College of the Death
Cerita
ini hanya fiksi. Kesamaan nama orang dan tempat hanya kebetulan belaka.
Kisah
dalam Cerber ini kupersembahkan untuk Teman-teman KEMPONG
Chapter 8
Poseidon, God of the Sea
“Hosh...
Hosh...” Yusuf membaringkan Rio di tepi kolam. Ia baru saja menyelam dan
menyusup ke dalam Poseidon lewat bawah. Ya, Yusuf baru saja melakukan ide
gilanya dan untung saja di bawah kapal terdapat lubang yang menghubungkan
dengan laut, yaitu kolam yang kini berada di samping mereka. “Hosh.. Hosh...”
Yusuf masih terbaring lemas, matanya melihat sekeliling, tak ada siapa-siapa,
sepertinya awak kapal Poseidon masih sibuk mengejar teman-temannya. “Rio...”
Yusuf memandangi Rio yang masih tak sadarkan diri. Yusuf segera mengecek denyut
nadi temannya itu. “Syukurlah kau masih hidup” ujar Yusuf yang masih bisa
merasakan denyut nadi Rio. “Sepertinya kau sudah berjuang dengan keras.
Istirahatlah dulu, kali ini giliranku” ujar Yusuf sambil mengangkat tubuh Rio kemudian
menggendongnya.
Dap... Dap... Dap... Aji smile dan yang lain
terus berlari menyusuri lambung Kapal Poseidon. Anak-anak itu terus membuka
pintu ruangan yang mereka lewati hingga.... “Teman-teman, aku menemukannya!!”
ujar Tanti keras. Teman-temannya yang lain segera mengikuti Tanti memasuki
ruangan itu, tampak banyak senjata di dalamnya. “Kita berhasil menemukan ruang
senjata” ujar Toni tak percaya. “Baiklah, ayo kita ambil yang kita butuhkan,
jangan lupa ambil isi peluru sebanyak mungkin” ujar Nanang mulai mencari-cari
senjata yang sesuai dengannya. Aji smile yang mengambil sebuah Bazooka segera
berkata keras pada teman-temannya. “Baiklah, kita bagi jadi empat tim. Tim
pertama yaitu aku, Nanang, Angga, dan Inggar akan berada di dek atas, kami akan
menghabisi awak kapal di atas sana. Tim kedua yaitu Ifah, Rina, Gallant, Hana
dan Vian bertugas mensterilkan Kapal Poseidon ini dari para anggota Syndicate,
kalau bisa jebak mereka semua ke dalam satu tempat. Tim ketiga yaitu Toni,
Tanti, Yessi, dan Iqma juga mensterilkan Poseidon, tapi fokus utama kalian
adalah mencari dimana para anggota Syndicate menyimpan bahan pembuat asap
penyebab wabah zombie. Tim keempat yaitu Heru, Silvi, dan Fina, kalian bertugas
mengendalikan Poseidon, jadi kalian harus berada di kokpit untuk bisa menutup
pintu luar, dan pintu-pintu lainnya. pokoknya kendalikan kapal ini” ujar Aji
smile panjang lebar. Akhirnya anak-anak itu telah bersiap dengan senjatanya.
Kini, mereka pun siap untuk memberikan serangan balik. “Teman-teman, kalau semuanya
sudah selesai, kita bertemu lagi di dek atas kapal. Jangan sampai mati” ujar
Aji smile pada yang lainnya. Keenambelas anak itu pun berteriak keras “Keluarga
Rempong HAH!!! Wisata-Wisata Jos!! Ucup-Ucup Yes!!” dan mereka pun berpencar.
“Kenapa kau bisa seberat ini?” ujar Yusuf
yang mulai sempoyongan menggendong Rio. Yusuf terus berjalan pelan menyusuri
Poseidon, entah langkah kakinya akan membawanya kemana tapi Yusuf terus
berjalan menaiki tangga ke atas. “Aaaah...” Jdag! Yusuf yang tak kuat pun akhirnya
menabrak pintu di sebelahnya dan terjatuh ke dalam ruangan itu. Kepala Yusuf
terasa pusing, ia mencoba melihat isi ruangan dengan pandangan matanya yang
kabur. “Dapur?”
Ifah, Rina, Gallant, Hana dan Vian berlari
cepat sambil bersiap dengan senjata yang mereka bawa. “Teman-teman, ini akan
berat” ujar Gallant pada teman-temannya yang lain. “Aku tahu” ujar Hana pelan.
“Baiklah, kurasa kalian sudah siap apapun yang akan terjadi nanti” ujar gallant
sambil tersenyum. Ia senang melihat wajah teman-temannya yang menunjukkan
keberanian. “Baiklah, ayo kita serang mereka” Gallant menunjuk rombongan
Syndicate yang tak jauh dari posisi mereka. “Serang!!!” Dddrrrrrrddd...
Dddrrrd... Gallant dan yang lain segera menembaki para anggota Syndicate secara
brutal. “Berhasil, mereka lari!” ujar Vian keras. Para anggota Syndicate
memilih untuk mundur tapi Gallant dan yang lainnya tak membiarkannya, mereka
mengejar para anggota Syndicate tersebut.
“Kita sampai” ujar Nanang sambil melihat
sekeliling. Kini ia dan yang lainnya berada di dek atas kapal Poseidon. “Mereka
semua jadi zombie” ujar Inggar tak percaya melihat para awak kapal Poseidon
yang berubah menjadi zombie di depan mata kepala mereka sendiri akibat asap
beracun yang sebelumnya menyebar di langit. “Jangan sampai membiarkan para
zombie ini memasuki kapal” ujar Angga keras. “Ayo serang mereka!!!” teriak Aji
smile keras. Keempat anak itu pun berlari maju sambil menembaki para zombie di
sekitar mereka. Dor... Dor... Dor... “Tembak langsung di kepalanya!!!” Jduam!!!
Aji smile baru saja menembakkan bazookanya ke arah para zombie yang berkerumun
hendak menyerangnya. “Aji, jangan sampai membuat kerusakan parah” teriak Nanang
mengingatkan. “Baiklah!” ujar Aji smile sambil meletakkan bazookanya kemudian
ia menggunakan senapan yang ia temukan di dekatnya. “Rasakan ini,
makhluk-makhluk jelek!!!” Dor... Dor... Dor... Dengan mudah Aji smile
melumpuhkan para zombie di sekitarnya. Ckiiit... “Berhasil!!” Inggar akhirnya
berhasil menutup semua pintu menuju ke dalam kapal. “Dengan ini kalian tidak
akan bisa masuk ke dalam kapal” ujar Inggar sambil memandangi para zombie.
“Tolong!!!” teriak Angga keras ketika ia tak berdaya dikejar oleh para zombie.
“Hyaaaat!!!” Inggar segera menendang keras zombie yang hendak menerkam Angga.
“Hosh.. Hosh..” Angga terduduk lemas tak percaya baru saja terselamatkan.
“Hyaaat!!!” Inggar terus menendang para zombie yang hendak menyerang, langsung
ke kepala mereka. “Angga, kau lebih baik bertarung jarak jauh” ujar Inggar
sambil memandangi Angga.
Jdaag... Heru, Silvi dan Fina mendobrak tiap
pintu yang mereka lewati sepanjang koridor kapal. “Ruang apa ini?” Silvi
memandangi banyak monitor di ruangan tersebut. “Ini ruang kontrol. Kita
menemukannya” ujar Fina senang. Heru segera memandangi salah satu monitor.
“Astaga” Heru melihat Yusuf dan Rio tengah berada di dapur dan tampak Ysuuf
sedang memakan makanan disana. “cctv ini di sebelah mananya kapal?” tanya Heru
pada teman-temannya yang lain. “Tiap monitor ini ada nomornya, dan cctv yang
menampilkan dapur adalah cctv dengan nomer-nomer akhir. Kalau dek atas ini
adalah cctv no.1, berarti dapur ada di bagian bawah kapal” ujar Silvi menduga.
