketika melihat dengan mata kepalaku
sendiri Fika menolong Mey saat kehilangan laptop. Aku berpikir bahwa tidak
seharusnya aku hanya memandang Fika sebagai wanita berbau supranatural, tetapi
lebih dari itu dia juga wanita biasa yang ingin hidup normal dan punya
teman-teman yang pure ingin berteman dengannya. Satu hal, Fika benar-benar bisa
bermanfaat bagi sekelilingnya, yaitu ketika dia menggunakan kemampuannya secara
positif. Tidak jarang sebenarnya dia mengeluhkan tentang kemampuannya itu
tetapi bagaimana lagi, Tuhan terlalu sayang kepadanya sehingga memberinya
kemampuan itu, yang mungkin Tuhan berharap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
Fika untuk membantu orang lain, menjadi lebih bermakna bagi kehidupan sekitar.
Bahkan aku sendiri ketika semester 5 pas diikuti setan, bar-bare aku yo
ditulungi Fika. Alhamdulillah sejak dia turun tangan, aku enggak suwung lagi
(tertawa). Selain itu Fika adalah tipe sahabat yang care kepada temannya. Dia
itu gampang terharunan dan gimana ya, aku melihat dia tu sebagai orang yang
pure, luar biasa pure. Lalu kedua Gallant. Anak ini sebenarnya kadang terlalu
skeptis dalam memandang berbagai hal. Ya, dia tahu betul bahwa semua hal takkan
bisa berjalan sesuai yang dia inginkan dan dia juga terbiasa untuk beradaptasi
kalau-kalau hal itu terjadi (jan-jane aku ngomong opo yo aku diwe bingung) Ada
satu hal yang membuatku terharu padanya. Ketika itu Gallant tiba-tiba mengajak
secara mendadak untuk ke Banjar, nginep di rumahnya, ntar main juga ke Uwabong.
Aku dengan mudahnya menolak karena waktu itu Gallant masih belum tahu kalau aku
nglajo, jadi kondisiku G memungkinkan kalau tiba-tiba harus bersenang-senang
beberapa hari dengannya, lalu tolakanku itu akhirnya bikin Gallant ngambek. Aku
sih agak G enak, tapi ya gimana lagi. Kemudian pas aku di Banjar beberapa
minggu kemudian untuk urusan PKM, ibunya Gallant langsung mengenaliku, “Ooh,
ini temannya Gallant yang dari Demak itu, ya? Waah, katanya Gallant dia mau
ngajak temannya dari Demak ke sini, mau diajak nginep di sini, tapi kok G jadi
ternyata”. Aku terhenyak mendengar kata-kata ibunya Gallant, dan sampai
sekarang aku masih belum cerita pada Gallant tentang ini karena aku benar-benar
terharu bercampur G enak karena Gallant ternyata sudah mempersiapkan banyak untuk
mengajakku ke Banjar, sampai minta izin ke orangtuanya tapi waktu diajak aku
malah G bisa. Hmm.. (tertawa sebentar) Ternyata Gallant benar-benar menganggapku
sebagai sahabat baiknya. Waaah... Ketiga Anang. Anak yang satu ini lucu sekali
menurutku, dia tipikal anak yang let it flow dan manutan. Entahlah, kadang aku
mengkhawatirkannya karena sikapnya yang terlalu santai itu. Sebenarnya Anang
mirip dengan adikku, jadi ketika bersama Anang, udah kuanggap kaya’ bersama
adikku sendiri, sifatnya mirip soalnya (tertawa) Dulu awal kenal sih karena aku
surprise banget, ternyata ada yang suka korea selain aku, maka dari itu bisa
bersahabat hingga sekarang karena kalau ngobrol pun nyambung.
Keempat Dewi. Aku
G tahu harus bilang apa, sebenarnya tidak ada alasan khusus kenapa aku bisa
bersahabat dengannya. Terjadi begitu saja.. Mungkin karena dari awal ngobrol
nyambung dan dia pribadi yang luar biasa. Aku takjub padanya (tertawa) karena
dia tipe orang yang bijaksana, kecuali kalau lagi mood-moodan (tertawa lagi).
Kelima Heru. Dia itu sosok seorang ayah bagiku (tertawa), soalnya dia itu
selalu mengajak hal-hal positif, tipe orang yang menuntun tapi selalu protes kalau
dituntun. Ya, setidaknya dia selalu mengajak yang positif-positif, lah (baca:
ngajak ke pengajian, ikut diskusi, ndengerin ceramah, dsb) Aku banyak
mendapatkan manfaat positif setelah bersahabat dengannya. Dulu aku sebenarnya
memandangnya sebagai orang polos yang G nyambungan, tapi ketika dia mengucapkan
satu kalimat (ki ki tenan) yang sejak kecil hingga saat itu paling ingin
kudengar, langsung berubah pandanganku terhadapnya. Ya, kalimat ajaib yang
ingin kudengar itu tak pernah kusangka akan ada yang mengucapkannya kepadaku,
dan kebetulan yang mengucapkannya adalah Heru pula (jadi kesimpulannya kalau
orang lain yang mengucapkannya pun, aku akan respek kepada orang itu) sejak itu
aku jadi lebih menghargai keberadaannya (tertawa) dan karenanya kalau dia bilang
sesuatu yang isinya persuasif, bikin aku bingung karena alasannya selalu tepat.
Dia tidak pernah suka dengan kebiasaanku menonton film, berenang, dan nonton
serial korea. Sejujurnya sifat, hobby, dan pandangan kami itu berbeda 180
derajat, benar-benar sering kontra dan sering tukaran. Heru dan aku biasanya
bergantian menanyakan alasan kenapa kami bisa bersahabat dekat, dan jawaban
yang keluar dari mulut kami selalu berbeda di tiap kesempatan karena memang
mengherankan, kami itu sama sekali tidak cocok satu sama lain, tapi malah
bareng terus.
Keenam Anam. Hahhahha.. Awalnya anam itu satu paket dengan Heru,
misal kalau laper, pengennya makan, tapi pas pesen makanan ternyata juga ada
kerupuknya sebagai bonus. Maksudku begitu, ketika aku bersahabat dengan Heru,
mau G mau aku juga harus bersahabat dengan sahabat baiknya, yaitu Anam, and
it’s fine. Awalnya sih biasa saja, tapi kemudian aku melihat hal-hal yang luar
biasa pada Anam. Ni anak dewasa dalam berpikir (kalau bertindak masih enggak
dewasa, hanya berpikirnya saja yang dewasa) dan itu benar-benar bermanfaat
bagiku ketika dia memberikanku motivasi, saran, pokoknya tipikal pengobar
semangat, dan penerang pikiran deh. Ketujuh Rio. Hahhaha... sampai saat ini
sebenarnya aku masih belum menemukan keistimewaannya. Sifatnya standar
manusia-manusia pada umumnya, tidak ada yang benar-benar menonjol yang membuatku
berpikir dia berbeda dari yang lainnya. Mungkin karena sering berpartner ya.
Kami ini partner blog, partner ngerjain tugas kuliah, partner berolahraga, partner
nonton dan aku juga menjadi guru bahasa inggrisnya. Di paruh awal semester 6 hampir
tiap hari bareng ma Rio karena memang udah janjian untuk melakukan banyak
aktifitas positif bersama, lalu ya sudah deh, kuanggap sebagai sahabat baikku
sekalian, dan endingnya ni anak jadi sering kujahili.
Soalnya rio tu kalahan,
dadine enak nag dijahili (tertawa). Tapi kalau aku harus merenung lama, tetep
aja masih G kutemukan keistimewaan anak ini (tertawa), kami ini 1 hal pun G ada
yang cocok pandangannya, selalu berbeda pandangan dan pendapat mengenai segala
sesuatu, tapi ya ini yang bikin enak kalau pas lagi saling sharing karena aku
bisa mendengarkan pendapat dari bagian yang kontra (Iya, ni anak memang selalu
kontra denganku mengenai pandangan dalam beberapa hal) Mungkin yang bisa kupuji
dari anak ini adalah sifat mandirinya, ya (tertawa) Sadar kalau G bisa
bolak-balik Bumiayu sesering yang ia inginkan, mau G mau Rio harus mulai
mendewasakan dirinya, dalam berhubungan dengan orang lain ataupun menyangkut
dirinya sendiri. Yeah, that’s good enough. Terakhir Nanang. Aku bisa bersahabat
dengannya karena di semester 1 kami sama-sama nglajo, dan dia juga anak
Semarang, jadi nyambung. Lalu ketika dia juga pernah kehilangan motor (aku juga
soalnya) jadi makin erat, endingnya tiap semester meski enggak sering ketemu
tapi quality time banget persahabatannya. Nanang itu sosok teladan bagiku
sebenarnya. Meskipun dia sering sekali anarki kepadaku, tapi Gpp lah soalnya
sekarang aku udah berani membalas keanarkiannya. Aku suka kulit cokelat
terbakarnya Nanang karena dalam mindsetku, laki-laki itu cokelat, jadi kalau
aku lihat laki-laki berkulit putih, sebut saja Rio lalu warna tubuhnya jadi
merah gara-gara sinar matahari, aku tidak suka. Jadi, sejujurnya aku pun
bersyukur dengan warna kulit yang kumiliki, karena warna kulitku adalah warna
kulit yang kuinginkan. Terserah deh, kalau ada yang bilang kulitku kusam dsb,
yang penting aku menyukainya. Terus terang, kalau bagi sebagian anak BSI yang
paling ganteng tu adalah Rio, tapi kalau menurutku yang paling ganteng itu
adalah Nanang.
Karena warna kulitnya itu dan memang wajahnya yang G jelas
keturunan dari negara mana (tertawa) Waah, iso-iso Nanang dadi besar kepala ki
goro-goro aku menyebutnya paling ganteng (tertawa lagi) Aaah, sebenarnya banyak
yang ingin kuceritakan kalau udah ditanya tentang Nanang. Mending kuceritakan
kedelapan sahabatku itu secara keseluruhan, lah.. Semester 5 benar-benar masa
terberat sepanjang kuliah, apalagi ketika sudah di penghujung hari ketika aku
harus pulang dini hari pasti Heru, Rio dan Nanang akan menawariku untuk
menginap saja di kos mereka. Kalau sudah seperti itu aku tidak bisa menjawab
karena kenapa? Karena kalau kujawab, aku akan menjawab iya (tertawa) aku
langsung tersentuh tiap kali ada yang bilang seperti itu, apalagi Nanang, yang
tiap latihan drama minimal 3 kali selalu menawariku dan mengajakku untuk
menginap di kosnya saja. Endingnya karena G mau ngrepotin, akhirnya aku tetap
pulang ke rumah sehabis latihan (begitu terus) meski kadang pas hujan deras
sekalipun. Tapi pada akhirnya tetap saja aku harus nginep di Unnes karena
pernah latihan dramanya sampai jam setengah tiga. Seingatku dulu nginep di
kosnya Nanang 2 kali, 1 kali di kosnya Rio. Dan untuk menghormati mereka, aku
tetap tidak menjawab tawaran mereka untuk menginap di kos mereka, tapi aku nya
yang langsung bilang, “bolehkah aku menginap di kosmu?” begitulah (tertawa).
Aku G mungkin nginep di kosnya Anam karena Anam dan Anang kan sudah sekamar,
nanti aku merepotkan. Kalau aku di kosnya Heru aku risih dengan teman-teman
kosnya Heru yang super ramai hingga tengah malam sekalipun itu, kalau kosnya
Gallant tidak mungkin karena waktu itu Gallant tidak tahu kalau aku nglajo, jadi
mending ke kosnya Rio yang sepi kalau malam atau kosnya Nanang yang meneduhkan
itu. Lalu ketika sudah ngekos, aku berkata kepada Nanang dan Rio agar mereka
gantian nginep di kosku, karena aku ingin membalas kebaikan mereka yang
semester 5 dulu mau memberikanku tempat bermalam meski cuma sebentar (tertawa).
Lalu aku makin respek ma Nanang ketika aku pernah bilang, “Sebenarnya aku
selalu takut kalau lewat turunan Trangkil, terlalu gelap, menyeramkan, daridulu
aku pengen meminta kalian untuk setidaknya menemaniku sampai jembatan besi agar
aku G terlalu takut” begitu kata-kataku pada Heru dan Nanang. Herunya bilang
kalau jujur dia juga takut tapi Nanang tanpa pikir panjang langsung berkata, “Hla
G ngomong ket mbiyen? Ayo tag terke” aku terkejut dan benar-benar tak menyangka
ternyata dia berani dan bersedia untuk mengiringiku naik motor sampai jembatan
besi (karena sumpah, atmosfer horrornya pekat sekali) Sejak itu pandanganku
kepada Nanang semakin baik karena aku jadi menganggapnya sebagai figur seorang
kakak (maklum, aku kan anak pertama) endingnya tiap kali aku butuh bantuan atau
lagi ada masalah, pasti larinya ke Nanang (tertawa) entahlah, aku G pernah
berpikir sebenarnya dia kerepotan atau keberatan G, karena dia selalu
meluangkan waktunya diantara jadwal sibuknya kalau aku sudah memintanya untuk
menolongku, karena bagaimana ya, di otakku itu mindsetnya, “Kamu kan Kakakku..
Hahahha...”. Jadi selama semester 5 memang kedelapan anak ini secara bergantian
membantuku menjalani hari-hari yang berat yang seolah G memberikan waktu untuk
beristirahat. Tahu sendirilah, aku kan tipe orang yang quality time, jadi hanya
untuk menunggu jam setengah 8 untuk latihan drama, jam kosong menuju jam
setengah 8 benar-benar kumanfaatkan sebaik-baiknya, kadang badminton atau
lari-lari bersama Anam, Anang, Heru, atau kalau G main ma Gallant. Pokoknya enggak
berhenti deh, tetep aktif aku pengennya. Maka dari itu ketika semester 5
berakhir, aku menjanjikan untuk membalas kebaikan kedelapan anak itu, ya dengan
“ada” untuk mereka, setidaknya hanya untuk satu semester, yaitu semester 6.
White Prince: Lanjut... Seberapa dekat
kamu dengan teman-teman SMA mu?
Yusuf: Banget. Bukan cuma dekat dengan
teman-teman SMA, tapi juga SMP. Seperti yang kuberitahu sebelumnya, aku ini
tipikal orang yang quality time, jadi untuk bisa membagi diriku ya otomatis aku
harus bijaksana memutuskan kapan menghabiskan waktu dengan teman-temanku yang
ini, dengan yang itu, dsb. Teman-teman SMA yang masih keep in touch denganku
alhamdulillah cukup banyak. Selain anak-anak BH Cipoks, masih ada yang lain
lagi. Teman-teman BH Cipoks tu sudah seperti tempat berpulang bagi teman-teman.
Mau kami kuliah di mana, pasti bakal berkumpul lagi. Sayangnya karena sudah
memasuki semester-semester kritis, intensitas kumpul-kumpulnya kami kurangi.
Tapi tidak apa-apa, yang penting tetap solid. Aku bisa begitu memercayai
teman-teman BH Cipoks ya karena sudah teruji oleh waktu kebersamaan kami, jadi
nampaknya sampai tua pun Insyaallah kami masih akan terus menjalin silaturahmi.
Tapi ada 3 sahabatku di luar Cipoks yang menjadi sahabat-sahabat terbaikku, yaitu
Taufik, Habieb, dan Iskandar. Hampir tiap weekend kami menghabiskan waktu
bersama dan mereka ini sudah teruji sebagai sahabat sejatiku (tertawa), tiap
kali aku bersedih atau lagi banyak beban pikiran, ketika bertemu salahsatu
diantara mereka pun sudah berhasil melenyapkan rasa sedih itu. Wow, begitu luar
biasanya manfaat seorang sahabat.
White Prince: Ceritakan pengalamanmu
paling mengharukan bersama teman-temanmu itu
Yusuf: Ada banyak. Mereka banyak
menolongku di tiap aku kena masalah, saat motorku hilang mereka ikut
berkeliling mencari, saat aku bermasalah dengan biro tour mereka membantuku
menyelesaikan masalah, dll, tapi ada satu hal yang benar-benar membuatku
terenyuh. Waktu itu hujan deras di kota Semarang, aku dan ketiga sahabatku
(Taufik, Iskandar, Habieb) terjebak di TBRS padahal waktu itu niatnya mau
nonton lomba ngebom (istilah untuk para bomber yang sedang mengecat tembok,
bikin grafitty gitu) di TBRS yang akhirnya dihentikan (ya gara-gara hujan), aku
dan Iskandar memilih untuk pulang duluan karena sudah jam 12 malam gara-gara
hujan G berhenti-berhenti (hujan deras dari jam 9 lho), endingnya kami harus
menerobos banjir dan hujan deras di Simpang Lima, berlanjut terus sampai di
kota lama dan tiba-tiba motorku gugur saat melewati Stasiun Tawang. Banjir yang
luar biasa sebenarnya baru saja akan berhasil kami lewati kalau saja motorku
berhasil melewati spot banjir terakhir, yaitu Tawang. Tidak ada yang menolong
(padahal waktu itu crowded), kami berdua mengangkat motorku ke atas polder dan
mencari tahu apa yang salah, ternyata rantainya masuk ke gear. Di tengah hujan,
akhirnya aku dan Iskandar menghubungi Taufik dan Habieb. Keduanya datang dan
segera mencarikan bengkel saat itu juga, jam 1 malam. Tutup semua, tapi ada
satu bengkel yang menempelkan no. telponnya di pintu depan bengkel. Aku mencoba
menghubunginya, mengiba-iba agar menolong kami. “Tolong pak, kami dari Demak,
kalau motornya tidak diperbaiki sekarang, kami tidak bisa pulang ke rumah
sampai pagi datang. Sekarang hujan deras, pak”. Akhirnya pemilik bengkel itu
terketuk pintu hatinya dan membuka bengkelnya. Aku dan ketiga sahabatku segera
mengangkat motorku (berat sekali, sumpah!) karena rodanya tidak bisa berputar,
sampai ke bengkel. Kala itu aku terenyuh, kami tertawa bersama saat hujan, tidak
ada yang mengeluh atau menyalahkan banjir, kenapa? Karena kami melaluinya
bersama-sama, dan tidak ada alasan untuk tidak membantu seorang sahabatnya yang
sedang kesulitan. Aku sejak itu sadar, bahwa selama ini ketiga sahabatku itu
memang selalu ada di saat aku kesusahan maupun bahagia, karena Allah selalu
punya cara untuk menunjukkannya kepada kita, bahwa kita tidak sendiri, bahwa
ternyata ada orang-orang yang peduli dan juga menyayangi diri kita (tersenyum)
White Prince: Ceritakan tentang temanmu
dari UNDIP yang sering kamu ajak nonton itu?
Yusuf: Namanya Frisky, aku memanggilnya
lampu taman. Dia anak Teknik Sipil S1. Dulu awalnya aku berteman dengannya tu
karena maksud lain, bukan karena benar-benar ingin menjadi sahabatnya. Tapi
ketika secara alami kami bertualang bersama, ke Jogja bersama, berkeliling
Demak bersama, nonton bareng, pokoknya ketika kami menghabiskan waktu bersama,
tanpa sadar aku telah melupakan niat awalku itu, dan akhirnya malah seperti
sekarang, kami awet bersahabat baik (tertawa). Dia sebenarnya bukan cuma teman
nonton, tapi teman berbelanja buku, pakaian, dsb, juga teman berwisata,
termasuk wisata kuliner. Ya, orangnya kadang menyebalkan tapi ya memang kami
cocok ternyata. Dia itu masternya jalan, di SMA dulu dia itu dikenal karena
memelopori futsal, dan menyebarkan kegemaran touring. Jadi aku ini bisa
dibilang berguru padanya soal jalan-jalan di berbagai daerah, tempat makan yang
enak, tempat wisata, tapi satu hal yang aku selalu protes darinya, yaitu Dia
jauh lebih mementingkan futsal daripada kuliah. Aku sering menyindirnya soal
futsal, tapi ya memang karena dia niat banget akhirnya berhasil membawa
teman-temannya hingga masuk turnamen di Jogja beberapa waktu lalu (tertawa)
White Prince: Ceritakan tentang
bertualang mengelilingi Demak yang baru kamu katakan tadi !
Yusuf: Begini, dulu kami teman sekelas
saat kelas 3, kami intens bertualang bersama itu baru 2 bulan terakhir
menjelang kelulusan (kalau G salah) nah, karena dalam waktu singkat itu sering
bertualang bareng, mau G mau kami jadi langsung tahu baik-buruknya
masing-masing, endingnya malah cocok ternyata. Kalau mengingat yang keliling
Demak itu sebenarnya konyol. Sejujurnya sering sekali terjadi kekonyolan tiap
kali kami menghabiskan waktu bersama (tertawa). Alasan kami berkeliling Demak
karena waktu itu dia teledor G memberi kenang-kenangan (baca: berupa amanah)
dari sekolah kepada teman-teman sekelas waktu terima raport. Dia akhirnya
mengajakku untuk membagikan kenang-kenangan itu karena menurutnya aku turut
andil membuatnya teledor. Jadilah dalam 2 hari full, aku dan lampu berkeliling
Demak, menuju rumah anak-anak Cipoks, dan itu pengalaman yang luar biasa karena
kami jadi tahu bahwa pelosok Demak bentuknya seperti itu ternyata (benar-benar
menjelajah, pokoknya) lalu di akhir perjalanan, ketika tinggal satu orang lagi
dan rumahnya G ketemu-ketemu, padahal kami sudah tersesat di tengah sawah
selama lebih dari 1 jam, jalanannya batu-batu besar pula, sempat kami cek cok,
dia mau meneruskan sampai ketemu sedangkan aku sudah ingin menyerah saja,
sampai-sampai aku berlari saja dan meninggalkannya yang kerepotan naik motor di
atas batu-batu besar biar dia mangkel. Tapi akhirnya kami berhasil menemukan
rumah teman kami itu (tertawa). Ngomong-ngomong soal kekonyolan yang terjadi,
baru-baru ini yang terjadi adalah ketika dia titip tiket bioskop untuk tiga
orang tapi uangku G cukup karena uangku untuk nalangi 6 orang anak, padahal
posisinya aku udah di bagian tengah antrian, endingnya dia ngebut dari
Tembalang mpe Paragon hanya dalam waktu 15 menit dan itu pas sekali timingnya,
aku udah pas di depan antrian. Segera saja aku melambaikan tangan agar dia
menerobos antrian dan bergabung denganku memilih tempat duduk. Dia banyak
diprotes para pengantri lainnya dan dihadang, dikiranya dia G mau antri dan
cuma nerobos (tertawa). Yang baru saja kulakukan, yaitu ketka dia kumintai
tolong untuk membantuku menyelundupkan media-media pembelajaran untuk
mengajarku selama PPL di SMP saat malem. Kami nyelonong aja masuk ke sekolah
dan langsung nemui penjaga malamnya (tertawa)
Kos
pertama Yusuf itu di Gang Sri randu, waktu itu ia satu kamar dengan teman
SMAnya yang kuliahnya di jurusan hukum. Semester 3, Yusuf dan teman-teman dari
kos tersebut pindah dan mengontrak rumah putih di tepi jurang di area depan gerbang
UNNES. Waktu itu Muslim dan beberapa anggota baru ikut bergabung dalam
kontrakan. Tetapi nyatanya, Yusuf tak pernah menempati kosnya, ia tak pernah
tidur di kos, hanya ia jadikan tempat transit saja dan sejak awal Yusuf sudah
berkata kepada Muslim tentang kondisinya yang sebenarnya, yaitu nglajo dan
Muslim tidak mempermasalahkannya tapi tetap saja Yusuf merasa tidak enak kepada
Muslim karena ia merasa tidak menjadi teman sekamar yang baik. Saat semester 6,
ketika Yusuf berniat untuk serius ngekos, akhirnya Yusuf mencari kos baru meski
masa tinggalnya di kontrakan masih tersisa 1 semester. Yusuf akhirnya menemukan
tempat kos yang tepat setelah dibantu Nanang dan Heru berputar-putar
mengelilingi Trangkil, Sekar Gading dan Patemon. Sebenarnya Yusuf merasa tidak
enak kepada teman-teman kosnya, khususnya Muslim. Alhamdulillah tidak sampai
terjadi kesalahpahaman diantara mereka gara-gara Yusuf pindah kos lebih cepat.
Jadilah Yusuf akhirnya ngekos juga di Patemon, bersama dengan teman-teman baru.
Saat pindahan, Yusuf rempong sekali karena ia benar-benar mendesain kamarnya
sedemikian rupa, hingga meminta bantuan sahabat-sahabat terbaiknya (Iskandar,
Taufik, Habieb dan Frisky) tak lupa ia juga merepotkan Rio, Anang, dll untuk
mendesain kamarnya sesuai keinginan Yusuf. Yusuf berkata simpel, “Kalau aku
benar-benar berniat untuk tinggal, ya aku G boleh setengah-setengah, (dengan
mendesain kamar) ini berarti aku serius untuk benar-benar ngekos”, dan memang
Yusuf beruntung karena mendapatkan kamar yang berukuran besar, lebih besar
luasnya dari kamar-kamar kos biasa. Jadi Yusuf benar-benar berterimakasih
kepada sahabat-sahabatnya yang mau ikut rempong membantunya mendesain kamarnya.
White Prince: Siapa orang yang paling
ingin kamu mintai maaf?
Yusuf: Alim (tersenyum) Dia teman SMP
dan SMAku, sebelum akhirnya dia pindah sekolah. Aku merasa sudah terlalu kejam
padanya, meskipun hingga sekarang aku tidak menyesali keputusanku. Dulu sempat
terjadi apa namanya ya, tidak bisa kudefinisikan, pokoknya ada sebuah problem
yang membuat kami tidak lagi bersahabat. Tapi hal tersebut kulakukan karena aku
merasa itu yang paling terbaik untuknya...... dan untukku. Sejujurnya aku tidak
pernah menyangka kalau aku akan bertemu lagi dengannya bahkan satu jurusan di
UNNES (tertawa) Ya, pokoknya aku minta maaf lah padanya karena aku pasti sudah
sangat menyakitinya karena keegoisanku sendiri waktu itu (tersenyum). Aku ini
memang orangnya kalau udah mendiamkan seseorang bakalan parah banget og. Bukan
hanya Alim, ada beberapa temanku yang kubegitukan juga, soalnya kalau aku udah mendiamkan
orang, bisa keterusan hingga 3 tahun lamanya. Bisa selama itu karena secara
otomatis di otakku, ingatan dan kenangan orang itu akan terhapus, dan seolah
aku tak pernah mengenalnya, ya mungkin karena saking aku sudah tak bisa
menoleransi kesalahannya itu, dan teman-temanku sejak SMA sudah paham betul
watakku yang satu ini, jadi kalau ada kumpul lalu ada aku dan teman yang
kudiamkan itu muncul bersamaan, duduk berdekatan dan aku sama sekali tidak
mengaggap keberadaannya, mereka sudah maklum. Aku ini tipikal orang yang
menoleransi kesalahan, tapi ada batasnya, nah kalau sudah diberi kesempatan
bahkan hingga 7 kali lebih tapi terus saja menyebalkan, ya mending G usah
dilanjutkan lagi, teman macam apa yang seperti itu, not worthed. Iya, jadi
otomatis hilang begitu saja di mataku, seolah orang itu tembus pandang. Kuakui
aku memang orang yang tidak mendengarkan penjelasan dan tidak bisa melupakan
kesalahan orang, jadi meskipun aku berkata kumaafkan, tetap saja masalah tersebut
akan terus kuingat, tapi untuk kasusnya Alim berbeda, aku berharapnya hal yang
kulakukan itu bisa membuat kami menjadi orang yang lebih baik. Tapi ketika setelah beberapa minggu aku mendiamkannya,
aku terkejut sekali ketika dia tak lagi datang ke sekolah, dan ternyata tanpa
kutahu, dia sudah pindah sekolah.
White Prince: Lalu kamu sendiri pernah G
didiamkan temanmu?
Yusuf: Pernah, dan itu rasanya luar
biasa menyakitkan, tapi alhamdulillah cuma sekali. Yang mendiamkanku itu adalah
salahsatu sahabat terbaikku. Waktu itu terjadi salah paham, dan fatal sekali
efeknya. Aku benar-benar mendapatkan karma karena beberapa kali mendiamkan
orang. Sistemku itu kalau bertemu orang yang kudiamkan akan kulihat tembus
pandang, tak pernah kusapa apalagi kuajak bicara, kalaupun jadi satu kelompok
takkan kuanggap keberadaannya bahkan aku lupa kalau nama tersebut ada. Selain
itu aku menghapus semua kontaknya, ya pokoknya seperti itu deh. Nah lalu
giliran aku yang dibegitukan sahabat baikku sendiri. Wah, klimaks pertengkarannya
benar-benar membuatku sedih sekali, aku tak menyangka akan kehilangan salahsatu
sahabat terbaikku. Lalu tiap hari aku berdoa agar sahabatku itu dipadangkan
(maksudnya “dijernihkan”-Red) pikirannya oleh Allah sehingga dapat melihat
masalah itu dari sudut pandang lain dan tidak diliputi kemarahan lagi.
Alhamdulillah (meskipun sebulan lebih baru dikabulkan doaku oleh Allah)
sahabatku itu secara pribadi mengajakku bersahabat lagi dan mengaku bahwa dia
menyesal karena sudah mengedepankan kemarahannya, dan aku langsung menyambutnya
karena aku juga benar-benar ingin kembali bersahabat dengannya. Endingnya
kesalahpahaman itu akhirnya terselesaikan karena tidak mungkin persahabatan itu
saling menyakiti jadi kalau ada masalah, seharusnya tetap percaya kepada sahabat
saja. Intinya tetap saling percaya.
White Prince: Profesi apa yang paling
kamu hormati?
Yusuf: Polisi (tersenyum) Sejujurnya aku
banyak berhutang budi dengan para polisi yang menolongku ketika aku berurusan
dengan hal-hal di luar kemampuanku. Mungkin sebagian orang berpikir para polisi
tidak jauh-jauh dari ‘tilang-menilang’ dan sejujurnya dulu waktu SMP sampai
awal SMA aku juga berpikiran seperti itu sampai kemudian ketika motorku hilang.