“Baiklah, aku akan coba cari mereka kesana. Kalian tidak apa-apa kan,
kutinggal?” ujar Heru tiba-tiba. “Ya, baiklah. Aku mengerti kau mengkhawatirkan
Yusuf yang sendirian menolong Rio. Cepatlah pergi, kami akan mengunci pintu
ruangan ini” ujar Fina pada Heru. “Aku minta maaf... dan terima kasih” ujar
Heru yang akhirnya segera pergi meninggalkan Fina dan Silvi. Fina segera
mengunci ruangan kontrol lalu mendekati Silvi. Keduanya mempelajari
tombol-tombol di depan mereka. “Coba yang ini” Silvi mencoba menekan tombol di
depannya yang bernomor 22. Tiba-tiba pintu penghubung koridor yang tampak di
cctv no.22 tertutup. “Fina, sepertinya tak sesulit bayanganku” ujar Silvi
sambil tersenyum.
Dor.. Dor.. Dor.. Toni, Tanti, Yessi dan
Iqma menembaki tiap ruangan yang mereka
lewati. Beberapa anggota Syndicate yang bersembunyi tak bisa lolos dari mereka.
“Sejauh ini kita belum menemukan para anggota Syndicate sebanyak tadi.
Sebenarnya mereka ada dimana?” ujar Toni bingung. “Kurasa mereka berkumpul di
suatu tempat yang cukup luas, mungkin mereka berada di aula kapal ini” duga
Iqma. “Ya, itu mungkin saja karena sejak kita berpencar dengan yang lain kita
belum berhadapan langsung dengan para anggota Syndicate yang mengejar kita
sebelumnya. Satu lagi, kapal sebesar ini akan memakan banyak waktu bila kita
terus berputar-putar seperti ini. Sepertinya kita harus mengganti strategi
kita” ujar Yessi pelan. “Ya, kita harus memikirkan cara bagaimana mengumpulkan
seluruh anggota Syndicate di kapal ini dan menghabisi mereka sekaligus” ujar
Tanti sambil berpikir. “sayang kita tak punya alat komunikasi yang bisa
menghubungkan kita dengan teman-teman yang lain” ujar Iqma menggeleng-gelengkan
kepala. “Aku ada ide. Kita harus cari ruang kontrol, disana pasti ada
microphone yang bisa kita gunakan untuk menggiring para anggota Syndicate di
kapal ini untuk kita jebak dalam satu ruangan” ujar Toni yakin. “Dan kalau
benar dugaanku bahwa para anggota Syndicate itu kini sedang menyusun rencana di
aula kapal atau mungkin tempat lain di dalam kapal ini, kita manfaatkan saja
tempat itu sebagai lokasi penjebakan, kita kumpulkan para anggota Syndicate di
kapal ini ke dalam aula itu” ujar Iqma pada teman-temannya yang lain. “Berarti
kita harus menuju ruang kontrol? Apakah Heru dan yang lainnya sudah menemukan
ruang kontrol tersebut?” ujar Tanti sambil memandangi cctv di atasnya. “Kita
coba saja” Yessi segera mengambil kertas dan pen dari dalam tasnya kemudian
menuliskan sesuatu di kertas itu. Ia segera menujukkannya di depan kamera cctv,
tulisan itu bertuliskan, “Teman-teman, kalian berhasil memasuki ruang kontrol?”
Yessi menelan ludah, berharap teman-temannya itu sudah berhasil masuk ke dalam
ruang kontrol. Dreeep... Dreeep... Tiba-tiba pintu penghubung di koridor
tertutup secara pelan, kemudian membuka lagi. “Itu kode dari mereka” ujar Yessi
tak percaya. Ia segera menulis sesuatu lagi di kertas tersebut. “Teman-teman,
tunjukkan dimana posisi ruang kontrol” Yessi kembali menujukkan kertas tersebut
di hadapan kamera cctv. Lalu pintu-pintu koridor di dekat mereka bergerak
menutup dan membuka. “Arahnya sebelah sana” ujar Yessi senang. “Yessi, kurasa
cukup satu orang saja yang menuju ruang kontrol karena tim kita juga bertugas
untuk mencari ruang penyimpanan bahan-bahan pembuat asap itu” ujar Toni
mengingatkan. “Baiklah, aku akan menuju ruang kontrol dan memberitahukan
rencana kita pada teman-teman kita yang lain di ruang kontrol. Aku akan
memberikanmu komando untuk menuju ruang penyimpanan bahan-bahan pembuat asap
dan aula lewat pintu-pintu yang kubuka dan kututup yang kukendalikan dari ruang
kontrol” ujar Yessi cepat. “Apa kau yakin akan sendirian saja kesana?” tanya
Iqma menawarkan untuk menemani Yessi. “Tidak apa-apa, kalian bertiga teruskan
tugas kalian, aku akan baik-baik saja” ujar Yessi tersenyum. Ia pun pergi
meninggalkan teman-temannya dan menuju ruang kontrol.
“Astaga” Gallant dan yang lainnya segera
menghentikan langkahnya, mereka kini tiba di aula Poseidon. Para anggota
Syndicate yang sejak tadi berlari dari kejaran mereka kini telah bergabung
dengan para anggota Syndicate lainnya. “Jadi mereka semua ada disini?” ujar
Gallant tak percaya. Para anggota Syndicate itu maju perlahan, mereka bersiap
dengan senjatanya. “Gawat” Rina mencoba berbalik tapi ternyata di belakangnya
terdapat anggota Syndicate lainnya. “Kita terkepung” Hana dan yang lainnya
segera menjatuhkan senjata mereka kemudian berjalan pelan menuju aula. “Apa
kita semua akan dieksekusi oleh mereka?” ujar Vian menelan ludah melihat
banyaknya anggota Syndicate yang menodongkan senjata ke arah mereka. Para
anggota Syndicate itu mendekati Gallant dan yang lainnya kemudian memaksa
kelima anak itu duduk dengan lututnya. “Apa kita bisa mengalahkan mereka
semua?” ujar Ifah sambil memandangi sekeliling, tampak para anggota Syndicate
itu semakin mengerumuni mereka. “Semoga bantuan segera datang” ujar Gallant
berdoa. Jlek!!! Tiba-tiba lampu di ruangan itu mati. “What the Hell??”
terdengar teriakan keras para anggota Syndicate yang terkejut. Seketika aula
berubah menjadi gelap gulita.
“Berhasil Vi” ujar Fina menelan ludah sambil
mengamati cctv no.25 yang gelap gulita. “Hanya ini yang bisa kita lakukan untuk
menyelamatkan Gallant dan yang lain” ujar Silvi merasa was-was. “Apa Gallant
dan yang lainnya bisa melarikan diri dengan keadaan gelap gulita seperti itu,
ya?” ujar Fina ragu. Dog.. Dog... Dog... Tiba-tiba terdengar ketukan keras di
pintu. “Itu pasti Yessi” Fina segera menuju pintu dan membukakannya. “Fina”
ujar Yessi sambil masuk ke dalam ruang kontrol. Fina menutup kembali pintu
tersebut kemudian bergabung kembali dengan Silvi. Yessi memandangi cctv yang
ada di ruangan itu. “Dimana cctv aula kapal?” tanya Yessi tampak terburu-buru.
“No.25 ini. Ada apa, Yes?” tanya Silvi cepat. “Begini rencananya...” Yessi
akhirnya menceritakan rencananya pada Fina dan Silvi kemudian ia mengendalikan
pintu-pintu di dekat Toni sebagai kode penunjuk arah kemana Toni dan yang
lainnya harus pergi. “Ide yang bagus, tapi itu cukup beresiko” ujar Silvi ragu.
“Kita coba saja dulu” ujar Yessi yakin.
Toni, Tanti dan Iqma berlari cepat menuju
arah yang ditunjukkan Yessi melalui pintu-pintu yang membuka dan menutup. “Baiklah,
kalian sudah siap kan menghadapi para anggota Syndicate itu?” ujar Toni sambil
terus berlari. “Asal bersamamu, aku yakin!!” ujar Tanti mantap. “Aku siap!!”
ujar Iqma tak mau kalah.
Jdag... Yusuf terkejut ketika pintu dapur
tiba-tiba terbuka. “Heru?” ujarnya tak percaya. “Syukurlah kau baik-baik saja”
Heru segera mendekati Yusuf dan Rio. “Rio... Dia kenapa?” tanya Heru sambil
memeriksa denyut nadi Rio. “Dia masih hidup kok. Heru, bagaimana caranya kau
bisa menemukanku?” tanya Yusuf penasaran. “Sebelumnya aku berada di ruang
kontrol kapal ini” beritahu Heru pelan tapi pandangannya tiba-tiba beralih ke
makanan yang ada di tangan Yusuf. “Hah, kau lapar, ya?” ujar Yusuf sambil
memberikan Roti di dekatnya. Heru segera memakannya dengan lahap.
Dhuaaarrr!!! Ledakan keras terjadi di dek
atas Poseidon. Tampak Inggar yang kelelahan akhirnya berhasil menumbangkan
semua zombie di dekatnya. Aji smile terduduk lemas memandangi tumpukan para
zombie yang berhasil ia kalahkan. Nanang masih berdiri tegak, memandangi
sekitar memastikan bahwa tak ada lagi zombie di atas dek kapal tersebut.
“Teman-teman, kita berhasil!!!” ujar Angga yang masih duduk di dekat Inggar.
“Iya, sepertinya kita berhasil memusnahkan semua zombie di dek atas ini” ujar
Nanang tak percaya, masih memandangi sekitar. Jdbuaaammm...!!! Tiba-tiba
ledakan besar terjadi di dekat Inggar dan Angga hingga membuat keduanya
terpental cukup jauh. “Inggar!!! Angga!!!” teriak Aji smile dan Nanang
bersamaan. Inggar dan angga seketika pingsan, terbaring tak berdaya. Nanang
segera mencari si penembak, ternyata sebuah Tank yang bergerak ke arahnya.
“Nanang, awas!!!” teriak Aji smile keras dan Nanang berhasil melompat terlebih
dahulu ketika Tank itu menembak ke arahnya. Jdbuam!! Tembakan keras itu hampir
saja menewaskan Nanang. Nanang segera bangkit lagi dan menembaki Tank itu tapi
percuma, Tank itu tak mempan ditembak dengan peluru. “Pasti dari tadi ada
anggota Syndicate lain yang bersembunyi di dalam Tank itu ketika asap menyebar
dan pasti sejak tadi orang-orang di dalam tank itu juga mengawasi kita ketika
kita sedang membasmi para zombie disini. Kurang ajar!!!” Aji smile segera
berlari mendekati Bazookanya yang sebelumnya ia tinggalkan. Tiba-tiba pintu
atas Tank terbuka dan muncul salah satu anggota Syndicate yang bersiap dengan
senapannya dan Drrrrddd... Orang itu menembak ke arah Aji smile tapi Aji smile
terus berlari menghindar.
Toni, Tanti dan Iqma kini berada di dekat
ruang Aula. Mereka bersiap untuk menyerang dengan tiba-tiba tapi ketiganya
berhenti melangkah ketika mendapati ruang di dekat mereka itu gelap gulita dan
terdengar ramai di dalamnya. “Apa yang terjadi?” ujar Tanti bingung. “Entahlah,
tapi sesuatu yang buruk pasti sedang terjadi” ujar Iqma menebak. Di ruang
kontrol, Fina masih menunggu saat yang tepat untuk menghidupkan kembali lampu
di aula. “Kenapa Gallant dan yang lain masih belum nampak keluar dari ruang
Aula tersebut? Bagaimana ini?” ujar Silvi bingung. “Toni dan yang lain sudah
sampai disana. Apa harus kuhidupkan sekarang, lampunya?” ujar Fina masih ragu.
“Kurasa lebih baik dihidupkan saja” ujar Yessi sambil menepuk bahu Fina.
“Baiklah” akhirnya Fina menekan tombol lampu dan Daaar.. Lampu di Aula kembali
menyala. “Sudah menyala” ujar Toni pada Tanti dan Iqma. Ketiganya segera
bersiap dengan senjata mereka dan mereka pun memasuki Aula, lalu... Drrrddd...
Tiba-tiba terdengar suara tembakan dari dalam. Tampak Gallant, Ifah, Rina, Vina
dan Hana menembaki sekeliling mereka. “Teman-teman” teriak Iqma keras. “Astaga.
Jadi Gallant dan yang lainnya sejak tadi tak bisa keluar karena saat mati lampu
para anggota Syndicate memblokade tiap pintu masuk di Aula itu” ujar Silvi
sadar. “Kita harus membantu mereka” toni segera menembak ke dalam Aula.
“Teman-teman, lihat itu!!” Ifah menunjuk Toni dan yang lainnya. “Bagus, kita
mendapatkan bantuan” ujar Vian senang. Para anggota Syndicate itu akhirnya
balas menembak mereka tapi Gallant dan yang lainnya berhasil menghindar.
Jraaat... “Kyaaa!!!” tiba-tiba Ifah tertangkap oleh para anggota Syndicate.
Gallant dan yang lain terkejut dan menghentikan tembakan mereka. “I’ll kill
this girl!!!” teriak anggota Syndicate yang menawan Ifah.
Yusuf dan Heru yang menggendong Rio akhirnya kembali
menyusuri lorong. “Heru, kau mau mengajakku kemana?” ujar Yusuf penasaran.
“Kita kembali ke ruang kontrol” jawab Heru cepat. Kedua anak itu masih terus
berlari hingga sampailah mereka di ruang kontrol. Pintu dibuka oleh Fina, dan
anak-anak itu pun segera masuk. “Rio kenapa?” tanya Fina cepat. “Dia masih
hidup, dia hanya pingsan” jawab Yusuf sambil membaringkannya di lantai. “Gawat,
teman-teman kita sepertinya terkena masalah besar” ujar Yessi terus memandangi
cctv Aula dan Jreet...!! Tiba-tiba cctv Aula mati karena terkena peluru nyasar.
“Astaga” ujar Fina tak percaya. “Lalu bagaimana kita bisa memantau kondisi teman-teman?”
ujar Silvi panik. “Teman-teman, ruang apa ini?” Yusuf terpana memandangi
ruangan berwarna putih di cctv no.56. “Ruang asap” ujar Yessi pelan. “Apa?”
ujar Yusuf sambil menaikkan alisnya. “Yusuf, pergilah ke ruang asap itu.
Sebelumya aku dan timku diminta untuk menemukan ruang itu dan mencari tahu
tentang bahan-bahan pembuat virus zombie tersebut” ujar Yessi sambil memegang
bahu Yusuf. “Aku ikut” ujar heru tiba-tiba. “Baiklah, ayo!!” Yusuf segera
bergegas pergi diikuti Heru meninggalkan ruang kontrol. “Teman-teman, aku harus
pergi ke Aula. Aku akan mencoba membebaskan teman-teman kita dari sana. Ketika
kami sudah di luar, bersiaplah untuk menutup semua pintu di Aula dan sesuai
rencana kita, semua anggota Syndicate akan terjebak di Aula” ujar Yessi cepat.
“Tapi Yessi, kau lihat sendiri kan di seluruh monitor cctv disini, masih banyak
para anggota Syndicate yang berada di luar Aula. “Maka dari itu, kita butuh
ini” Yessi segera memegang Microphone. “Apa yang akan kau lakukan dengan itu?”
ujar Fina bingung. “We trapped the Intruders in Main Hall!!!! Come here... The
Syndicates!!!” teriak Yessi keras. Kemudian Yessi memandangi monitor cctv di
sekitarnya. Berhasil, para anggota Syndicate lainnya segera berlari menuju
Aula. “Baiklah, kalau begitu aku akan pergi ke Aula sekarang” ujar yessi sambil
menyiapkan senjatanya. “Hati-hati” ujar Fina sambil merangkul Yessi. “Aku akan
baik-baik saja” Yessi tersenyum kemudian pergi dari ruang kontrol itu.
Jdbuam!! Aji smile berhasil menembakkan
bazooka ke tubuh Tank itu tapi Tank itu masih terus bergerak. “Sialan!!!” ujar
Aji smile yang akhirnya kembali berlari menghindari tembakan bertubi-tubi dari
anggota Syndicate di atas Tank. “Hyaaat!!!” Tiba-tiba Nanang melompat ke atas
Tank dan Jduag!!! Ia berhasil memukul anggota Syndicate yang berada di atas
Tank itu. “Bagus, Nang!!” teriak aji smile keras. “Nanang saling adu pukul
dengan anggota Syndicate itu. Keduanya berkelahi di atas Tank yang masih
berjalan. Jdag!! Nanang berhasil menendang jatuh senjata anggota Syndicate itu.