Gara-gara ‘mengentengkan’ yang namanya mengunci motor, baru kutinggal beberapa
saat motorku sudah raib. Aku yang masih tidak percaya baru saja kehilangan
motor, akhirnya tersadar ketika 3 orang sahabatku yang berpencar ke arah-arah
berlawanan berkata kalau mereka tetap tidak menemukan motorku. Endingnya aku ke
kantor polisi. Itu kali pertama dan kesan yang kudapatkan benar-benar baik, aku
rasa memang para polisi ini bekerja dengan sungguh-sungguh. Pada kemalangan
berikutnya yang membuatku harus kembali meminta tolong pihak berwajib, aku
sempat berbicara dengan 2 orang polisi dari 2 generasi, yang satu orang Banjar,
masih muda dan ditugaskan di Demak, lalu satunya sudah agak tua tapi
benar-benar keren orangnya, mungkin karena sudah berpengalaman kali ya, hehe..
Di mobil polisi yang membawaku menuju Polres, beliau-beliau menceritakan
kepadaku tentang pengalaman mereka dan pandangan mereka selama menghadapi
banyak masalah. Lalu saat menghadapi orang-orang yang bersinggungan denganku,
keduanya pintar sekali bicara, dengan mudahnya mengalahkan omongan orang-orang
yang bersinggunan denganku tersebut. Keren, mereka benar-benar pembela
kebenaran... Itu adalah kata-kata yang terlintas di pikiranku saat melihat aksi
para polisi itu (tertawa) maka dari itu sampai sekarang stigma polisi selalu
positif di mataku.
White Prince: Lalu sebenarnya apa sih
cita-citamu?
Yusuf: Sejauh dan sebanyak yang bisa
kuingat, cita-citaku sejak dulu hanya dianggap sebagai gurauan semata oleh
orangtuaku. Hahahaha... Cita-citaku itu out of the box, profesi sutradara,
koki, pegawai hotel, penulis naskah, penulis novel adalah profesi yang ‘asing’
bagi orang awam. Ya, aku realistis saja, kenyataannya aku memang anak pertama
jadi mau G mau ya harus punya profesi yang ‘aman’ (tertawa) Masuk bahasa
Indonesia dan menjadi guru sebenarnya bukan sebuah pilihan bagiku, karena
(tertawa lagi) ya gitu deh. Tapi kalau ditanya cita-citaku, aku akan tetap
menjawab. Cita-citaku selalu berganti setiap aku menemukan sesuatu yang menarik
perhatianku. Dulu saat kecil pengen banget jadi mangaka, lalu saat SMA pengen
jadi penulis novel, saat mau lulus SMA kepikiran kaya’nya asyik jadi pegawai
hotel, dan semester 5 pernah pengen punya cita-cita jadi model celana dalam
(tertawa) (bisa menyaingi Cristiano Ronaldo ga ya? Wuuu-Red). Simpel banget
soalnya, tinggal difoto atau jalan diatas catwalk terus udah, dapat duit, lalu
saat nonton master chef malah pengen jadi koki (tertawa), tapi semua profesi
itu lenyap ketika satu profesi lain yang daridulu selalu kuinginkan muncul di
benakku, yaitu sutradara. Awalnya itu aku pengen jadi aktor, keren banget kalau
bisa main adegan action atau bikin orang menangis, tapi setelah aku tahu yang
namanya profesi sutradara, aku mikirnya begini, ‘kalau kita bisa menciptakan
dunianya, kenapa harus jadi pionnya?’ (tertawa). Maka dari itu tiap kali nonton
film, yang kulihat pertama tu sutradaranya, jadi kalau ditanya nama-nama
sutradara pun, aku juga bisa menjawabnya.
White Prince: Bagaimana awalnya suka
dengan renang? Sebenarnya hobbymu apa, sih?
Yusuf: Hobbyku yang sebenarnya? Ya
banyak (tertawa) Aku suka foto, nonton film, touring memasak, olahraga, baca
novel, dan masih banyak lagi, ya kegiatan-kegiatan yang menurutku bermafaat
bagiku lah. Tapi karena yang ditanyakan 1 itu, akan kujawab 1 itu saja. Aku
suka renang itu gara-gara temanku dari SMA, namanya Wahyu, dia itu anak paling
pintar se SMA, tapi dia itu G pernah belajar. Bisa dibilang jenius tapi
pribadinya konyol (tertawa). Aku diajak olehnya renang di kolam renang
Manunggal (dekat rumahnya Handoko), dan pertama kali nyemplung tu rasanya beda.
Serasa dinetralkan. Ya, air memang penetral segala rasa, entah itu rasa sedih,
bahkan bahagia sekalipun. Jadi tiap nyebur di air tu berasa rileks banget,
apalagi ketika tubuh ini dibuat berenang. Sensasi yang sama juga kurasakan saat
di pemandian air panas dan efeknya lebih merilekskan (tertawa) Ya mungkin suatu
saat aku bakalan meluangkan waktu ke Buaran di Bumiayu karena nampaknya Rio
benar-benar ingin aku mencobanya. Nanang sebenarnya juga suka renang, tapi
gara-gara dia sibuk, tiap kali aku cerita kalau habis renang, dia pasti akan
memasang wajah datar saja (tertawa) dan saat renang itu menyenangkan, bisa
ngobrol dan bercanda dengan teman-teman. Apalagi di KODAM, aku sering melihat
anak-anak AKPELNI atau tentara yang lagi ujian renang, juga bapak-bapak yang udah
tua masih saja harus ujian renang (tertawa) jadi di kolam renang tu kaya’
tempat ngrefresh diri. Sebenarnya ada satu hal yang kuinginkan tapi belum
kesampaian, aku pengen coba pakai celana renang yang bener-bener celana renang,
soalnya teman-teman renangku dan sebagian yang renang di kolam itu pakainya
begitu (Di KODAM tu hampir semuanya bisa renag, itu tempat buat ujian masuk
polisi, tentara, tempat latihan lomba renang, tempat diadakannya lomba, dsb)
tapi karena tubuhku enggak atletis-atletis atau minimal six-pack juga,
endingnya aku belum berani beli celana renang. Ngomong-ngomong soal teman-teman
renangku, mereka itu anak-anak yang pandai menyelam, dan kalau udah gitu,
bahaya banget, aku harus benar-benar memegangi celanaku soalnya yang selalu
dijadikan target untuk dijahili (celananya) pasti aku, dan endingnya aku G
mungkin mampu membalas mereka. Maka dari itu (sekaligus menjawab pertanyaannya
Rio) aku jadi suka njahilin Rio kalau lagi bareng di kolam renang atau di
pemandian air panas. Soalnya dia itu takut kedalaman tapi masih aja renang, dan
anehnya, ni anak selalu bisa aku dan yang lain bohongi untuk kami ajak ke
tengah, tapi sayangnya ni anak refleknya cepat, dan konyolnya langsung membelit
tubuhku biar bisa berpegangan padaku, lalu dengan cepat akan menaiki
punggungku. Ini nih yang aku sampai sekarang tetap G habis pikir, kok endingnya
anak ini selalu memanjat punggungku (beneran, ni anak bener-bener naik mpe
pundak), kenapa G nanang atau yang lain saja..
Yusuf
kalau lagi marah tu lebih suka memasak sebagai terapi penetral kemarahannya.
Karena dengan memasak dia bisa menyalurkan emosinya dengan mengiris, merebus,
ya pokoknya memasak. Ajaibnya, hasil masakannya (menurut orang-orang terdekat
yang biasa makan masakannya) lebih enak kalau Yusuf membuatnya pas lagi marah
karena saat itu Yusuf benar-benar mefokuskan konsentrasinya untuk membuat
masakan yang enak, dan Yusuf suka memasak karena kegiatan tersebut membuatnya
berkeringat. Yusuf dulu sempat membuat akun kedua untuk Facebook, yaitu Yusuf
Hendrawanto II. Alasannya karena Yusuf ingin menghapus 2 pasang nama dari
Facebooknya yang lama, maka dari itu Yusuf mengalihkan 2 nama tersebut ke akun
keduanya, baru menghapus 2 nama itu, setelahnya akun kedua itu baru dihapus.
Nama Joseph Odair diinspirasi dari nama karakter dari novel yang baru saja
menggegarkan para pecinta film, yaitu Hunger Games. Di dalam novel trilogi
tersebut, ada tokoh bernama Finnick Odair. Karena suka sekali dengan karakter
tersebut, jadilah Yusuf menggunakan kata Odair. Untuk kata Joseph sendiri tidak
ada alasan khusus, semata agar match dengan nama belakangnya (Odair). Yusuf itu
sejak SD punya alergi terhadap hawa dingin. Kalau sudah kambuh, badannya akan
bentol-bentol merah, dan gatal. Yusuf kecil sangat minder dengan alerginya tersebut,
apalagi zaman SD dan SMP masih memakai seragam celana pendek, jadinya kalau
alergi pasti kelihatan. Saking mindernya, Yusuf tak berani becermin karena
ketika wajahnya sedang alergi, ia akan sangat sedih sekali dan malu kalau ada
yang sampai melihat dan takut kepadanya, karena tak ubahnya seperti monster dan
tampak menjijikkan karena bentol-bentol merah di sekujur tubuh. Bila sudah
kambuh, biasanya Yusuf akan berdiam diri selama kurang lebih 4 jam diatas
kasur, menutupi tubuhnya dengan selimut dan terus mengolesi tubuhnya dengan
minyak paling panas yang bisa ia dapatkan. Yusuf yang menyadari tidak ingin
selamanya kalah dengan alerginya, akhirnya memutuskan untuk ikut Pecinta Alam
saat awal masuk SMA. Ia berpikiran, untuk bisa mendapatkan kekebalan alergi
dingin, ia harus berani menghadapi hawa dingin. Alhamdulillah usahanya tidak
sia-sia, karena terbiasa dengan dinginnya gunung (Ungaran dan Merbabu) akhirnya
alergi kulit Yusuf berangsur berkurang intensitas kemunculannya tetapi ketika
ia mulai kuliah, alerginya kembali dan bukan karena hawa dingin. Terbiasa
nglajo tiap hari, Yusuf terbiasa kepanasan dan membuatnya gerah. Alhasil alergi
kulitnya kumat ketika ia kecape’an gara-gara gerah dan kepanasan. Maka dari itu
Yusuf lebih suka memakai pakaian yang terbuat dari bahan. Ia tidak suka dengan
jins karena terlalu berat di kulit dan Yusuf menghindari pakaian ketat karena
kulitnya jadi tak bisa bernafas dan itu menderita sekali baginya karena ia tak
nyaman memakainya, apalagi setelahnya, bisa membuat alerginya muncul hanya
karena ‘pingget’ di kulit saja
White Prince: kamu pernah G, marah saat
latihan drama?
Yusuf: Tentu saja pernah. Aku marah
ketika aku merasa tidak dihargai, malah dijadikan kambing hitam,
disalah-salahkan. Maksudku ya mbok pada saling introspeksi, jangan malah saling
menyalahkan, apalagi menjatuhkan orang yang kalian panggil sebagai teman. Tapi
hal tersebut hanya terjadi beberapa kali saja, soalnya kebanyakan aku bukan
marah, tapi kecape’an, jadi moodnya kadang jelek, dan malah dikira marah. Seingatku
aku tidak pernah benar-benar marah selain pada satu kesempatan ketika KEMPONG
latihan di 106. Waktu itu aku duduk di belakang sebagai lighting, teman-teman
menggodaiku dengan memutar instrumen-instrumen horror untuk mengiringi adegan
Fina gantung diri. Nah, karena aku cuma diam saja dan berwajah tegang,
teman-teman mengira aku marah gara-gara diperdengarkan suara-suara tersebut,
padahal tidak. Waktu itu aku sedang marah luar biasa dengan Fanny. Saat itu
adalah minggu-minggu awal latihan drama. Sebisa mungkin aku mendekatkan diri
dengan semuanya, tapi cuma Fanny saja yang kurasa tidak menghargaiku. Dia
menyuruh-nyuruhku dengan seenaknya, ngomong seenaknya. Aku ebnar-benar illfeel
luar biasa dan puncaknya ya malam itu. Tapi aku diam saja, G bilang ke yang
bersangkutan. Lalu ketika sudah selama perjalanan pulang ke rumah naik motor,
aku berpikir lagi, ‘ya, lebih baik kumaafkan saja’ dan endingnya aku mencoba
menghapus kemangkelanku padanya. Nah, saat latihan darma terus bergulir,
akhirnya dengan sendirinya aku jadi dekat juga dengan Fanny, dan malah
berpikir, “anak ini asyik juga, ternyata”, lalu akhirnya aku lupa bahwa aku
pernah marah kepadanya, dan mulai bisa menganggapnya sebagai teman lagi. Hal
itu kusadari ketika mewawancarai Fanny, ternyata anak ini memang suka kagok
kalau bertemu orang baru, suka minder sendiri. Nah, pengakuannya tersebut
kuambil positifnya, “oooh, berarti dulu di awal dia sama sekali tidak ramah
padaku ya karena dia masih kagok denganku”. Begitulah (tersenyum) Soalnya
selama perkuliahan drama, aku kan memegang peran-peran sampingan, tapi vital
(baca: bendahara, humas, lighting, konsumsi, dokumentasi, ngurus blog) nah
kalau aku G profesional dan ikut-ikutan mengedepankan emosiku kan ya malah
bikin keutuhan tim jadi goyah, dan akan mempengaruhi teman-teman juga. n_n
White Prince: Kamu kan sering naik
motor.. Ada G perjalanan paling berbahaya yang pernah kamu alami?
Yusuf: Perjalanan paling berbahaya yang
pernah kualami saja ada dua. Pertama, saat menuju Curug Lawe, itu adalah
perjalanan naik motor yang berbahaya sekali menurutku. Aku yang skill naik
mtornya masih tetap saja payah ini harus melewati jalanan nikung berkali-kali
dengan dihiasi jurang di sisi-sisinya, diperparah pula dengan kenyataan kalau
itu bukan jalan aspal, tetapi jalan berbatu terjal, batunya besar-besar. Aku
ingat ketika dulu anak-anak BSI kuajak naik melewati jalanan berbatu besar itu
memang benar-benar mustahil untuk dilewati. Aku sendiri G habis pikir kenapa
dulu aku, Handoko, Aji dan Toni pernah bisa melaluinya, melalui jalan
seberbahaya itu. Lalu kedua saat aku dari UNNES harus ke Purwodadi kota untuk
pertama kalinya. Sejujurnya aku belum pernah ke Purwodadi waktu itu, hanya
bondo nekat saja. Kuestimasikan dari UNNES mpe Purwodadi kota adalah 2 jam,
jadi benar-benar maghrib baru sampai. Di sana aku ada urusan dengan temanku
yang seorang polisi yang bertugas di sana. Habis maghrib tu hujan, aku berteduh
sebentar di kosnya tapi dia menyuruhku menginap saja daripada balik ke UNNES
(karena dia tahunya aku ngekos, padahal aku nglajo) tapi aku tetap pulang saja
malam-malam gerimis gitu. Keputusanku pada akhirnya harus membuatku mengalami
perjalanan paling menyeramkan yang pernah kualami. Di sepanjang jalan Purwodadi
menuju Demak itu jalannya rusak parah, sudah G bisa kuungkapkan lagi lewat
tulisan ini untuk menunjukkan seberapa parahnya jalan tersebut. G ada lampu
sepanjang jalan, gelap total, dan kiri kanan itu sawah, benar-benar atmosfernya
G enak banget, gerimis pula. Lalu akhirnya aku jatuh (lagi) dari motor. Hmmm...