“Aku tidak bisa menembak” ujar Aji smile yang tak mungkin menembakkan
bazookanya karena Nanang masih berada di atas Tank. “Hyaaat!!” Nanang dan
anggota Syndicate itu saling memukul dan Jdag... Keduanya terjatuh dari Tank...
“Nanang!!” teriak aji smile keras tapi pandangannya segera teralih ketika
tiba-tiba Tank di depannya itu semakin mendekat dan Jdbug!! Aji smile ditabrak
dengan keras oleh Tank itu. “Aaah...” Aji smile bergelayutan di depan tubuh
Tank itu, ia merayap pelan-pelan sambil menahan rasa sakit akibat tabrakan tadi.
Nanang dan anggota Syndicate itu bergelut dan saling menyerang. “Aaarrrggghh”
Nanang mencoba terus memukul anggota Syndicate itu tapi dia kuat sekali hingga
Jdaaag!!! Nanang menendang keras bagian vital anggota Syndicate tersebut.
“Rasakan ini!” Jduag!! Dengan keras Nanang kembali menginjak bagian vital
anggota Syndicate itu dan Dor Dor Dor!!! Nanang segera menembaki tubuh anggota
Syndicate itu. “Hosh... Hosh...” Nanang terduduk lemas, ia memandangi Aji smile
yang berusaha merayap menuju pintu masuk atas Tank tapi Jdbuam!!! Tank itu
menembakkan bomnya keras hingga membuat keseimbangan Aji smile terpengaruh, ia
hampir terjatuh dari Tank itu. “Aku tak akan kalah... Dengan Tank sekalipun!!”
teriak Aji smile keras. Ciiit... Tiba-tiba Tank itu berhenti mendadak dan Aji
smile terjatuh di sampingnya. Nanang mencoba menembaki Tank itu tapi sia-sia.
“Aji!! Pergi dari situ!!!” teriak Nanang keras. Aji smile memandangi Tank di
depannya yang mengarahkan lubang peluru kepadanya. “Hahaha...” Aji smile
tertawa sambil menodongkan Bazookanya ke arah lubang Tank itu. “Jangan Aji!!!
Jangan!!!” Nanang segera bangkit dan berlari menuju Aji smile. Dep!! Bazooka di
tangan Aji smile masuk secara pas dalam lubang tembakan Tank itu. “Aku takkan
menyesali ini” ujar Aji smile bersiap menembak. Tampak anggota Syndicate yang
berada di dalam Tank hendak kabur keluar, tapi... “Hyaaaa!!!!” Aji smile
berteriak keras dan menembakkan Bazookanya. Jdbuam!!! Ledakan keras terjadi dan
anggota Syndicate yang hendak melarikan diri dari dalam Tank itu terbakar.
“Tidaaak!!!” teriak Nanang keras melihat tubuh Aji smile terbakar hangus akibat
ledakan itu. “Aji!!!!!” Nanang berteriak keras.
Jdap!! Yusuf dan Heru memasuki ruang asap. “Astaga..
Warna putihnya kukira asap, ternyata metal” ujar Yusuf yang meraba tembok metal
ruangan tersebut. “Asap-asap itu tersimpan dalam pipa-pipa ini?” ujar Heru
memandangi pipa-pipa di sekelilingnya, pipa tersebut berwarna putih. “Apa
fungsi tembok metal ini?” ujar Yusuf penasaran. “Yusuf, lihat” Heru menunjuk dua
buah monitor di dekat mereka, tampak Ruang Aula dan dek atas kapal. “Ifah?”
ujar Yusuf yang tak percaya temannya itu dijadikan tawanan oleh para anggota
Syndicate. “Gawat, bagaimana ini?” ujar Heru bingung. “Yusuf segera memandangi
pipa asap itu yang mengarah ke dalam satu lubang. “Monitor cctv ruang aula dan
dek atas, lalu lubang pipa asap ini... Aaahh.. Aku tak bisa berpikir” ujar
Yusuf panik.
Toni dan yang lainnya segera meletakkan
senjata mereka. “Kita tertangkap lagi” ujar Rina tak percaya. “Teman-teman,
jangan pedulikan aku!!” ujar Ifah sambil menangis. Dep... Tiba-tiba lampu ruang
Aula kembali mati dan Dor... Dor... Selama beberapa saat terdengar suara
tembakan di ruang Aula dan Dep... Lampu kembali menyala. “Ifaaah!!!” teriak
Iqma mendapati Ifah terbaring dengan kepala berdarah. “Ifah!!!” Iqma tak
percaya Ifah tertembak selama lampu mati tadi. Dor.. Dor.. Dor.. Toni dan yang
lain kembali mengangkat senjata mereka dan menyerang para anggota Syndicate. “Iqma,
ayo lari!!” teriak Hana keras. Iqma seolah tak mendengar, ia masih menangisi
Ifah dan Dor!! Iqma tertembak oleh salah satu anggota Syndicate. “Iqma!!”
teriak Tanti keras. “Teman-teman, ayo pergi!! Cuma ini kesempatannya!” Gallant
memimpin teman-temannya menerobos para anggota Syndicate menuju pintu keluar
Aula. “Ayo lari!!” teriak Toni yang menarik lengan Tanti agar meninggalkan Iqma
dan Ifah yang sudah mati. Para anggota Syndicate mengejar mereka dan tembakan
terus terdengar di sepanjang koridor. “Kita terdesak!!” ujar Rina putus asa.
“Kita giring mereka ke dek atas!!” ujar Gallant keras.
“Ya tuhan...” ujar Fina memandangi
teman-temannya yang melarikan diri dari kejaran para anggota Syndicate.
“Sepertinya mereka menuju dek atas” duga Silvi. “Aaahhh...” tiba-tiba Rio
terbangun, ia memandangi sekitar. “Rio?” ujar Fina dan Silvi bersamaan,
mendekati Rio yang baru saja siuman. “Dimana ini? Apa yang terjadi?” tanya Rio
masih pusing. “Sudah, akan kuceritakan nanti. Kamu istirahat saja dulu” ujar
Silvi pelan. Rio memandangi monitor cctv di sekelilingnya, dan ia melihat
teman-temannya sedang berlarian dalam monitor tersebut. “Apa yang sedang
terjadi?” tanya Rio sekali lagi dengan wajah serius.
Jduag!! Pintu dek atas terbuka. Gallant dan
yang lainnya segera memasuki dek atas. Nanang yang baru saja mencoba
membangunkan Inggar dan Angga yang pingsan terkejut mendapati Gallant dan yang
lainnya berlari mendekatinya dan di belakang mereka tampak para anggota
Syndicate mengejar mereka. “Apa yang terjadi?” ujar Nanang bingung. Dor.. Dor..
Dor.. Vian dan Toni terus melindungi teman-temannya yang lain dengan terus
membalas menembak ke arah para anggota Syndicate. “mana Aji smile?” tanya
Gallant cepat. Nanang menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pelan. “Aaah,
sial!!” ujar Gallant sambil menendang sesuatu di dekatnya dan “Watauw!!!” Angga
terbangun tiba-tiba karena kakinya kesakitan baru saja ditendang oleh Gallant.
“Aahh...” Disamping Angga, Inggar juga mulai terbangun. “Apa yang terjadi?”
tanya Nanang balik. “Kami gagal mengeksekusi mereka sekaligus dan kini kita
terdesak” ujar Gallant sambil memandangi para anggota Syndicate yang ternyata
kini sudah mengepung mereka. “Gawat, tak kusangka kita yang akan terdesak
seperti ini” ujar Toni tak percaya. Jdbuam!!! Tiba-tiba ledakan keras terjadi.
Beberapa anggota Syndicate yang dekat dengan ledakan tersebut terpental jatuh.
“Yessi??” ujar Rina memandang Yessi yang berada di pintu masuk lainnya,
tangannya menggenggam banyak granat. “Ayo kesini!!!” teriak Yessi keras.
Gallant dan yang lainnya segera berlari menuju pintu masuk lainnya tersebut
tapi para anggota Syndicate takkan membiarkan mereka berlari semudah itu hingga
Syyyuuuuuhhh... Terdengar suara bising di sekeliling mereka. Perhatian segera
tertuju pada beberapa lubang kecil yang mengeluarkan asap putih. “Asap apa
itu?” ujar Hana sambil menelan ludah.
“Yusuf, apa yang baru saja kau lakukan?” ujar
Heru tak percaya. “Hanya ini yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan
teman-teman” ujar Yusuf sambil memandangi monitor cctv dek atas. “Kau gila ya?
Teman-teman masih di atas sana dan apa yang kau lakukan ini membuatmu tak ada
bedanya dengan para anggota Syndicate itu!! Kau menjadikan mereka zombie, itu
hal yang sama dengan yang mereka lakukan pada orang-orang di sekitar kita, pada
bangsa kita!!” tiba-tiba Heru menarik kerah Yusuf, memandangi Yusuf dengan
tatapan tajam. “Jangan-jangan kau yang menyuruh Fina untuk meledakkan bom asap
sebelumnya” ujar Heru tak percaya. Yusuf tak menjawab, ia tak menyangka reaksi
Heru akan seperti itu. Jdag! Heru menjatuhkan Yusuf di lantai kemudian membuang
muka. “Aku kecewa padamu!!” ujar Heru keras.
“Asap itu?” Rio, Fina dan Silvi memandangi
dek atas yang makin lama makin berasap putih. Di sisi lain, para anggota
Syndicate yang menghirup asap itu segera terbatuk-batuk dan jatuh. “Itu asap
penyebar virus!!” teriak Gallant sadar. “Lari!!!” Anak-anak itu berlari makin
cepat menuju Yessi dan Jdag!! Tepat waktu, Yessi segera menutup pintu begitu
teman-temannya masuk kembali ke dalam kapal. “Teman-teman, pintu masuk kita
tadi belum ditutup... Asapnya!!” ujar Vian mengingatkan. Anak-anak itu segera
menyusuri lorong dan menuju pintu masuk ke dek atas yang satunya. Tampak
beberapa anggota Syndicate yang keluar dari pintu itu tapi mereka tak berdaya
karena mereka sudah menghisap asap beracun itu. Dor.. Dor.. Nanang dan Inggar
segera menembaki para anggota Syndicate yang akan berubah jadi zombie itu.
“Bantu aku!!” teriak Toni keras ketika menghalau para anggota Syndicate yang
hendak memasuki kapal. Teman-temannya yang lain segera menembaki anggota
Syndicate itu di pintu masuk dan “Ayo dorong!!!” Jdag!! Pintu masuk ke dek atas
itu pun kembali tertutup dan asap beracun tak sempat menyebar ke dalam kapal.
“Hosh.. Hosh..” Angga terduduk lemas setelah apa yang baru saja mereka lalui.
“Teman-teman... Kita berhasil!!!” tiba-tiba
terdengar suara Silvi di seluruh penjuru kapal. “kapal ini bersih dari para
anggota Syndicate” ujar suara Silvi lagi. Gallant memandangi teman-temannya
yang tampak kecape’an yaitu Vian, Hana, Rina, Toni, Tanti, Inggar, Nanang,
Yessi dan Angga. Mereka semua terduduk lemas sambil mencoba berkonsentrasi
mendengarkan suara Silvi yang menggema dari ruang kontrol. Heru dan Yusuf
berdiri sambil memandangi monitor Dek atas yang kini sudah penuh dengan asap
dan tampak para anggota Syndicate berubah menjadi zombie, semuanya. Rio dan
Fina mengecek semua monitor cctv di ruang kontrol. Bersih, tidak ada satupun
anggota Syndicate yang tampak, mereka semua sudah digiring ke dek atas dan
berhasil dikalahkan. Silvi menelan ludah kemudian mendekatkan microphone lebih
dekat ke bibirnya, ia kemudian berteriak keras, “Kita menang!!! Kita berhasil
membajak Poseidon!!!”
To BE CONTINUED....
Terima
kasih sudah membaca cerber College of the Death ini. Kisah ini diposting ketika
kuis sudah berakhir. Terima kasih bagi yang sudah berpartisipasi dalam kuis
College of the Death, tinggal tunggu pengumumannya saat Rempong on the Weeks
edisi pertama season 2 dimulai. Ha9X... Kisah chapter 8 ini meneruskan kisah
chapter sebelumnya, sehingga pertempuran melawan musuh menjadi topik utama
dalam chapter ini. Selanjutnya, cerber ini akan rehat sejenak selama 1
penayangan, karena besok Sabtu akan diisi oleh postingan lain. Kini, hanya
tinggal beberapa anak saja yang tersisa dari keseluruhan 34 anak yang menjadi
tokoh dalam kisah ini, simak lanjutannya minggu depan. Tinggal 4 chapter lagi.
Bagi teman-teman, liburan sebentar lagi berakhir dan banyak anak yang sudah
mulai mengurus beasiswa. Tetep semangat ya... The Dark Knight dan White Prince
undur diri dulu... XOXO.. See ya..
- · Hanya orang hebat dan berhati lapang yang mau memaafkan
- · Jika kamu sangat ingin melakukan hal yang baik, kamu pasti menemukan jalan tapi jika tidak, kamu pasti menemukan alasan
- · Siapakah manusia yang paling baik? Orang yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya. Siapakah manusia yang paling buruk? Orang yang panjang umurnya dan buruk amal perbuatannya.
College of the Death
Cerita ini hanya fiksi. Kesamaan nama orang dan tempat hanya kebetulan belaka.
Kisah dalam Cerber ini kupersembahkan untuk Teman-teman KEMPONG
Chapter 7
Unstoppable Runaway
College of the Death
Cerita
ini hanya fiksi. Kesamaan nama orang dan tempat hanya kebetulan belaka.
Kisah
dalam Cerber ini kupersembahkan untuk Teman-teman KEMPONG
Chapter 6
Chaos Begin!!
(Prologue)
“Muslim...
Apa itu?” ujar Yusuf sambil memandangi Helikopter yang mendarat di lapangan
Patemon sambil melajukan motornya pelan-pelan. Chiiit... Yusuf akhirnya
berhenti sejenak. “Lihat di atas Suf, ada helikopter lain yang hendak turun
juga” ujar Muslim sambil menunjuk ke atas. “Wow, lambang S di badan
helikopternya keren sekali, ya” ujar Yusuf terkesima. “Eh, Suf, itu apa?”
Muslim menunjuk kampung di dekat mereka yang penuh asap putih. “Mungkin lagi
ada pembasmian nyamuk kali” ujar yusuf sambil tertawa. “Ya sudah Suf, ayo
buruan ke es jus, kita udah janjian ma Faozan disana” ujar Muslim mengingatkan
Yusuf. “Oh iya, gara-gara terkesima dengan helikopter berlambang S itu aku jadi
lupa” Yusuf akhirnya menghidupkan lagi mesinnya dan keduanya meninggalkan
Patemon.
“Wah,
besok sudah tahun baru? Nanti malam mau kemana, Rio?” ujar Rina mengawali
pembicaraan. “Di UNNES aja” ujar Rio pelan sambil tersenyum. Pagi itu di Gazebo
B8 sebagian besar anak BSI sibuk mengerjakan tugas akhir, mereka hotspotan dan
sibuk mengetik, mengerjakan tugas-tugas akhir semester 5 yang begitu banyaknya.