Perjalanan yang harusnya cuma 2 jam, pada kenyataannya menghabiskan waktu 3 jam
buatku, karena jalanan yang licin berlumpur dan batu-batunya terjal membuatku
harus menaiki motorku dengan pelan, G ada lampu di jalan pula, jadi harus waspada
kalau tiba-tiba ada begundal.
White Prince: Apa saat sudah jadi guru
nanti kamu tidak akan menghapus foto-fotomu yang buka-bukaan itu? (tertawa)
(buka baju maksudnya-Red)
Yusuf: Sebenarnya aku menyukai
foto-fotoku di kolam renang itu, karena bagus menurutku tapi Heru tidak pernah
suka. Bahkan dia menegurku karena foto profilku yang ku upload itu banyak yang
buka-bukaan (tertawa). Dia bilang begini, “Meski kamu G ngapa-ngapain, tapi
kalau kamu mosting foto yang seperti itu, nanti kan fotonya tetap ada 24 jam di
Facebook dan bagi yang melihatnya lalu menimbulkan hawa nafsu terhadap orang
tersebut, itu berarti kamu juga ikut berdosa karena kamu sudah menjadi objeknya
meskipun kamu G sadar dan G tahu menahu, maka dari itu hapuslah” lalu akhirnya
foto-foto seperti itu kuhapusi, meski masih ada yang belum kuhapusi (tertawa)
karena foto-foto yang tersisa lainnya menurutku menonjolkan seni fotografinya,
jadi kubiarkan saja, G kuhapus.
White Prince: Kenapa sih suka sekali
berenang, nonton film, touring?
Yusuf: Aku itu tipe orang yang balance.
Sebisa mungkin antara kerjaan (baca: tanggung jawab yang harus dipenuhi) dengan
‘waktu untuk diri sendiri’ itu harus seimbang. Aku bukan tipe yang
menunda-nunda, bukan tipe yang tidak bertanggung jawab kalau diberi tugas. Jadi
aku terbiasa bekerja total dan habis-habisan, kalau bisa semaksimalnya aku
sampai mana. Nah, setelah itu baru aku akan menuntut ‘waktu untuk diri
sendiri’, jadi aku juga memberikan reward kepada diriku karena berhasil
menyelesaikan sebuah ‘tantangan’. Reward itu berupa hak untuk refreshing, yaitu
renang, nonton film, touring, dsb. Nah kalau aku belum menyelesaikan
tugas-tugasku ya aku G akan nonton film dulu, G akan berenang dulu, kenapa?
Karena aku tak punya hak untuk melakukannya. Makanya aku harus menyelesaikan
tugas-tugasku dulu kalau aku benar-benar ingin dapat reward dari diriku
sendiri. Oia, aku juga memberlakukan punishment untuk diriku sendiri, kalau aku
gagal atau belum bisa melakukan sesuatu dengan maksimal, aku tak boleh menuntut
hak ku untuk refreshing, melainkan harus berusaha lebih keras dahulu. Jadi
kalau teman-teman tahunya aku tiba-tiba ngajak nonton film, tiba-tiba berenang,
ya itu karena aku sudah menyelesaikan tugas-tugasku. Ya logislah kalau dilihat
dari luar pun kelihatan, aku kan punya waktu untuk refreshing, mengerjakan
tugas, tidur, mengurus blog, arisan, dsb. Intinya untuk bisa melakukan semua
itu sebenarnya simpel, pandai-pandailah memanajemen diri, memanajemen waktu n_n
White Prince: Menurutmu, apa sih
perbedaanmu dengan White Prince yang paling mencolok? Katakan saja.. anggap
saya tidak disini.
Yusuf: Banyak, sebenarnya. Tapi semua
hal itu anehnya malah mendekatkan diri kami sebagai sahabat, malah udah kaya’
saudara (tertawa). Ada satu hal yang sangat mencolok, yaitu sudut pandang kami
mengenai persahabatan. Rio itu tipe orang yang menyamaratakan semua temannya di
matanya, kalau Heru bilang, semua sahabat itu pada dasarnya baik. Ya benar,
memang semua sahabat itu baik. Arti dari kata sahabat di KBBI itu kan memang
positif sekali (tertawa). Balik ke Rio, jadi kalau dikelompokkan dengan
siapapun, Rio G akan mengalami masalah karena dia dengan siapa saja akan mencoba
berbaur dan tidak membeda-bedakan. Nah, itu contoh yang bagus, memang pada
kenyataannya dia seperti itu, tipikal orang yang bisa nyaman dengan siapa saja.
Tetapi bagiku, apa yang ia lakukan itu seperti pisau bermata dua. Karena
menganggap semuanya sama, endingnya dia terkesan tidak benar-benar dekat dengan
beberapa orang atau siapapun. Sebenarnya hal tersebut tidak masalah, karena
sepengetahuanku, Rio itu tipe yang tidak suka menganggap sesuatu sebagai sebuah
masalah, jadi terkesan ia tak punya masalah, ya karena sudut pandangnya mungkin
tak suka menganggap sesuatu sebagai masalah, dan lebih menganggapnya sebagai
sebuah tantangan hidup yang harus ia taklukkan. Endingnya kurasa Rio itu tidak
benar-benar butuh teman untuk curhat (karena memang dia bukan anak yang suka
galau sendiri), Cuma butuh teman untuk sharing saja, dan itu bisa dengan siapa
saja, maka dari itu kalaupun ada satu atau beberapa orang hilang atau putus
komunikasi dengannya sekalipun, itu tidak akan membuat Rio merasa kehilangan,
karena dia masih punya banyak teman yang lain. Dan akan terus begitu sampai ia
tua nanti, kurasa. Oke, cukup, nanti kalau kuteruskan, aku bisa disunati ma Rio
(ga bakal disunati kok, bakal langsung tak hilangkan !!!. Ehm maksudnya
dihilangkan hubungan persahabatannya bukan yang lain haha-Red). Sedangkan
pandanganku sendiri terhadap persahabatan sudah jauh berbeda dengan Rio. Jujur,
apa yang ada di pikiran Rio tentang menyamaratakan semua teman itu luar biasa
hebat sekali, tetapi bagiku kenyataannya yang ada di sekitar tidak seperti itu.
Kalau Rio bilang begitu, kenapa dia suka malu-malu kalau minta bantuan orang
lain, dengan alasan takut merepotkan, dan tidak jarang lebih prefer meminta
bantuan ‘orang 1’ daripada ‘orang 2’ bahkan tidak jarang melakukannya sendiri
dengan alasan mampu melakukannya sendiri. Intinya, yang kulihat dari anak ini
itu dia hidup untuk dirinya sendiri, dan orang yang terpenting baginya di
otaknya yang selalu ia ingat Cuma keluarga dan wanita yang ia cintai, yang akan
menjadi istrinya kelak. Ya, yang utama adalah itu. Balik ke sudut pandangku.
Pengalaman selama aku bersekolah dulu mengajarkanku banyak hal mengenai
persahabatan. Pada awalnya semua teman di mataku itu sama, hingga aku merasakan
juga namanya dikhianati teman, berkelahi dengan teman, bersenang-senang bersama
teman-teman, dll. Banyaklah...
Andai semua teman itu benar-benar baik, luar
biasa sekali, tetapi pengalaman mengajarkanku bahwa konyol sekali kalau aku
terus berpikir senaif itu, karena bagiku tidak semua teman itu baik, karena ada
teman yang juga menjatuhkan, teman yang hanya manis di mulut saja, dsb. Kalau
semua teman itu sama, ya di dunia ini tidak akan ada yang namanya ‘barengnya
dengan anak-anak yang itu-itu saja’, ‘jagongannya ma anak yang itu-itu saja’,
‘minta referensi tugas ke anak yang itu-itu saja’, ‘malu ngajak ngobrol
anak-anak tertentu’. Dunia akan benar-benar damai dan indah karena tak ada lagi
yang membeda-bedakan. Maka dari itu ketika aku berteman, aku berteman
seperlunya saja. Ketika bekerja kelompok, ya fokus ke kerja kelompoknya, ketika
nonton, ya fokus bersenang-senang menikmati film bersama, cukup itu saja.
Istilah ‘sahabat’ yang kugunakan kepada beberapa orang itu muncul dengan
sendirinya. Secara alami muncul tanpa aku pilih-pilih dulu mana teman terbaik
dan sebagainya. Teman-temanku itu membuktikan diri sebagai teman yang baik
lewat perlakuan mereka, bukan di mulut. Saat SMP dan SMA, aku begitu beruntung
bisa menemukan teman-teman yang peduli kepadaku, menyayangiku, dan benar-benar
menerimaku apa adanya. Waktu membuktikan bahwa mereka benar-benar teman-teman
yang baik, dan aku mencoba menghargai mereka ya dengan memanggil mereka sebagai
sahabatku, karena mereka sudah membuktikan bahwa mereka selalu ada. Bukan Cuma
ketika berbagi kebahagiaan, tetapi ketika sedang mengalami masalah dan musibah
juga. Sudah sepatutnya kurasa aku menghargai mereka lebih dari yang lain karena
mereka adalah orang-orang yang kusayangi, yang selalu ada untukku. Begitulah..
tapi tetap aku memandang positif teman-teman yang lain. Kuberi contoh lain lagi
soal pandangannya Rio, misal dia G biasa minta tolong ‘anak 1’, dia pasti
bilang dia sungkan dengan alasan ‘kok jug-jug aku njaluk tulung, kan yo lucu’.
Loh, kok sungkan, katamu semua teman kamu anggap sama, kenapa merasa sungkan,
kan harusnya G boleh malu-malu untuk minta tolong meski dengan siapapun, jarene
mbok anggep podo kabeh (Wah, gawat. Aku bakal disunati Rio tenan iki. Haaa...
aku harus menjauhkannya dari benda-benda tajam). Mungkin aku bisa sependapat
dengan Rio untuk menyamaratakan semua teman andai aku bukan tipe anak ‘yang
selalu menghadapi masalah’. Aku bukan tipe anak yang hidup dan gejolak
perasaannya flat-flat saja, sejak sekolah terbiasa menghadapi yang namanya
masalah, maka dari itu pada akhirnya aku membutuhkan teman-teman yang mengerti
kondisiku, bisa kucurhati dan mau membantu menyelesaikan masalahku. Saking
seringnya terlibat dengan masalah, sempat dulu aku drop dan berpikir mungkin
bukan akunya yang selalu dihadapkan pada masalah, selalu dikejar-kejar masalah,
tetapi mungkin aku sendirilah masalah itu. Tetapi pemikiran negatif, pesimis
dan tak berdasar itu lenyap ketika aku melihat sahabat-sahabatku menolongku,
mengulurkan tangannya padaku tiap kali aku mengalami masalah (tertawa) dan
mereka selalu menyemangatiku, mendukungku, sungguh luar biasa. Karena itulah,
sebisa mungkin aku akan menjadi sahabat yang baik bagi mereka, sebisa mungkin
membalas kebaikan mereka (tertawa). Nah kalau aku yang biasa teman-teman lihat
dengan siapapun kok berani menyapa, berani mengajak becanda duluan atau
mengajak berbicara, ya karena aku menghargai teman-teman itu sebagai
teman-temanku. Nah kalau aku tidak berkumpul dalam suatu kesempatan hingga ada
yang mengecap individualistis ya itu karena aku tak mau memaksakan diri untuk
berkumpul, karena aku merasa tidak ada yang bisa kudapatkan dengan berkumpul
tersebut, atau karena ada hal lain yang lebih penting untuk dilakukan daripada
berkumpul-kumpul saja kalau tak melihat ada tujuannya. Ya, aku kan tipe quality
time yang biasa memanajemen segala sesuatu, jadi aku takkan segan-segan atau
malu-malu untuk melakukan hal yang ingin dan kusukai saja daripada
membuang-buang waktu.
Bahkan, kalau ngobrol dengan sahabatku sendiri saja kalau
aku merasa sudah cukup ya akan kucukupkan saja, tidak akan kuperlama ngobrolnya
kalau kurasa memang sudah cukup (tertawa). Jadi secara garis besar sudah bisa
dilihat kan perbedaan mencolok antara pandangan Rio dengan pandanganku mengenai
sahabat. Alhamdulillah, sahabat-sahabatku dari SMP hingga sekarang masih aktif
berkomunikasi denganku, alhamdulillah tidak putus kontak (kalau ganti nomor ya
memberitahu). Sahabat-sahabat yang kumaksud di sini bukan teman-teman sekolah
biasa, tapi benar-benar orang-orang yang selalu ada untukku. Kalau teman-teman
biasa sih yang lain juga pasti masih aktif berkomunikasi. Akan kuberi beberapa
contoh. Sahabatku dari luar kota (baca: Solo) sedang liburan, lalu dia bilang
kangen denganku, dia ke Demak dan hanya menemuiku, lalu karena kami bingung mau
melakukan apa, akhirnya konyolnya kami memutuskan naik BRT hingga ke terminal
Mangkang. Di sepanjang perjalanan ngobrol tentang berbagai hal, tidak ada rasa
canggung, dan setelah selesai, sahabatku itu pulang ke Solo (tertawa) konyol
sekali ya, tapi di sisi lain membuatku terharu, karena demi diriku mau
meluangkan waktunya hingga segitunya. Itu bukan terjadi pada seorang sahabatku
saja, tapi pada hampir semua sahabatku. Aku ini tipe orang yang tak akan
segan-segan untuk bersenang-senang meskipun cuma berdua saja. Karena apa?
Dengan begitu persahabatan kami jadi lebih intim, kan ya dia sahabatu. Contoh
sehari-harinya misalnya aku berenang berdua saja dengan sahabatku, touring
berdua saja, nonton berdua saja, berbelanja berdua saja. Dan meskipun aku punya
lingkungan baru, teman-teman baru, hal-hal baru yang kulakukan, aku tak pernah
lupa dengan sahabat-sahabatku. Begitulah... Bahkan aku terharu sekali ketika
sahabat-sahabatku itu berkata, ‘aku beruntung bisa mengenalmu dan bersahabat
denganmu’. Alhamdulillah banyak sahabatku yang bilang seperti itu, dan aku selalu
terharu tiap kali mendengarnya. Tetapi sejujurnya aku lah yang merasa beruntung
karena bisa menemukan orang-orang yang peduli dan mau menerimaku apa adanya,
orang-orang yang dengan bangga bisa kusebut sebagai sahabat-sahabatku
(tersenyum)
Yusuf dari kelas 1 SD sampai kelas 6 SD
selalu mendapatkan ranking 1 (sama dengan Mey dan Toni yang juga ranking 1
terus sepanjang SD, dan ketiga anak ini kebetulan sama-sama Taurus). Yusuf
kecil bersekolah di SD Bintoro 9, Demak, karena lokasinya dekat dengan rumah
neneknya. Jadi, Yusuf dan adiknya biasa menghabiskan waktu di rumah nenek
sehabis sekolah, hingga saat sekolah arab (sekolah arabnya juga dekat rumah
nenek) lalu ketika sore tiba, orangtua Yusuf yang baru saja pulang dari bekerja
menjemput Yusuf dan adiknya untuk pulang ke rumah. Yusuf melanjutkan
pendidikannya di SMP Negeri 2 Demak (dekat alun-alun Demak). Di sekolah favorit
tersebut, Yusuf bertemu dengan banyak anak dari sekolah-sekolah dasar favorit,
sedangkan satu-satunya lulusan dari SD Bintoro 9 di angkatan Yusuf yang
bersekolah di SMP Negeri 2 hanya Yusuf seorang, alhasil Yusuf harus beradaptasi
dengan teman-teman baru, dan lingkungan baru sendirian. Selanjutnya Yusuf
melanjutkan pendidikannya di SMA 1 Demak. Yusuf termasuk anak yang biasa saja
di SMP dan SMA, hanya menonjol pada Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris saja.
Yusuf masuk UNNES melalui SPMU, dulu yang mewawancarai Yusuf saat tes wawancara
adalah pak Harry Bakti. Yusuf dan adiknya yang bernama Dani, adalah saudara
yang sangat dekat. Keduanya terbiasa hidup dengan quality time, jadi meskipun
jarang bertemu, Yusuf dan adiknya tetap mampu menjaga kekompakan sebagai kakak
adik dengan cara saling sharing tentang berbagai hal. Yusuf selalu berusaha
memposisikan dirinya sebagai sosok yang siap membantu adiknya, jadi misal
ketika adiknya minta dianterin ke SMG, Yusuf akan mengantarkannya. Kakak adik
ini sebenarnya berbeda watak, Yusuf lebih dikenal dengan dandanan ‘cupu’nya
sedangkan adiknya, Dani, suka bergaya rock n roll. Yusuf lebih menonjol di bidang
akademik, sedangkan adiknya lebih berprestasi di bidang seni, teknologi, dan
olahraga. Adik Yusuf, Dani, merupakan atlit basket sejak SMP hingga SMA, dan
selalu mewakili sekolahnya bila ada perlombaan. Selain itu, bakatnya dalam seni
ia tuangkan ketika pernah menjadi desainer lepas untuk beberapa distro di
Demak. Yusuf dan adiknya juga terbiasa menonton film bersama di bioskop.
Adiknya Yusuf, Dani, sejak kelas 1 SMA sudah memiliki tinggi yang sama dengan
Yusuf, bahkan punya perawakan yang lebih atletis (tanpa fitness) yang bikin
Yusuf iri. Ya mungkin karena sejak kecil adiknya Yusuf terbiasa berolahraga,
dan aktif basket sejak SMP (melompat, dsb)
White
Prince: Film-film terbaik apa saja yang bisa kamu tawarkan kepada para pembaca?
(Yusuf bukan penjual CD bajakan kok.. tenang aja-Red)
Yusuf: Banyak, sebenarnya (tertawa).
Kumulai dari film terfavoritku ya, yaitu Casino Royale. Film James Bond ini
merupakan kisah reboot baru dari franchise agen 007. Waktu itu kali pertama aku
menonton seri James Bond dan langsung suka sekali dengan film ini. Tiap
adegannya itu memorable banget, apalagi adegan di pantai yang beautiful banget
pengambilan gambarnya. Daniel Craig benar-benar aktor yang luar biasa.
Selanjutnya franchise terbaik yang kusukai adalah trilogi The Dark Knight.
Meski film pamungkas trilogi The Dark Knight, yaitu The Dark Knight Rises G
sehebat film The Dark Knight yang ada Jokernya, tapi tetap saja karya
Christopher Nolan ini merupakan masterpiece. Aku sudah menontonnya hingga 3
kali bersama teman-teman (dan mungkin akan ada kali keempat). Buagus sekali,
mantap pokoknya. Tahun 2012 ini kalau kuranking film-film terbaiknya, yaitu The
Dark Knight, Madagascar: Europe’s Most Wanted, The Avengers, The Hunger Games,
The Raid, Modus Anomali, Brave, Prometheus, dan The Amazing Spiderman.
Madagascar merupakan kartun terbaik yang pernah kutonton sejak Toy Story 3 2
tahun lalu. Luar biasa sekali petualangan terakhir mereka di Eropa, aku suka
sekali dengan 3D saat sirkusnya, juga atraksi penyelamatan di akhir film yang
tampak mewah gara-gara adegan sirkus langitnya. The Avengers itu film superhero
paling lucu yang pernah kutonton, juga film superhero berisi adegan action
paling massive, bahkan hampir menyamai kedhasyatan efek visualnya saga
Transformers. The Hunger Games itu seperti magic, layaknya para penonton di
seluruh dunia yang begitu terpukau dengan lahirnya franchise baru ini, yang
menggantikan Twilight dan Harry Potter. Keren sekali, aku bergitu terhipnotis,
dan jujur, gara-gara nonton film ini, aku jadi hunting novelnya, dan langsung
menumbuhkan minat bacaku terhadap novel-novel, meski kebanyakan yang kubeli
pada akhirnya tetap saja novel terjemahan (tertawa). The Raid itu seperti
pembuktian kepada dunia bahwa Indonesia itu ‘bisa’ bikin film aksi. Hahaha... luar
biasa sekali, meski aku menontonnya sambil beringsut turun dari kursi bioskop
dan secara teratur menutup kedua mataku, tapi film ini memang memiliki
sinematografi silat yang luar biasa indah. Hebatnya, Joe Taslim, pemeran Kapten
Jaka di film ini langsung go international dan tahun depan akan menyapa para
penonton di seluruh dunia lewat perannya sebagai Jah di film Fast and Furious
6. Modus Anomali itu seperti sebuah alarm bagiku. Ketika sudah larut dalam
euforia untuk menjadi guru, film initiba-tiba mengingatkanku akan cita-citaku
yang selalu ada di dalam hatiku, yaitu sutradara. Film ini benar-benar aku
banget. Karakter yang diperankan oleh Rio Dewanto itu kompleks banget. Lalu
dari unsur-unsur dalam filmnya sendiri, yaitu penuturan ceritanya, settingnya,
alurnya, dan twistnya benar-benar membuatku ingin (lagi) menjadi sutradara.
Apalagi ketika adegan Rio Dewanto di dalam mobil sedang menelepon istrinya
dengan suara yang renyah banget ala suami baik-baik, diiringi pula oleh
sinematografi yang menonjolkan warna hijau pepohonan dan cahaya matahari. Luar
biasa indah sekali, aku suka. Selanjutnya Brave. Sumpah, film kartun ini luar
biasa sekali twistnya. Twistnya berani sekali, bahkan untuk penonton barat,
twist yang ada di film ini benar-benar terlalu out of the box. Pixar memang
benar-benar berani bila sudah menghasilkan sebuah karya. Aku hampir menangis
nonton film ini saking shocknya dengan twist yang ada yang langsung diumbar di
pertengahan cerita. Hingga film benar-benar berakhir, jujur membuatku (juga para
penonton yang lain) was-was akan seperti apa ending yang akan ditampilkan.
Prometheus adalah prekuel tidak resmi dari film Alien. Dari awal hingga akhir,
tone film ini serius sekali, dan isi ceritanya beraaaaat banget, meski sudah
dibumbui adegan action luar biasa. Di akhir film pun, pertanyaan yang sejak
awal dicari malah membuahkan pertanyaan baru, dan petualangan pun berlanjut. G
sabar nungguin lanjutan kisah astronot Ellie dan android David di film keduanya
tahun 2014 ntar. Terakhir The Amazing Spiderman. Mungkin gara-gara sutradaranya
yang akar aslinya ada di drama kali, ya, jadinya film manusia laba-laba ini
lebih berkesan di love storynya, meskipun kisah origin peter parker juga
tersampaikan dengan baik. Film ini sebenarnya punya storyline yang sama dengan
Spiderman, tapi di sini tampak lebih manusiawi. Aku benar-benar tersentuh
ketika spidey kakinya ‘dengklang’ lalu dibantu pekerja-pekerja bangunan di
kota. Nah, selanjutnya film terbaik di beberapa negara. Waah, aku keterusan
asyik cerita tentang film nih. Kumulai dari Thailand. Ada 2 film thailand
terbaik bagiku, hingga aku G bisa memutuskan mana yang terbaik (menurutku).
Pertama adalah Crazy Little Thing Called Love, sleeper hit yang ebnar-benar
ngena banget di hati para penonton, tentang kisah cinta zaman SMA, berisi
tentang transformasi seorang gadis. Aku takjub dengan endingnya yang begitu
indah menuturkan cerita secara singkat dari sudut pandang lain. Lalu Love of
Siam, film perdana Mario Maurer (Mario juga membintangi Crazy Little Thing
Called Love) yang langsung mendapatkan atensi dari masyarakat, kritikus, dan
penonton dari beberapa negara di Asia. Luar biasa, langsung merajai berbagai
penghargaan tahun 2008 lalu. Aku benar-benar terharu dengan aspek kehidupan
yang ditampilkan dalam film ini. Selanjutnya, Korea. Ada 2 film terbaik
menurutku, yaitu My Father, dan The Chaser. My Father bercerita tentang seorang
tentara amerika (diadopsi keluarga amerika) yang aslinya berdarah korea kembali
ke negara asalnya untuk bertemu dengan orangtua kandungnya. Aku begitu
terhanyut dengan ceritanya, hingga akhirnya menangis berkali-kali saat
menontonnya (tertawa). The Chaser berkisah tentang seorang psikopat penyiksa
yang sangat sadis luar biasa. Tokoh utamanya adalah seorang polisi yang ‘kurang
baik’. Nah, sepanjang film benar-benar bikin sport jantung karena ceritanya itu
rapat sekali, benar-benar thriller suspens yang luar biasa. Ok, cukup itu aja.
Nanti kalau kulanjutkan bisa makan berhalaman-halaman lagi (tertawa)
White Prince: Hal paling konyol yang
pernah kamu lakukan?
Yusuf: Semester 5 dulu (iya nih, kalau
dipikir lagi, emang masalah di semester 5 banyak sekali), ketika aku
menyelamatkan seorang gadis dari pernikahan yang tidak dia inginkan (tertawa).
Waktu itu tiba-tiba aku dimintai tolong mbaknya sahabatku (Frisky), namanya
mbak Lida. Nah, aku diminta jadi pacar pura-puranya karena ia sedang ditaksir
oleh seorang laki-laki yang sangat ingin menikahinya. Ceritanya complicated,
tapi akan kujelaskan secara sederhana. Jadi mabk Lida itu awalnya Cuma bilang Iya
Iya saja ketika temannya ada yang mau menjodohkan, eh ternyata temannya itu
mengenalkan mas-mas yang emang benar-benar suka ma mbak Lida begitu ditunjukin
mbak Lida orangnya gimana. Padahal mbak Lida udah nolak, tapi temannya itu
bilang sebaliknya ke keluarganya temennya itu, hingga orangtua dari mas-mas
yang suka mbak Lida benar-benar menghubungi orangtuanya mbak Lida. Nah,
orangtuanya mbak Lida sih senang-senang saja karena mereka kira mbak Lidanya
udah setuju, padahal mbak Lidanya G tahu menahu soal itu. Ketika mas-mas yang
suka mbak Lida itu terus mencoba melamar mbak Lida, mbak Lidanya galau luar
biasa apalagi orangtuanya mbak Lida malah nyuruh agar mbak Lida nikah saja ma
mas-mas itu, tapi ya gimana lagi, mbak Lidanya G suka. Nah, karena aku bukan hanya
dekat dengan adiknya (Frisky), tapi juga dekat dengan keluarganya, mbak Lida
akhirnya minta bantuanku. Karena kukira G masalah, kuiyakan saja. Hahahhaha..
aku G menyangka kalau ternyata ‘heboh’. Namaku jadi hot thread di kantornya
mbak Lida, pada pengen dikenalin denganku, dan mas-mas yang suka dengan mbak
Lida maksa pengen bertemu denganku. Haaaaaaa..... Di sisi ain aku jadi G enak
ma sahabatku, Frisky. Dia jadi ‘gimana gitu’, terus endingnya mbak Lida bilang
ma Frisky kalau sebenarnya aku dan mbak Lida cuma pura-pura untuk sementara
saja. Ya gitu deh, endingnya coba ditebak-tebak sendiri saja bagaimana akhir
kisahnya mbak Lida (tertawa)
White Prince: Apa pandanganmu terhadap
cinta, dan pernikahan?
Yusuf: Cinta, ya? (berpikir lama) Aku
itu tipikal orang yang lebih memilih untuk dicintai daripada mencintai (Ya
syukur-syukur kalau saling mencintai). Kenapa? Karena kalau akunya saja yang
mencintai, dia enggak, akan menderita sekali diriku, sedangkan sebaliknya,
kalau seseorang mencintaiku, berarti dia kan insyaallah sudah menerimaku apa
adanya, dan Insyaallah menjamin dia G akan meninggalkanku, dan akunya tinggal
menerima cintanya saja. Hahaha.. Entahlah, aku sendiri tak pernah benar-benar
memikirkan tentang kehidupan asmaraku, karena fokusku sekarang dan beberapa
tahun yang akan datang bukan itu. Bagiku, bisa menikah di masa depan merupakan
salah satu bonus dari Allah kepada hambanya. Nah, kan G ada yang tahu umur
seseorang itu sampai kapan, maka dari itu aku mengatakan kalau menikah itu
merupakan bonus dari Allah. Aku itu tipe orang yang kalau menyukai seseorang,
cukup dengan melihatnya bahagia, bahkan dengan orang lain sekalipun, juga akan
membuatku bahagia. Oia, ada kisah yang menurutku lucu. Silvi pernah bilang ke
aku bahwa aku tu bukan tipe pacar, tapi tipe suami yang baik, tipe suami yang
selalu siap siaga untuk istrinya (tertawa). Iya sih, emang benar pendapatnya
Silvi, aku sendiri memang tidak setuju dengan konsep pacaran. Hahahahha...
White Prince: Nah kalau kamu sudah
saking cintanya dengan seseorang padahal kamu bukan tipe orang yang berpacaran
dan fokusmu untuk saat ini hingga ke depan masih bukan tentang cinta, terus
bagaimana? Padahal misalnya orang yang kamu cintai itu juga mencintaimu
Yusuf: aku akan bertanya pada orang yang
kucintai itu, bolehkah aku menemui orangtuanya. Kalau boleh, aku akan berjanji
pada orangtuanya bahwa aku akan kembali untuk melamar anaknya setelah beberapa
tahun (memberikan angka pasti), dan hal itu juga bisa sekaligus menguji orang
yang kucintai itu, apakah ia akan sanggup menungguku atau tidak karena memang
fokusku pada saat ini dan beberapa tahun ke depan bukan tentang cinta. Kenapa?
Karena aku ingin membangun karierku terlebih dahulu, dan membuat bangga dan
membahagiakan orangtuaku terlebih dahulu. Intinya kebahagiaanku
kunomorsekiaankanlah asalkan aku bisa membahagiakan orangtuaku terlebih dahulu,
yaitu dengan mendapatkan pekerjaan yang baik dan membangun kehidupan yang mapan
terlebih dahulu (tersenyum)
White Prince: Kamu G suka orang pacaran,
ya?
Yusuf: Pacaran itu hak masing-masing
orang. Kalau ditanya suka atau G, aku jawab G suka. Pacaran itu hanya konsep
yang dibuat oleh manusia. Di Al-Qur’an sudah memberi kita tuntunan, bukan hanya
tentang hubungan antara lawan jenis seperti itu, tetapi tentang berbagai aspek
kehidupan lainnya. Nah tinggal manusianya saja mau bagaimana menjalaninya.