Nanang melihat jam di Hpnya yang menunjukkan pukul 8 pagi. Ia masih ngantuk
karena semalam begadang sehabis menonton pementasan drama Teropong milik anak
Sastra. “Nanang, Dasmetmu aspeknya apa?” tanya Hana sambil duduk menyebelahi
Nanang. “Aku Menulis” jawab Nanang singkat. “Ah, kenapa banyak sekali yang
Menulis? Aku nyari referensi Berbicara kok sedikit banget ya?” ujar Hana G
habis pikir. Desti berjalan pelan dengan
wajah gembira ke arah mereka. “Hana, Nanang... Sudah dapat tanda tangan dosen
pembimbing belum?” tanya Desti sumringah. “Sudah dong, aku kan anak yang rajin”
jawab Hana dengan wajah imut. “Aku belum” ujar Nanang segera. “Segera cari
tanda tangan, Nang... Ni aku baru dapat, langsung dari dua dosen. Ha9X” Desti
tertawa senang. “Ayo Nang, aku juga belum dapat” ajak Rio tiba-tiba, yang
ternyata mendengar percakapan Nanang, Desti dan Hana. “Ke jurusan?” tanya
Nanang yang sejenak mengalihkan pandangan dari laptopnya. “Iya, ni sama Rina
juga” ajak Rio lagi. “Ya, baiklah. Sebentar” ujar Nanang cepat sambil mematikan
laptopnya. Nanang, Rio dan Rina akhirnya berjalan meninggalkan Gazebo B8 dan
menuju kantor jurusan BSI. Aji smile tiba-tiba muncul selepas ketiganya pergi,
duduk di sebelah Hana. “Pada ngerjain apa, nih? Ramai banget Gazebonya, isinya
anak semester 5 semua” ujar Aji smile pelan. “Ya pada ngerjain macam-macam. Lha
kamu sendiri disini ngapain?” tanya Hana balik. “Nih, mau minta tanda tangan
dosen” ujar Aji smile sambil menunjukkan dua lembar kertas. “Wah, tadi barusan
yang lain pergi ke jurusan. Kamu segera kesana gi, biar bisa minta tanda tangan
bareng-banreng” ujar Desti memberitahu. “Benarkah?” Aji smile segera menoleh ke
arah B1, tampak Nanang, Rio dan Rina masih berjalan menuju jurusan. “Aku kesana
dulu, ya” ujar Aji smile sambil beranjak pergi.
“Aaaaah,
aku galau!!!!!” ujar Iqma sambil menarik-narik rambutnya. “Aku juga galau!!!!”
ujar Siwi tak mau kalah. Dua anak cewek rempong ini bersama Fina lagi makan
bersama di pak Bin. Mereka saling berkeluh kesah tentang apa yang mereka
galaukan. “Siwi? Iqma?” ujar Suci tiba-tiba menghampiri mereka sambil membawa
piring berisi makanan. “Sendirian, Ci?” ujar Siwi pelan. “Iya, sendirian.
Kalian sudah selesai sarapan?” ujar Suci sambil duduk di sebelah mereka. “Iya,
kami sudah selesai daritadi” ujar Siwi sambil melirik piring di depannya yang
kosong. Tak jauh dari ketiga cewek itu, ada Heru dan Gallant yang juga lagi
sarapan. “Gallant, kapan pulang ke Banjar?” ujar Heru sambil makan. “Aku enggak
pulang Her, nanti nunggu setelah Yudisium sekalian” jawab Gallant dengan mata
sayu. “Masih banyak order, ya?” tebak Heru. “Iya, begitulah” jawab Gallant
sambil meminum es tehnya.
“Pagi-pagi
kok sudah minum es jus sih, Suf?” tanya Yessi yang habis sarapan dari warung di
kosnya. “Lho, aku kan sangang” ujar Yusuf tertawa. “Yusuf dari kemarin pengen
minum jus jambu, baru kesampaian sekarang” beritahu Muslim yang duduk di
sebelah Yusuf. Faozan tiba-tiba muncul dengan motornya, memarkirnya dengan
cepat di depan penjual es jus. “Gimana, aku sudah dipesenke?” tanya Faozan
sambil mendekati Yusuf dan Muslim. “Sudah. Lalu gimana, sudah fotokopi?” tanya
Muslim sambil mendekati Faozan. “Nih, milikmu yang ini, milikku yang ini. Nih
suf, punyamu... Thanks ya, referensimu banyak banget yang bisa kufotokopi” ujar
Faozan pelan. “Wah, kalian rajin sekali” ujar yessi tertawa. “Wah, kebetulan
sekali semuanya ngumpul disini” ujar Silvi yang tiba-tiba muncul bersama Tiwi
dan Tika. “Kalian darimana?” tanya Yessi pelan. “Ni kami habis dari Gazebo B8,
Tiwi dan Tika belum sarapan, jadi kami mau sarapan dulu. Kalian ikut, G?”
beritahu Silvi. “Aku baru saja sarapan. Tuh mereka bertiga ditawari coba” ujar
Yessi menunjuk Yusuf, Muslim dan Faozan. “Kami habis makan juga” beritahu
Muslim cepat. “Ya sudah, ayo kita segera makan” ujar Tika berjalan mendahului
Silvi lalu masuk ke warung di sebelah penjual es jus.
“Handoko,
pinjam referensimu. Aku mau lihat” ujar Alim sambil duduk di sebelah Handoko.
“Ini” Handoko segera mengeluarkan referensi yang ia punya dari dalam tasnya. “Wah,
kalian berdua rajin sekali pagi-pagi begini sudah ada di perpus” Tanti dan Toni
baru saja memasuki perpus dan menyapa keduanya. “Wah, tumben kalian berdua di
perpus” ujar Handoko tertawa. “Ya iya dong, meskipun sibuk organisasi, kami kan
G lupa ma kuliah” Tony tertawa. “Ton, mana laptopmu, akan kuisi bateraninya”
ujar Tanti yang ternyata sudah duduk di kursi dekat stop kontak. “Hah,
jangan-jangan kalian ke perpus Cuma untuk mencari stop kontak saja” ujar
Handoko curiga. “Ha9X” Toni hanya tertawa mendengar kata-kata Handoko. Bruuk...
“Aduduh...” tiba-tiba seseorang di dekat mereka baru saja menjatuhkan
skripsi-skripsi yang ia bawa. “Hati-hati dong, makanya jangan bawa
banyak-banyak” ujar Inggar sambil membantu Fajar menumpuk skripsi yang jatuh.
“Aku kekurangan banyak referensi” ujar Fajar tampak bingung. “Makanya kalau
ngerjain tugas dicicil dong” ujar Inggar akhirnya selesai menumpuk kembali
skripsi yang jatuh. “Ah, kamu juga sama saja kan, masih belum selesai,
Dasmetnya?” ujar Fajar pelan. “Hei kalian berdua, jangan ramai, ini perpus”
ujar Handoko tiba-tiba. “Kamu ini bukannya bantu malah sok-sok’an bilang
begitu” ujar Inggar sewot. “Hei kalian, jangan ribut!” ujar penjaga perpus pada
anak-anak rempong itu. Alim tertawa melihat teman-temannya dimarahi penjaga perpus.
Aji,
Vian dan Angga duduk manis di depan kos Pesona Mandiri sambil makan bubur.
“Hangatnya...” ujar Aji begitu menikmati. “Di rumahku, G ada penjual bubur
keliling seperti di UNNES. Kalau sudah liburan, aku pasti akan merindukan
UNNES” ujar Vian sambil makan dengan lahap. “Eh tunggu dulu” ujar Angga
tiba-tiba berwajah rempong, mendelik ke arah Vian. “Tadi malam kamu juga nginep
disini?” ujar Angga cepat. Vian mengangguk cepat. “Tadi malam aku tidur di
kamarnya Aji” beritahu Vian. “Kyaaa... Kyaaaa....” tiba-tiba terdengar teriakan
keras. “Suara apa itu?” ujar Aji terkejut. “Arahnya darisana” Angga segera
berlari ke depan kos dan melihat ke arah sumber suara berasal.
“Yes,
akhirnya dapat tanda tangan juga” ujar Rio senang. Rio, Aji smile, Nanang dan
Rina berhasil mendapatkan tanda tangan dari dua dosen pembimbing. “Hei, ada
berita menarik” ujar Rina pelan. Ia mengambil koran di atas meja dekat ruangan
mbak Puji. “Itu kalau mau dibaca diluar saja, jangan disini, menghalangi jalan”
ujar Pak Kuat tiba-tiba. “Iya, pak” Rina dan yang lain segera keluar dari
jurusan dan duduk di kursi panjang. “Headline beritanya menarik Tapi.... Oh,
ini koran kemarin, ya?” ujar Rina sambil membaca Headline berita di koran
tersebut. “Poseidon mendarat di pelabuhan Tanjung Emas” ujar Rio membaca
keras-keras isi berita. “Wah, kapal dari Amerika ini berarti mendarat tadi
malam ya?” Rina menyimpulkan. “Wah, dari gambarnya, kapal ini mewah sekali...”