Memang sih, konsep pacaran itu sudah mengakar sekali di seluruh dunia jadi hal
tersebut sudah dianggap wajar sebelum kedua insan itu melanjutkan ke jenjang
pernikahan, dengan alasan latihan menjalin hubungan dengan orang yang dicintai.
Baiklah, coba kuberi contoh tentang satu hal lain, tapi sama mengakarnya dengan
konsep pacaran. Di Indonesia juga terdapat bank-bank, baik itu nasional maupun
bank dari luar negeri. Bank-bank tersebut menawarkan bunga kepada para
nasabahnya. Semakin banyak menabung, makin banyak bunganya. Nah, dalam islam
pun tidak dibenarkan adanya bunga seperti itu, sehingga ada bank sendiri yang
menggunakan syariah islam sebagai landasannya. Tetapi kenyataannya coba lihat
di masyarakat, mereka semua tahu hal tersebut tetapi tetap saja dilakukan.
Kenapa? Karena ‘enak’. Sama juga dengan pacaran, pacaran itu ‘enak’, bisa
menjalin hubungan ‘lebih dari teman’ dengan orang yang disayangi. Sejak aku
tahu yang namanya pacaran, bagiku pacaran itu sama dengan menikah. Ya itu
bagiku lho, ya, kalau bagi orang lain sih sudah beda. Kenapa aku bisa
mengatakan hal itu? Karena mau disangkal atau tidak, pacaran itu kan hubungan
antara 2 orang lawan jenis, dan dua-duanya saling menyukai. Pacaran itu identik
dengan berkencan, menghabiskan waktu bersama, menghabiskan pulsa untuk smsan,
telponan, dsb. Bedanya dengan menikah ya paling tidak berhubungan intim (baca:
tidur bareng, berciuman, mandi bareng, dsb), cuma itu.. Nah, orang pacaran itu
ada 2 tipe di mataku, tipe yang nempel terus kaya’ perangko, jadi kemanapun ya
selalu tampak bareng sejoli tersebut, dan tipe yang pacarannya kalau memang
waktunya pacaran, bukan diumbar di tempat umum. Nah, tipe yang pertama itu
biasanya akan mengalami kendala sosial dengan teman-temannya.
Pacarnya akan
merasa illfeel kalau sang pacar menghabiskan waktu meski dengan
sahabat-sahabatnya dan mencuekinnya (contoh: G balas sms), sedangkan ada juga
yang gara-gara pacaran kemana-mana bareng terus malah lupa ma teman-temannya,
lalu ketika butuh bantuan temannya malah jadi kagok sendiri gara-gara G
terbiasa minta bantuan temannya (ya gara-gara kumpulnya ya ma pacarnya terus),
lalu menariknya dapat dilihat kalau tipe pertama ini putus. Saat masih pacarannya
kan lueengket sekali, nah kalau putus itu biasanya parah sekali hubungannya,
bahkan tipe ini cenderung akan mecoba segera mencari pengganti. Karena apa? Ya
itu, karena tak terbiasa berhubungan dengan teman-temannya (soalnya isi inbox
Hpnya Cuma dari pacarnya), jadinya ada yang hilang begitu kehilangan sang
pujaan hati. Bingung, endingnya cari yang lain, seperti orang yang baru saja
bercerai, lalu langsung cari pengganti yang lain. Nah, lalu tipe kedua. Aku
tidak begitu terusik dengan tipe kedua karena tipe kedua ini adalah tipe yang
tahu mana tempat pacaran, dan kapan waktunya. Hanya saja tetap saja aku menyayangkan,
mending tipe yang kedua ini tetap bertahan menjadi sahabat baik saja. Dengan
syarat, antara 2 insan itu tidak ada yang merusak persahabatan dengan keluar
jalur. Begini, misal ada 2 sahabat yang dari dulu sudah bersahabat akrab. Nah,
meski keduanya sudah kelihatan saling menyukai, alangkah indah dan elok kalau
hawa nafsu untuk saling memiliki itu ditahan saja dulu. Jangan sampai misal si cewek
curhat ke temen-temennya, ‘kenapa aku digantungin begini?’. Nah, agar hal
tersebut tidak sampai terjadi, persahabatan antara keduanya ya jangan sampai
melewati batas persahabatan, tetap menjaga batas antara laki-laki dan perempuan
karena pada dasarnya laki-laki dan perempuan itu haram hukumnya bila belum
dihalalkan dalam ikatan pernikahan. Jadi ya bersahabat sewajarnya saja dulu
lah, kalaupun curhat atau smsan jangan yang menjurus-menjurus lah, dinikmati
saja dulu persahabatan dengan teman-teman yang lain juga, kita kan masih muda.
Nah, kalau aku sendiri bisa bilang sampai sejauh ini ya karena aku merasa Allah
itu sudah memberikan kehidupan dan tuntunan yang jelas bagi hambanya, dan aku
benar-benar bisa melihat kebaikan di dalamnya. Allah itu sudah memberikan
waktunya masing-masing kepada hambanya. Masa kecil itu untuk bersenang-senang,
pokoknya bergembiralah. Lalu masa muda itu untuk berkreatifitas, membanggakan
orangtuanya.
Terakhir, masa dewasa. Aku tak ingin mendahului apa yang sudah
digariskan secara jelas di Al-Qur’an, toh aku merasa tuntunan itu sudah jelas
dan menyenangkan untuk kujalani, jadi pacaran bagiku itu adanya ya setelah
menikah, dan saat menikah itulah waktu yang sudah disediakan sendiri oleh Allah
untuk kita merasakan kebahagiaan hidup di dunia bersama orang yang kita cintai.
Jadi bagi para wanita yang galau gara-gara kalau malam minggu sendirian di kos
sedangkan teman-teman kosnya yang lain pada malam mingguan bersama pacarnya,
dan bagi para cewek yang sudah semester atas lalu malah bingung sendiri ingin
juga dapat pacar dengan alsan takut kalau G laku, kurasa pikiran-pikiran
negatif dan pesimis tersebut harus dilenyapkan dan diubah. Bagi para cewek yang
tidak punya pacar, jangan galau begitu. Iya aku tahu, pada dasarnya wanita itu
punya sifat ingin dimengerti dan dilindungi oleh lawan jenis, tapi ya harus
ingat, saat ini belum waktunya. Alangkah bijaknya kalau mengisi waktu luang
seperti itu dengan berkreasi, bahkan mungkin meningkatkan kompetensi diri.
Siapa sih yang bilang kalau G laku, itu hanya cap masyarakat saja. Tidak usah
dipikirkan, lebih baik pikirkan dulu masa depan. Bukan Cuma laki-laki, wanita
juga berhak untuk menentukan masa depannya dan kalau bisa membahagiakan
orangtuanya dengan mendapatkan pekerjaan yang baik. Setelah itu, berikhtiar
saja, perempuan kan terbuat dari tulang rusuk laki-laki jadi pasti sudah ada
pasangannya (soal pasangan yang akhirnya bercerai itu pengecualian) Insyaallah
kalau para perempuan berpikir seperti itu akan bisa menjalani hidupnya dengan
baik dan tenang (tidak galau-galau lagi gara-gara G punya pacar). Oke,
selanjutnya balik lagi ke topik pacaran. Aku bisa begitu teguh dan enggak
tergoda untuk pacaran ya karena aku menjaga batas-batas diriku sebagai
laki-laki dengan teman-teman lawan jenis, sehingga Insyaallah tidak akan
menimbulkan fitnah. Bahasa halusnya menjaga jarak antara laki-laki dengan
perempuan, bersahabatnya tidak berlebihan. Karena jujur nih ya, aku bertatap
muka atau bertemu dengan orang yang kusukai saja sudah bisa menimbulkan pikiran
yang enggak-enggak di otakku. Lalu bagiku, suara orang yang kusukai itu sudah
termasuk aurat, jadi mendengarnya saja sudah menimbulkan dosa bagiku karena
membuatku secara otomatis jadi tersulut hawa nafsunya. Nah, kalau dikatakan
bahagia sih bahagia bisa menghabiskan waktu bersama orang yang disukai,
meskipun statusnya adalah sahabat (misal: kerja kelompok) tapi semakin
bahagianya diriku, tapi kalau itu menimbulkan hawa nafsu juga akan membuatku
mendapatkan dosa. Kebahagiaan itu kan perasaan sesaat yang kadang langsung
lenyap apabila tiba-tiba kita merasakan kesedihan, tetapi dosa itu sifatnya
tetap ada, dan terus menumpuk.
Makanya kalau bisa ya aku tetap menjaga batas
agar tidak sampai menimbulkan fitnah, apalagi perbuatan yang cenderung mengarah
ke perzinahan, yaitu dengan cara bersahabat sewajarnya saja. Selain itu, ada
satu faktor penting lagi, yaitu aku memiliki sahabat-sahabat yang baik di
sekelilingku. Dengan adanya mereka aku tak pernah merasa bosan ketika menjalani
hari, jadi rasanya tu bersahabat dengan banyak orang saja itu sudah cukup untuk
mengisi kebahagiaan masa mudaku ini. Ketika aku menyadari seberapa berartinya
sahabat yang kumiliki, rasanya tu sudah kaya’ lengkap semuanya yang paling
ingin kumiliki di dunia ini, karena kasih sayang dari orang-orang yang peduli
dan mau menerima keadaan kita apa adanya itu benar-benar anugerah yang luar
biasa yang bisa kita dapatkan di dunia ini. Jadi sahabat-sahabatku itu sekarang
posisinya jauh lebih penting dari sekadar orang yang kusukai. Hahahhahaahahaha..
White Prince: Setahu kamu, bagaimana
kabar PPL teman-teman?
Yusuf: Sejujurnya, semakin baik aku
mengenal teman-teman, semakin aku serakah ingin bisa menghabiskan waktu
sebanyak-banyaknya dengan mereka (tertawa) tapi Alhamdulillah, meski PPL
berjauh-jauhan, kami masih saling berkomunikasi jadinya tidak terputus tali
silaturahminya. Rio yang akhirnya ngekos di dekat sekolah praktiknya nampaknya
benar-benar menikmati kehidupan barunya sebagai guru praktikan dan seperti
biasa, ia bisa cepat membaur dengan teman-teman barunya. Rio dan Nanang di
minggu pertama disibukkan dengan membantu sekolah mereka, SMP Negeri 1
Ambarawa, untuk menyiapkan kelengkapan sekolah untuk akreditasi. Nanang yang
jadi koordinator di tim PPLnya nampak congkak sekali kalau PPLnya ini akan
lebih berhasil dan menyenangkan daripada PPLku (tertawa), hingga membuatku
tersulut untuk tidak mau kalah. Mungkin karena dalam satu minggu itu Nanang
merasa bisa mendekatkan diri dengan semua warga sekolah dan tim PPLnya kali ya,
jadinya dia super PD kalau semuanya akan jauh lebih menyenangkan dan berhasil
daripadaku (masih tersulut) Ok, Big Bro, kita lihat nanti siapa yang akan lebih
berhasil...
Selanjutnya Anam. Kata Adit, Anam berhasil memukau siswa-siswanya
dengan kemampuan beatboxnya (sangang, ig). Kalau kata Anam sendiri, ia dapat
guru pamong yang pendiam, yang G akan bicara kalau G diajak bicara. Oia,
suasana di Muntilan benar-benar dingin, dari pagi hingga pagi lagi. Tapi selain
itu nampaknya Anam benar-benar menikmati PPLnya, karena ia sampai berkesempatan
jadi juri cerpen, pildacil, hingga jadi MC pada acara Semarak Ramadhan di
SMPnya. Anang tidak banyak bercerita selain menceritakan rempongnya beli batik
mendadak ke Jogja bersama teman-teman PPLnya, dan ia malah memuji Fajar yang
menurutnya berhasil menarik perhatian murid-muridnya. Ketika perkenalan, Fajar
meminta siswa-siswanya untuk maju dan memperkenalkan diri. Selanjutnya, Fajar
berhasil memotivasi siswa-siswa STM tersebut agar belajar lebih keras setelah
Fajar tahu bahwa mayoritas pekerjaan orangtua murid adalah sebagai petani, dan
buruh, “Nakalnya dikurangi ya, kasihan orangtua kalian yang sudah bekerja keras
untuk membiayai sekolah kalian”, “Untuk yang tadi katanya belum punya
cita-cita, harus diubah mulai sekarang. Kalian disekolahkan di STM ya tujuannya
untuk mendidik dan mengajarkan kalian tentang bagaimana caranya terjun ke
masyarakat dan bekerja”. Kalimat-kalimat tersebut berhasil menghipnotis
siswa-siswa Fajar hingga ketika keluar kelas pun Fajar dipanggil murid-muridnya
(mpe bikin Lia cemburu), “Pak Fajar!! Pak Fajar!!”. Kemudian, 2 minggu setelah
Anang bercerita tentang Fajar, di suatu kesempatan aku kebetulan bisa
bercengkrama dengan Fajar, dia menceritakan sendiri kisah PPLnya hingga lebih
dari 2 jam. Dia curhat abis-abisan dan aku memberikan banyak saran juga sedikit
kubagi strategi-strategiku, karena nampaknya STM yang di PPL i oleh Fajar dan
Anang itu ‘sulit’. Secara garis besar, tidak ada satupun aspek yang membuat
pembelajaran menjadi berhasil, bahkan teman-teman PPLnya Fajar kurang begitu
peduli dengan apa yang terjadi, malah gentar duluan dengan ‘kondisi’nya.
Sejujurnya ide-idenya Fajar begitu bagus, tapi eksekusinya akan sangat sulit,
jadi kuberikan beberapa saran agar dia bisa mewujudkan impian dan harapannya
tersebut. Aku cukup tergerak ketika Fajar bercerita bahwa ada muridnya yang
diam-diam bercerita padanya, “Pak Fajar... Saya ingin bisa seperti bapak.. Saya
juga ingin bisa sukses, dan saya yakin saya pasti bisa, tetapi banyak orang
yang meremehkan saya. Pak Fajar, apa yang harus saya lakukan?” Merinding!!!
Keren, Jar!!! Aku akan terus membantumu meski kita di tempat PPL yang berbeda.
Untuk Fajar dan Anang, kalian harus berusaha keras.
Bukan Cuma 100%, keluarkan
300% kemampuan kalian!! Berikutnya, Heru. Di awal memang agak bingung ketika
mencari kos, hingga membuatnya dan Tonita harus nglajo dari UNNES ke Subah
beberapa kali, tetapi akhirnya ia sudah dapat kos juga. Heru bilang Tonita itu
berhasil menggaet hati guru-guru di sekolah, hingga saat ada layat, Tonita
sampai diajak untuk turut serta, akhirnya tim PPL SMP Negeri 1 Subah pun ikut
melayat. Bahkan, tim PPLnya Heru juga sudah mengadakan buka bersama (di pantai,
kaya’nya). Lalu Fika. Ini agak lucu, sebenarnya (tertawa). Sebelumnya, Fika dan
Wulan memang sudah janjian untuk satu sekolah praktik bersama, dan akhirnya
mereka berhasil memilih SMK di dekat rumah mereka. Keduanya senang sekali
karena meski sudah berpanas-panasan dan bercape’-cape’ ria di SMK, tapi sorenya
pasti pulangnya ke rumah, apalagi saat bulan puasa seperti ini, rumah memang
lebih nyaman dari apapun (Ya iyalah, tinggal bantuin orangtua nyiapin buka dan
sahur). Fika senang sekali di SMK, ia dapat perkapalan dan perikanan, begini
kata-katanya, “Iya Cup, cowok semua.. Nek muridku malah macho-macho, Cup..
Ganteng-genteng kaya’ cah Akpol dan PIP. Haha.. Ya lumayanlah, itung-itung buat
vitamin mata buatquw. Hehehehew”. Iya, nampaknya Fika memang menikmati PPLnya
(tertawa). Tapi ada 2 lagi cerita konyol, Fika itu digodain ma murid-muridnya
terus, sampai ada yang bilang, “Ibu tu G pantes jadi guruku, pantesnya jadi
sahabatku” lalu Fika bilang, “Eh, lha kamu itu umurnya udah kaya’ adikku,
adikku juga kelas 2 SMA”. Berikutnya ada lagi yang bilang, “Aku G mau njawab
pertanyaan kalau ibu belum beritahu alamatnya ibu di mana?” Hahahha... Secara
Fika kan tinggalnya emang dekat dengan SMK PPLnya. Terus ternyata Fika juga
punya fans dari staf guru, yaitu guru BK, biasanya bilang, “G mau kalau G bu
Fika yang ke sini”. Hahahha... Lalu Dewi. Dia benar-benar nyaman dengan
teman-teman satu kosnya yang baru, katanya mereka care sekali dengan Dewi. Tim
PPLnya juga menyenangkan, dan Dewi selalu menikmati kegiatannya di sekolah
karena murid-muridnya benar-benar menyenangkan. Terakhir, Gallant. PPL ini
dijadikan Gallant sebagai waktunya beristirahat dari segala rutinitasnya yang
berhubungan dengan servis menyervis. Awal cerita ke aku tentang pengalaman
PPLnya, agak ngenes. Dia dan teman-teman satu kosnya (yang sama-sama satu tim
PPL) agak shock ketika mendapati warung terdekat saat sahur itu jaraknya 3 km
dari kosnya (kosnya Gallant depan SMA TN). Endingnya, dia bikin mie bersama
teman-temannya.
Nah, tapi ada yang lucu. Gallant juga disuruh PCC seharian lho
ma guru di sana, katanya buat melatih kedisiplinan (Wah, lumayan Lant, Olahraga
gratis.. Hehe.. tapi tambah ireng). Untuk siswa-siswanya, menurut Gallant,
kritis-kritis sekali, jadi kalau memang belum menguasai materi, jangan
berani-berani ngajar di TN. Hahahhaha... Satu lagi, Tika. Ini kata-katanya Tika
saat kutanya tentang PPlnya di Palebon, “Adoh Cup. Terus murid’e kakean ngomong
koyo’ arisan tante-tante. Aku wes mulai ngisi kelas Cup, tapi materi pesantren
kilat (tertawa), senangnya dipanggil ibu guru dan kata-katanya dipercaya.
Lanange di tiap kelas paling Cuma 2-4 anak. Konco PPLku penak’an kabeh, selalu
siap membantu, mpe jadwal mbonceng wae ditetapkan, tapi aku G ikut jadwal
mbonceng. Guru pamongku wes ngakon gawe-gawe perangkat pembelajaran. Tapi aku
wes G kuat PPL cup, wes kesel, bosen aku T_T”
White Prince: Lalu... Bagaimana dengan
PPLmu sendiri, Suf?
Yusuf: Alhamdulillah, memang benar
sebuah pepatah yang mengatakan “Allah tidak memberi apa yang kita inginkan (SMA
Negeri 1 Semarang), tetapi memberikan apa yang kita butuhkan (SMP Negeri 34
Semarang”. Sejujurnya, aku dan Risma tak pernah sekalipun ikut kumpul PPL, jadi
kami baru bertemu dengan tim kami saat upacara penerjunan di depan Rektorat.
Gimana ya, posisinya kan aku di Demak pas teman-teman PPL ngajak ngumpul, dan
Risma selalu pas lagi sibuk ada kegiatan HIMA. Selain itu aku memang agak
sengaja, karena aku takutnya pas kumpul dan bahas koordinatornya siapa, aku
takutnya ntar malah kepilih jadi koordinator, soalnya semester 7 ini aku ingin
take a break dari segala kerempongan mengurus banyak hal (arisan, blog,
komting, bendahara, dll). Nah, begitu bertemu dengan teman-teman PPLku yang
jumlahnya sedikit (total tim PPL SMP Negeri 34 Semarang adalah 12 orang), aku
merasakan sesuatu yang berbeda yang jarang kurasakan, yaitu perasaan asyik
karena nyaman. Mungkin karena ada salah satu tim PPLku, namanya Zety, dia dari
Seni Tari dan sama-sama rumahnya di Demak, dan yang membuatku makin excited,
sahabat-sahabat baikku dari Demak ternyata adalah teman-teman baik Zety saat
SD. Karena menunggu koordinator dan sekretaris kami mengurus kejelasan tentang
2 orang teman PPL kami dari seni musik (Tigor dan Erwin) yang G jelas mau PPL
di SMP Negeri 34 atau G (soalnya tiba-tiba guru pamongnya yang satu meninggal,
yang satu pindah, jadi kalau Erwin dan Tigor PPL di 34, mereka G akan punya
guru pamong yang bisa menilai mereka), akhirnya tim PPL kami menghabiskan waktu
untuk mengobrol di samping Rektorat (lama sekali, hingga semua tim PPL dari
sekolah-sekolah lain pada sudah selesai), dan ada satu hal yang aku dan Risma
sadari dengan cepat, “Kenapa dulu kami G ikut ngumpul ya, teman-teman PPL kami
di 34 ternyata asyik-asyik”.
Hari berikutnya, tim PPL kami langsung berkumpul
di 34 dan diterjunkan oleh dosen koordinator kami (penyambutan, berkenalan
dengan pengurus sekolah, berkeliling, lalu menata ruang UKS yang dijadikan
markas kami). Di penghujung hari, kami mengadakan rapat kecil, yang isinya
membahas berbagai hal di 34. Kami itu tim pertama dari UNNES yang diminta untuk
PPL di 34 (sebelumnya 34 selalu dijadikan tempat PPL oleh IKIP, tetapi karena
tahun sebelumnya tim PPL IKIP melakukan kesalahan, akhirnya IKIP di cut dan
diganti dengan UNNES) jadi kami sebisa mungkin harus membuat citra positif di
mata semua warga sekolah karena kami membawa nama UNNES. Bahasan selanjutnya
adalah jadwal piket. Karena jumlah kami terbatas, yaitu 12 orang (5 laki-laki,
7 perempuan), akhirnya masing-masing anak dapat jatah piket 2 kali dalam
seminggu, dan tugas utamanya selain membersihkan markas dan mengisi jam kosong,
yaitu siap siaga di depan gerbang. Jadi, 34 itu punya tradisi bersalaman dan
mencium tangan gurunya ketika masuk sekolah. Saat puasa, jam pembelajaran
dimulai jam setengah 8, tapi kami mahasiswa PPL wajib datang jam 7 pagi (Kepala
sekolahnya saja sampai 34 jam 6 pagi, guru-gurunya juga datang sebelum jam 7)
untuk bertugas di depan gerbang. Ya, bisa dibayangin lah tangan kami diciumi
lebih dari 500 anak tiap kali jaga di gerbang, dan harus berdiri lebih dari
setengah jam sambil menyebrangkan murid-murid (mayoritas murid-murid
menggunakan sepeda untuk berangkat ke sekolah), tapi hal tersebut menyenangkan
sekali kok, aku menikmatinya. Yang menyenangkan, semua guru, staf TU, Kepala
Sekolah, pokonya semua pegawai di SMP 34 itu benar-benar welcome dengan kami,
selalu terbuka, tidak ragu kalau meminta tolong, dan benar-benar sudah
menganggap kami sebagai bagian dari sekolah. Jadi bukan hanya koordinatornya
saja yang terkenal di mata guru, tapi semuanya. Menyenangkan sekali ketika tim PPL
kami ikut berpartisipasi membagikan zakat di Desa bersama adik-adik OSIS dari
34, lalu ketika ada acara buber sekolah juga. Yang lucu, kami juga diminta
mengisi pesantren kilat di sekolah. Ada cerita lucu, tapi menarik. Waktu itu
temanku dari Olahraga diminta untuk mengisi akhlak mulia, tapi tiba-tiba ada
pak guru yang menyuruhnya untuk mengisi kelas lain. Selanjutnya, teman Pkn yang
sebelumnya menemani temanku dari OR itu tiba-tiba balik lagi ke markas dan
bilang ke aku sambil tertawa, “Cup, kasihan Adit, dia diminta ngisi pesantren
kilat di kelas lain, padahal dia kan ngisinya khlak mulia di kelas VII yang
lain. Ayo kamu saja yang gantikan dia, kasihan dia, dia G punya materinya”,
“Ha...? Memang materinya apa?”, “Sholat Jenazah”.. Lalu selama 3 menit aku dan
teman Pkn ku itu cuma tertawa ngakak tak percaya, “sholat jenazah?” ujarku
sambil masih tertawa, lalu aku segera browsing di Internet pakai laptop,
kemudian mendadak mengajarkannya pada anak-anak di pesantren kilat. Padahal tu
kalau disuruh ngisi pesantren kilat pasti sudah disiapkan materinya ma
guru-guru, tapi kali itu untuk sholat jenazah tidak ada materinya, dan lucunya,
pak guru yang harusnya mengisi malah duduk manis di belakang, memerhatikanku
mengajarkan sholat jenazah. Selanjutnya, guru pamongku, namanya Pak Wisnu.
Awalnya aku dan Risma sudah berancang-ancang kalau lebaran nanti bakalan
berkunjung ke rumah guru pamong kami, tapi eh ternyata guru pamong kami
beragama non, bahkan aku dan Risma mpe salah dikira sebagai non juga (tertawa).
Pak Wisnu sudah tua, tapi ngajarnya asyik. Meski klasikal, tapi bukan klasikal
ceramah satu arah, melainkan ceramah yang meminta timbal balik dari siswanya.
Pertama kali observasi sebenarnya aku menyadari satu hal, waaah nampaknya aku
bakalan bosen kalau tiap tahun harus mengajarkan KD yang sama ke murid-murid,
apalagi kalau harus mengajarkan hal yang sama ke kelas lain, terkesan hanya
mengulang-ulang, aku jadi bertanya lagi, “Apa aku nanti akan betah ya, dengan
pekerjaan yang seperti ini?” tapi pemikiran seperti itu langsung ku skip saja.
Aku balik fokus dengan PPLku. Alhamdulillah Pak Wisnu luar biasa baik, beliau
memberitahu kami mengenai ilmunya selama ini dan menceritakan pengalamannya
selama mengajar, jadi konsultasi KD yang mau diajarkan pun jadi terasa menyenangkan,
tidak menggurui, malah lebih ke arah sharing. Ada kisah lucu tentang guru
pamong. Ada rekanku dari seni tari yang guru pamongnya tu ‘unik’. Beliau tu
rambutnya panjang, G dikucir atau dikerudungi, jadi dibiarkan terurai. Nah, aku
kan suka godain teman-teman dari seni tari tentang guru pamongnya, yang kami
semua sepakat panggil dengan ‘ibu kemana-mana’, soalnya ibu kemana-mana tu
satu-satunya guru di 34 yang sukanya nyuruh-nyuruh mahasiswa PPLnya buat
ngerjain banyak hal sekaligus (aku dan 9 rekanku lainnya untungnya G disuruh
aneh-aneh, jadi setiap hari G serempong mereka), hingga kadang bikin kami
tertawa-tawa sendiri kalau lihat rekan kami dari seni tari panik dan rempong
kesana-kemari. Lucunya, ibu kemana-mana ini tu dibaik-baiki oleh rekan seni tari
kami, dipuji-puji terus biar ibu kemana-mana senang. Tapi ibu kemana-mananya
emang terlalu ‘lucu’, waktu hari Jum’at (seragam: busana muslim) ibu
kemana-mana pakai jilbab, lalu rekan kami dari seni tari nanya, “Ibu cantik
kalau pakai jilbab, ibu kok G pakai jilbab saja terus?”, “Aduh mbak, nanti
kalau saya pakai jilbab, G ada yang naksir saya lagi” Krik_Krik, lalu lucunya
Risma tu kan pintar memodifikasi rambut, nah Ibu kemana-mananya itu ikut-ikutan
gayanya Risma, persis banget gaya rambutnya, hingga bikin Risma sendiri kaget
(Ibu kemana-mana emang sejak awal lihat Risma udah ‘tertarik’ ma gaya Risma)
Lalu kisah lucu lagi dari rekan seni tari, waktu itu ibu kemana-mana bilang,
“Kalian aslinya mana?”, “Demak”, “Pemalang”, “Waaah, Demak ya? Demak itu kan
ciri khasnya belimbing, besok ibu dibawain ya... Kalau mbaknya yang satunya
yang Pemalang, oleh-olehnya nanti habis lebaran saja, ya” Krik_Krik.... Dan
berbagai kekonyolan lainnya terus terjadi. Ada lagi beberapa yang lucu, tiap
kali mahasiswa PPL sholat dhuhur tu ibu kemana-mana pasti ikut juga, bahkan
saat mahasiswa PPL duduk di tikar yang emang buat mahasiswa PPL tu ibu
kemana-mana ikut duduk bareng dan ikut nimbrung. Yang lucu, saat kami buber
sendiri di markas habis ndengerin ceramah acara buber SMP 34, ibu kemana-mana
juga ikutan. Hahahhahaha... Nah, aku dan yang lain jadi ‘curiga’ tu setelah ibu
kemana-mana tu nanya Zety dan Septi (mahasiswa PPL seni tari) apa mahasiswa PPL
34 mau ngadain buber (Zety dan Septi njawab enggak ngadain buber) sendiri. Kami
curiga jangan-jangan ibu kemana-mana naksir salahsatu mahasiswa PPL, yang kami
paling yakin mungkin naksirnya ke koordinator kami, Bagas (tertawa). Berikutnya
tim PPL SMP 34. Meski akhirnya Tigor dan Erwin dari seni musik G jadi masuk 34,
keduanya tetap aktif di FB grup, bahkan ikut buber yang kami adakan di warung
es rumpi (belakang DP Mall) dan dilanjut touring ke Lawang Sewu. Sejujurnya,
aku luar biasa takjub ketika mendapati teman-teman PPLku. Mereka adalah
orang-orang yang luar biasa. Sejak hari pertama langsung dapat chemistrynya. G
ada yang jaim, G ada yang ngomong di belakang. Semuanya to the point, dan
memang menyenangkan sekali suasananya. Hari pertama PPL itu kami bingungnya
saat beradaptasi dengan jadwal masuk dan pulang kami, karena kami harus
setengah jam lebih awal saat masuk sekolah, dan pulangnya harus nunggu sampai
jam 2 (meski pulang sekolahnya jam 11.45) Karena itu merupakan kebijakan
sekolah, mau G mau harus kami turuti meski di hari pertama itu super bosan
karena G tahu mau ngapain sampai jam 2 siang.