Aji smile takjub melihat kemegahan kapal Poseidon meski hanya dari gambar.
“Bakalan keren ya, kalau bisa menaiki kapal sekeren ini” ujar Nanang berharap.
“Hahahaha... Mimpi” Rio menertawai kata-kata Nanang. “Eh, ada berita lain lagi”
Rina menunjuk artikel lainnya yang berjudul, “Syndicate, sebuah organisasi
teroris di balik kekacauan di dunia” “Wow, ini beneran?” ujar Nanang tak
percaya dengan yang dibacanya. Rio dan Aji smile ikut membaca berita tersebut.
“Jadi organisasi ini lah dalang sebenarnya di balik beberapa kekacauan yang ada
di dunia?” ujar Rina menggeleng-gelengkan kepala. “Lambangnya S ya?” Rio
mencoba membaca lagi berita tersebut. “Tapi motif dari organisasi teroris ini
masih belum diketahui, tapi disini disebutkan kalau anggota organisasi ini
terdiri dari berbagai macam ras, suku dan agama di seluruh penjuru dunia. Ini
menjelaskan kenapa organisasi ini bisa mengacau di seluruh dunia, oia tapi aku
heran, kenapa bukan berita ini ya yang jadi halaman utamanya?” ujar Aji smile
takjub dengan organisasi teroris tersebut. “Sepertinya berita ini belum pasti,
tapi sumber berita ini adalah ketika berhasil ditangkapnya beberapa anggota
teroris ini di Amerika kemarin. Berarti berita ini masih hangat-hangatnya dan
mungkin siang nanti baru akan jadi Headline di banyak media, khususnya internet,
pati ini akan segera jadi trending topic” ujar Rio berpendapat. “Ya, semoga
negara kita tidak menjadi incaran organisasi teroris ini” ujar Rina berdoa.
“Ya, semoga saja, tapi kalau organisasi ini sudah dikonfirmasi keberadaannya oleh
pemerintah di seluruh dunia, maka organisasi ini praktis akan menjadi
organisasi paling berbahaya yang pernah ada” ujar Nanang menelan ludah. “Kyaaaa....”
tiba-tiba terdengar sesuatu dari arah gazebo B8. “Suara apa itu?” ujar Aji
smile terkejut.
Ciiit...
Ciiit.... Beberapa motor berhenti mendadak karena ada orang aneh yang berjalan
terhuyung-huyung di tengah jalan. Matanya merah, tubuhnya berlumuran darah.
“Astaga, ada apa dengan orang itu?” ujar Yusuf terkejut. “Apa dia orang gila?
Tapi kenapa tidak ada yang menolongnya?” Faozan terpana melihat orang aneh
berlumuran darah itu. “Ayo kita tolong” Muslim segera berlari mendekati orang
aneh itu. “Ada apa?” Tika, Tiwi, Yessi dan Silvi segera keluar dari warung
makan. “Iiih, aku takut” Tika bersembunyi dibalik tubuh Faozan. “Pak, anda
tidak apa-apa?” Muslim mencoba menanyai bapak-bapak berlumuran darah itu.
Beberapa kendaraan berhenti dan melihat saja. “Hei kalian!! Kenapa tidak ada
yang berani mendekat?? Bapak ini perlu bantuan!” Yusuf segera berlari
menghampiri Muslim sambil memandangi semua orang di sekelilingnya. “Yusuf!
Muslim! Pergi dari situ! Bapak itu aneh sekali. Dia tampak berbahaya!” teriak
Faozan tiba-tiba. Bapak-bapak aneh berlumuran darah itu mendelik ke arah Muslim
lalu....
“Haah...
Apa yang terjadi?” ujar Angga ketakutan. Pemandangan di depannya begitu
mengerikan. Banyak orang berlarian dikejar oleh orang-orang berlumuran darah
dengan penampilan yang menyeramkan, ada yang kepalanya krowak, lengannya putus,
dan kakinya putus. “Tolong!!!!” Ghaida, Rumiana, Mey, Rima, dan Fanny berlari
ke arah Angga. “Ada apa ini?” tanya Angga kebingungan. “Zombie Ngga...
Zombie... Ayo lari!!!” teriak Fanny ketakutan. Angga tak percaya dengan Zombie
tapi kini ia melihatnya sendiri, di depan matanya. Aji dan Vian segera menarik
lengan Angga. “Ayo masuk ke kos!! Kita sembunyi di dalam! Ajak Aji berwajah
pucat. Anak-anak itu segera masuk ke kos Pesona Mandiri dan menguncinya
rapat-rapat. “Sebenarnya apa yang terjadi? Ceritakan!” Teriak Angga pada
teman-temannya yang masih nampak ketakutan. Jduag... Jdug... Tiba-tiba
terdengar pintu kos digedor-gedor dengan kuat. “Ceritanya nanti saja” Fanny
segera mengambil kursi dan meletakkannya dibalik pintu. “Kalian lihat apa? Ayo
bantu aku!” teriak Fanny keras.
“Ada apa? Apa yang terjadi?” Nanang
menghampiri kerumunan di gazebo B8. Tampak seorang cewek yang kesakitan,
memegangi bahunya yang penuh darah. “Dia kenapa?” tanya Rio pada Desti.
“Tiba-tiba dia muncul dan terjatuh disini, ternyata lengannya terluka. Dia
terus berkata, ada orang aneh... ada orang aneh... tapi sekarang dia terus
berguling-guling seperti itu. Hana yang tampak ketakutan keluar dari kerumunan
dan melihat sesuatu. “Semuanya, Lihat!!” teriak Hana keras. Tampak gerombolan
orang berjalan terhuyung-huyung, berlumuran darah dengan organ tubuh keluar dan
beberapa bagian tubuhnya putus. “Kya...” tiba-tiba terdengar jeritan, cewek
yang kesakitan itu tiba-tiba mulai menggigiti orang-orang di sekitarnya. “Ah,
apa ini?” Rina terkejut melihat apa yang terjadi di hadapannya. “Ayo lari!” Rio
segera menarik lengan Rina. “Apa ini yang disebut dengan... Zombie?” tubuh Aji
smile bergetar hebat. Seketika semua orang di Gazebo B8 menyebar, berlari ke
segala arah, menyelamatkan diri. “Teman-teman... di sebelah sana!!!” Desti
menunjuk bus UNNES yang terparkir dengan pintu terbuka, banyak anak UNNES yang
segera bersembunyi disana. Nanang, Desti, Hana, Rina, Aji smile dan Rio segera
memasuki bus UNNES. Jdag! Tepat pada waktunya ketika mereka naik, pintu bus
langsung ditutup. “Tolong buka pintunya!” tiba-tiba terdengar suara di pintu
belakang bus. “Ifah?” Hana terkejut melihat Ifah bersama beberapa orang yang
lain masih belum menaiki bus, menggedor-gedor pintu bus berharap dibukakan
pintunya. “Hei, bukakan pintunya!” pinta Hana pada seorang laki-laki yang
menjaga pintu bus. “Tapi...?” “Buka” Hana segera membuka pintu belakang bus dan
memabntu orang-orang di luar untuk masuk ke dalam bus. “Terima kasih, Hana”
ujar Ifah sambil naik ke bus. “Hana, tutup kembali. Mereka datang!” teriak
Desti memperingatkan.
“Kyaaaa!!!!” Inggar berteriak ketika melihat
orang-orang aneh berlumuran darah mendekatinya. Secara reflek dia menendangi
mereka. “Hah... Apa ini?” Toni dan Tanti segera keluar dari perpus. “Awas!!!”
Inggar menendang para zombie yang berusaha menyerang Toni dan Tanti. “Ayo kita
keluar!!!” teriak Alim pada seisi perpus. Handoko terpana melihat pemandangan
di luar, dari lantai 2 ia melihat kekacauan yang terjadi, brutal dan penuh
darah. “Zombie...” ujar Handoko tak percaya. “Awas!!” Tony menarik lengan Tanti
ketika beberapa zombie hendak menyerangnya. “Ayo kita cari tempat aman...” ajak
Inggar. Kita tak boleh terjebak dalam gedung ini!” ujar Inggar sambil
melindungi orang-orang disekitarnya. “Ada apa ini, apa yang terjadi? Kenapa
gaduh sekali suaranya?” ujar Fajar yang baru saja keluar dari perpus. “Aku
tidak tahu apa yang terjadi, tapi ini benar-benar nyata. Kekacauan di depan
kita ini... nyata adanya” ujar Toni menelan ludah.