Alhamdulillah mulai hari kedua
kami sudah dapat ritmenya, tahu apa yang harus kami lakukan selama kurang lebih
2 jam setelah murid-murid pulang, yaitu beribadah bersama lalu sharing dan
membahas berbagai macam hal. Dari sini aku dapat sebuah kejutan, ternyata
ketika membahas berbagai hal dengan semuanya itu nyambung, terarah, G ada yang
melama-lama, guyonannya ya secukupnya, jujur ini adalah sharing yang sangat
efektif. Sebagai contoh saat mbahas cocard. Dengan cepat menentukan konsep
cocardnya, dengan cepat menentukan fotonya bagaimana, dan siapa yang akan
memesankan. Efektif sekali. Lalu hal yang kurang penting, tapi biasanya lama
sekali dibahas di dalam diskusi, yaitu warna batik. Dengan efektif dan edisien
warna batik disepakati oleh semuanya, tidak dibahas panjang lebar. Kalau ada
yang mengganjal di hati teman-teman PPL akan langsung diungkapkan, jadi
alhamdulillah terjadi keterbukaan yang nyaman di antara semuanya. Saat pertama
kali berangkat ke 34 hingga sekarang, teman-teman dari UNNES yang nglajo selalu
kompak berangkat bersama, sedangkan aku dan Zety berangkat dari Demak dan 2
lainnya yang rumahnya dekat juga berangkat dari rumah mereka. Alhamdulillah aku
benar-benar bersyukur sekali dengan teman-teman PPL yang menjadi rekanku
sekarang ini. Mereka itu bukan tipe yang mengaku-aku sebagai teman, bukan tipe
yang kalau ngomong manis sekali, tetapi mereka menunjukkan bahwa kita semua
saling bersahabat, bersaudara, berkeluarga, yaitu dengan perbuatan. Luar biasa
sekali ketika ada temannya yang sakit hingga tepar, kami segera menolongnya
membawakan matras, ketika ada jam kosong G ada yang saling tunjuk, semuanya
saling berlapang dada dan sadar diri, ketika ada temannya yang telat segera
dihubungi, ada temannya yang G berangkat ya diijinkan, bekerjasama bersama-sama
mencari data untuk observasi tanpa protes, saling membantu ketika temannya
diberi tugas yang susah oleh guru pamongnya, mpe ketika ada yang ketilang saat
di jalan pun dibantuin bareng-bareng dan sekolah mengerti. Banyak lah, dan
teman-teman PPLku itu benar-benar menyadarinya, hingga mereka sering update di
grup betapa mereka bangga dan bersyukur bisa menjadi satu dalam tim PPL SMP 34.
Karena apa, ya? Tiap hari tu selalu saja ada ‘cerita’. Jadi ya pas ada upacara
bendera 17an G ada yang namanya diwakil-wakilkan oleh yang rumahnya dekat.
Semuanya pada datang, yang dari Pemalang, Tegal, Banjarnegara, Pati dll
semuanya tetep ikut upacara bendera. Kami tidak menjadikan PPL ini sebagai
beban soalnya, jadi semuanya terasa menyenangkan, apalagi ketika acara Halal
Bihalal SMP Negeri 34 yang diadakan di Jowo Ndeles, begitu fun!!! Terakhir,
tentang siswa-siswa SMP 34. Kalau kata risma, pertama kali melihat adik-adik
yang nanti akan kami ajar itu dia excited sekali, dan bilang mereka unyu-unyu.
Selama observasi, aku dan Risma belajar tentang psikologi siswa di tiap kelas
yang berbeda-beda, dan merancang berbagai hal agar ketika sudah mulai mengajar
nanti akan efektif dan sukses. Risma yang lihat program-program dan trik-trik
yang kubuat itu sampai terkejut, “rempong sekali”, tapi alhamdulillah ketika
kami berkenalan dengan para siswa di tiap kelas yang kami ajar itu benar-benar
sukses besar. Semuanya excited, luar biasa, sampai kelas-kelas lain pada ikut
lihat lewat jendela dan pintu. Alhamdulillah trik-trikku berhasilmenggaet para
siswa. Sebenarnya sejak 2 haru pertama itu aku dan teman-teman tim PPL 34 sudah
sangat populer di sekolah. Kalau jalan pas istirahat pasti akan ada yang
teriak-teriak, “Pak Yusuf!! Pak Yusuf!!” padahal itu baru hari kedua lho...
tapi Risma lebih populer, “Ibu Risma, Ibu Risma, ayo masuk ke kelas kami
bu!!!”, Rismanya cuma tertawa. Dan lucunya sudah pada nge add FB
anggota-anggota tim PPL 34.
Bahkan ada sekumpulan adik perempuan yang langsung
meminta nomor HP dari rekan PPL kami (anak OR), katanya mereka ngefans dengan
rekan-rekan PPL kami itu (tertawa), padahal itu baru minggu pertama. Nah,
setelah minggu kedua perkembangannya lebih bagus, karena kami sebagai tim PPL
34 benar-benar sudah merasa nyaman dengan SMP 34 ini, sehingga G ragu atau malu
kalau jalan sendirian di sepanjang kelas, atau ketika ke perpus, koperasi, ke
kantor, dan biasa menyalami para guru yang berpapasan dengan kami, dan para
siswa juga sudah mulai akrab dengan nama kami semua, hingga selalu menyalami
dan mencium tangan kami ketika berpapasan. Aku tu begitu senang ketika pas hari
raya sampai dapat sms ucapan selamat hari raya dari murid-muridku. G percaya
banget rasanya, senang sekali. Tapi meskipun begitu, semua anak didikku yang
nge add Fbku sampai saat ini tetap G kukonfirm, hahahhaha.... Menyenangkan,
makanya ketika Nanang bilang kisahnya akan lebih baik, jelas aku tersulut, aku
G akan mau kalah ma Nanang. Sejujurnya, kondisi SMP Negeri 34 yang merupakan
sekolah pinggiran benar-benar tepat untukku karena nampaknya kompetensiku akan
meningkat pesat setelah PPL ini selesai. Aku dan tim PPLku merancang beberapa
hal yang Insyaallah akan kami realisasikan setelah lebaran selesai. Insyaallah
ketika program-program ‘rempong’ yang kubuat digabungkan dengan ide-ide kreatif
teman-teman PPL, sepertinya hasilnya akan luar biasa. Aku bersyukur karena
‘akhirnya’ aku menemukan wadah yang tepat untuk menampung dan merealisasikan
ide-ideku yang out of the box. Teman-teman PPLku itu aku terkejutnya G seperti
yang biasanya aku lihat, mereka itu benar-benar tipe yang menghargai pendapat,
ide, inovasi dan kreatifitas (soalnya kalau ada apa-apa pasti kami sistemnya
musyawarah), bukan tipe yang langsung me ‘judge’ ini G bisa, ini terlalu
konyol, ini terlalu khayal. Pendapat-pendapat pesimis itu tidak berlaku bagi
kami, tim PPL 34 karena alhamdulillah kami itu tipe yang mau mencoba dulu, dan
andaikata terlalu tidak mungkin, pasti akan ada yang menanyakan, “Kamu Yakin?”,
dan setelah yang berpendapat itu bilang yakin, pasti akan langsung dicoba dulu,
entah itu nanti hasilnya gagal atau sukses besar. Ya begitulah bagusnya, yang
membuatku sangat menghargai rekan-rekanku karena apa, karena masing-masing dari
kami tahu benar bahwa kami semua pasti ingin yang terbaik bagi PPL kami, bagi
SMP Negeri 34 Semarang, jadi kalau mindsetnya sudah bagus, yaitu setiap orang
berusaha keras dan total dalam PPL ini untuk memajukan SMP Negeri 34, untuk
menyukseskan PPL ini, maka Insyaallah Allah akan memberikan kemudahan bagi kami
untuk merealisasikan program-program inovatif kami selama sisa waktu PPL kami
ke depan. Oia, aku dan Risma mengajar kelas 7 dan 8, sistemnya kami acak, aku
mengajar kelas 8 di minggu pertama sedangkan Risma di kelas 7, lalu di minggu
kedua aku di kelas 7, Risma di kelas 8, begitu seterusnya. Alhamdulillah juga
aku menikmati touring yang kami adakan di Lawang Sewu, yang waktu itu
bertepatan dengan Ramadhan Festival (masuk gratissss), dan bersama-sama dengan
Tigor kami berfoto-foto di dalam Lawang Sewu. Alhamdulillah menyenangkan, G
sampai kejadian yang menyeramkan. Hal ini bikin aku berminat ngajak teman-teman
untuk touring ke tempat wisata soalnya mereka semua asyik-asyik. Bahkan pernah
aku saking bersemangatnya beraktifitas (jujur rasa capeknya G kerasa), aku
sadar-sadar ternyata mimisan (tertawa).
Dalam sebuah kesempatan, aku sampai
bilang kepada teman-teman PPLku, “Dulu itu aku awalnya G begitu berminat ma
yang namanya PPL, bahkan sejak masuk kuliah. Tapi jujur, aku benar-benar tak
menyangka bahwa ternyata aku akan menikmati PPL.. PPL ini benar-benar
menyenangkan, aku benar-benar bersyukur bisa PPL di SMP Negeri 34 Semarang,
bisa punya guru pamong yang super baik hati, berhubungan baik dengan semua
warga sekolah, dan yang terpenting, bisa satu tim dengan kalian... Bahkan kalau
bisa, aku lebih suka kalau PPL ini diadakan bukan cuma 3 bulan saja, tapi satu
semester saja sekalian... Sepanjang itu bersama kalian, aku akan ikut.
Hahahhahaha...”
White Prince: Abang.. Pertanyaan
terakhir.. Bagaimana kamu memandang kehidupan?
Yusuf: Kehidupan, ya? Kompleks sekali
pandanganku terhadap kehidupan. Begini, Le, akan Abang terangkan dulu hakikat
kehidupan menurut Abang. Dulu waktu manusia masih di alam ruh, dan wujud
manusia masih dalam ruh, Allah bertanya kepada hambanya, “Apakah kalian beriman
kepadaku?”, dan para ruh menjawab, “Iya, Ya Allah”. Semua ruh menjawab seperti
itu . Lalu untuk membuktikannya, Allah mengirimkan ruh-ruh tersebut ke dunia
dan mereka menjadi manusia sebagai pembuktian apakah mereka benar-benar beriman
kepada Allah. Nah, di dunia ini dari kecil sampai besar, manusia tak luput dari
godaan setan, keimanan mereka benar-benar diuji, tapi ketika di dunia mereka
mendapatkan masalah yang beraneka ragam. Akan kucontohkan 2 hal yang umum,
yaitu masalah cinta dan broken home. Nah, bagi para manusia yang sudah dimabuk
oleh cinta dan begitu memuja-muja hawa nafsu, pasti akan benar-benar lupa
terhadap hal yang lainnya, parahnya ketika ada yang putus cinta, diselingkuhi,
dsb lalu melakukan pelarian dengan bunuh diri, sambil berkata, “Tidak ada
gunanya lagi aku hidup di dunia ini”, “aku benar-benar cinta mati kepadamu,
“Satu alasan aku dilahirkan di dunia ini, yaitu untuk mencintaimu”, nah hal-hal
yang kucontohkan itu mau disadari atau G, sudah menggeser hakikat hidup
manusia, manusia itu jadi jauh lebih mencintai makhluk ciptaan Tuhan daripada
orang lain di sekitarnya, keluarganya, bahkan mungkin sudah lupa dengan Tuhan,
ya karena sudah buta terhadap cinta. Nah kalau orang bunuh diri, ya apa bakal
bertemu dengan pujaan hati setelah meninggal? Sebenarnya kalau nanti sudah di
akhirat pun akan sendiri-sendiri, ya apa bakal jalan bareng bersama
keluarganya, sama nenek moyangnya? Belum tentu. Jadi pasangan yang hidup di
dunia ini pun belum tentu akan disatukan lagi ketika di akhirat nanti. Selanjutnya
adalah broken home. Ada 2 tipe broken home, pertama adalah tipe yang malah
ikut-ikutan terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak benar karena sudah saking
frustasinya dengan keluarganya, dan satu lagi yaitu tipe yang malah tabah luar
biasa, bahkan berprestasi. Karena apa? Karena tipe ini bangkit dari
keterpurukan dan termotivasi untuk membahagiakan keluarganya. Nah, bagi yang
tipe pertama itu akan sangat merugi sekali. Allah itu memberikan cobaan seperti
itu kepadanya, dan kalau orang itu bisa melaluinya, bahkan bisa berubah menjadi
tipe yang kedua, maka akan mendapat banyak pahalalah orang itu. Jadi, bagi para
galauers dan orang-orang yang broken home, ayo mulai sekarang ubah mindset
kalian, hidup di dunia itu Cuma sementara lho..
Hahahhaa.. Aku malah koyo’ pak
Kyai ngine.. Sejujurnya, mindsetku terhadap kehidupan benar-benar berubah
setelah aku diselamatkan oleh Allah dan diberi kesempatan berkali-kali untuk melanjutkan
hidup dan Alhamdulillah sejak itu mindsetku menjadi lebih baik dalam memandang
kehidupan, yaitu aku ingin bermanfaat bagi orang lain. Hahahahaha.. Apalagi
setelah bertemu teman-teman dari Kalimasada aku jadi benar-benar sadar akan
arti ibadah. Kenapa? Karena tipe orang yang ‘tekun’ dalam menjalani hidup
sepertiku itu biasanya keropos di bagian keimanannya terhadap Tuhan. Jadi meski
sudah mendapatkan apa yang diinginkan ya tetap terasa ada yang kurang dan
ibadah merupakan jawabannya, merupakan pelengkap kehidupan yang sungguh luar
biasa menyeimbangkan. Dengan pelan-pelan aku jadi memperbaiki diri. Insyaallah
tidak ada kata terlambat. Kalau orang tua tekun beribadah itu sudah biasa, tapi
kalau anak muda yang tekun beribadah itu baru luar biasa. Hahahaa..
Insyaallah.. Insyaallah... Aku ingin bermanfaat bagi orang lain.. Insyaallah
aku ingin hidup... untuk beribadah. Amin...
Alhamdulillah
selesai juga artikel Rempongs on the Week. Sudah tutup buku juga akhirnya.
Hehe... White Prince dan The Dark Knight benar-benar tak percaya akhirnya kami
benar-benar bisa menyelesaikannya. Horeee!!!!
Tak
lupa kami ucapkan terima kasih atas semua dukungan, kritik, saran dan
komentar-komentar baik yang dituliskan dalam blog maupun disampaikan secara
lisan terhadap White Prince dan The Dark Knight sehingga kami bisa menyelesaikan
semua anggota Keluarga Rempong (KEMPONG) dalam waktu 10 bulan.. Waaaaa
menyenangkan sekali selama 10 bulan ditemani artikel-artikel yang luar biasa
kocak dan menghibur.. White Prince secara pribadi mengucapkan terima kasih
kepada The Dark Knight yang telah meluangkan waktunya untuk mewawancarai satu
per satu anggota KEMPONG serta menuangkannya dalam bentuk tulisan yang
benar-benar “mengupas” sisi lain dari tiap narasumbernya. Akhir kata
Wassalamu’alaikum wr.wb... Semangat teman-teman!!! Ayo kita wujudkan cita-cita
kita bersama! Sukses!