Gallant, Heru, Suci, Siwi, Iqma dan Fina
terkejut melihat pemandangan di depan mereka. “Apa ini?” Fina mual, tak percaya
dengan kekacauan di depannya. “Ayo lari!!!” Teriak Gallant keras. Keenam anak
itu segera berlari menghindari zombie disekitar mereka. “Aaahhh... aku
takut!!!” Siwi berteriak ketakutan. “Para zombie itu tak bisa berlari, mereka
hanya bisa berjalan terhuyung-huyung seperti itu” beritahu Gallant keras. “Tapi
kalau kita sampai tertangkap...” Heru menelan ludah.
“Kyaa...” tiba-tiba bapak-bapak aneh itu
menggigit lengan Muslim. Yusuf segera menarik Muslim menjauh dari bapak-bapak
itu. “Aaah...” Muslim berteriak kesakitan, darah mengucur hebat dari lengannya.
“Muslim, kamu baik-baik saja?” “Kyaaa... Kyaa...” tiba-tiba terdengar teriakan
dari segala penjuru arah. “Zombie..” Yusuf terpana melihat kerumunan orang
berlarian menghindari gerombolan orang penuh darah. “Bapak-bapak itu tadi
adalah zombie” ujar Yusuf sadar. Graaaooo... Bapak-bapak yang menggigit Muslim
itu berjalan ke arah mereka. “Kyaaa...” Yessi ketakutan dan tanpa sadar
melemparkan pisau dari meja penjual es jus ke tubuh bapak-bapak itu dan
bapak-bapak itu tak merasakan apa-apa, ia masih terus berjalan. “Zombie hanya
bisa dikalahkan dengan dihancurkan kepalanya!” ujar Yusuf keras sambil melempar
blender ke arah kepala bapak-bapak itu. “Ayo kita lari, zombie-zombie itu semakin
mendekat” teriak Tika panik. “Teman-teman... Tinggalkan saja aku, aku baik-baik
saja” Muslim mencoba tersenyum sambil menahan rasa sakitnya. “Tidak!!! Kami tak
akan meinggalkanmu!” Faozan segera menggendong Muslim di punggungnya.
“Faozan...” ujar Yusuf pelan sambil menggeleng-gelengkan kepala dengan wajah
cemas. “Aku tidak bisa meninggalkan Muslim dengan keadaan seperti ini!” teriak
Faozan keras. “Sudah jangan bertengkar, ayo kita segera lari dari sini” ajak
Silvi ketakutan.
“Aku tidak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba
kekacauan ini langsung terjadi, begitu aku keluar kos seperti kalian, sudah
seperti itu” beritahu Rumiana. “Iya, aku juga seperti itu” ujar Mey masih
merinding ketakutan. “lalu apa yang harus kita lakukan?” Ghaida ketakutan.
Jduag!! Pintu depan kos terbuka, para zombie segera masuk. “Teman-teman... naik
ke lantai dua!” ajak aji menuntun teman-temannya. Angga segera menutup pintu
ruangan lantai dua setelah semuanya masuk ke dalam. Jduag!! Sekali lagi, para
zombie berusaha memasuki ruangan. “Astaga” Vian menelan ludah melihat kekacauan
di gang Kantil dari lantai dua. “Ini benar-benar mengerikan” Mey terkejut.
Jduag! Sekali lagi pintu ruangan berhasil terbuka. Para Zombie berhamburan
memasuki ruangan. “Kyaaa!!” Angga dan yang lain terdesak di balkon. “Naik ke
atap” teriak Aji keras. “Apa? Aku tidak bisa” ujar Ghaida tak berani. “Tidak
ada cara lain, ayo” Mey menarik Ghaida dan mereka pun berjalan di atap. Para
zombie itu mencoba meraih mereka. “Kita harus loncat!” teriak Angga nekat.
“Jangan takut!” Fanny meloncat terlebih dahulu. Ia jatuh di rerumputan. Satu
persatu temannya yang lain pun menyusul. “Lalu kita kemana?” ujar Rumiana
ketakutan. Sekeliling mereka benar-benar kacau. “Tak ada tempat aman” ujar
Ghaida putus asa. Beberapa zombie tiba-tiba kembali berjalan mendekati mereka.
“Kita tidak boleh berhenti bergerak, ayo lari!” teriak Vian keras.
“Faozan, turunkan saja aku...” ujar Muslim
merintih kesakitan. “Jangan bicara seperti itu!” Faozan tak memedulikan
kata-kata Muslim. “Yusuf, kita mau kemana?” ujar Tiwi kecape’an. “Entahlah, aku
sendiri bingung tapi kita tak boleh berhenti, kita harus terus berlari” ujar
Yusuf tampak kebingungan. Sekeliling mereka benar-benar kacau, para zombie
menggigiti orang-orang di sekitanya. Darah berceceran dimana-mana. “Muslim,
bertahanlah... Muslim!” teriak Faozan mengguncang-guncangkan Muslim di
punggungnya. “Kita lewat sini” Yusuf tiba-tiba punya ide. Ia mengajak Silvi dan
yang lain melewati jalan kalimasada. “Muslim!!!” teriak Faozan berkali-kali.
Yessi dan Tika menangis mendengar teriakan Faozan. Yusuf tiba-tiba menghentikan
langkahnya. Ia terpana melihat sesuatu, begitu juga dengan Silvi, Tiwi, Yessi
dan Tika. Kepala Muslim terangkat, matanya berubah merah. Faozan menoleh ke
arah Muslim dan “Faozan!!!” Tika berteriak dengan keras tapi terlambat, dengan
cepat Muslim menggigit leher Faozan. Faozan terjatuh tak berdaya.
“Aaaarrrrggghhhh...” Yusuf tanpa sadar mengambil kayu di dekatnya lalu
menghantamkannya ke tubuh Muslim hingga jatuh ke selokan. “Faozan!!” Silvi
berusaha berlari ke arah Faozan tapi Yessi mencegahnya. “Dia sudah tergigit”
ujar Yessi sambil menangis. Faozan memegang lehernya yang penuh darah. “Aku
akan jadi zombie juga?” ujar Faozan tak percaya. Zombie muslim kembali bangkit
dari selokan dan berjalan menuju Yusuf. “Awaaas!!!” teriak Tiwi ketakutan.
“Hyaaah!!” Yusuf menghancurkan kepala Muslim dengan kayu di tangannya. Faozan
terkejut melihatnya. “Yusuf!!! Apa yang kau lakukan??” Faozan mendorong tubuh
yusuf dan memukulinya. “Muslim itu teman kita! Kenapa kamu membunuhnya?” Faozan
memukuli Yusuf dengan penuh emosi. “Hentikan, Faozan! Hentikan!!” Silvi dan
Yessi segera menarik Faozan. “Sadarlah, Muslim tadi sudah menjadi zombie!!!
Tahukah kau, itu juga pasti berat bagi Yusuf!!” Yessi berteriak keras. Yusuf
bangkit dan menjambak-jambak rambutnya. “Yusuf sudah... kamu tidak salah
apa-apa..” Tika mendekati Yusuf. Faozan terduduk dan menangis. Ia tak berani
menoleh ke arah Muslim.
“Kita harus kemana? Apa yang harus kita
lakukan?” ujar Ghaida ketakutan. “Bertahanlah Ghaida” ujar Mey menguatkan.
“Kita ke ujung Gang Kantil, kita cari kendaraan yang bisa kita kendarai” ujar
Angga sambil terus berlari. “Kyaaaa!!!!” tiba-tiba kaki Ghaioda ditarik oleh
Zombie. “Tolooong!!!” teriak Ghaida ketakutan. “Dasar jelek! Pergi kau!” Fanny
menendang tangan zombie itu. Para zombie tiba-tiba berjalan mengarah ke mereka.
“Gawat, kita akan terkepung. Bagaimana ini?” ujar Rumiana panik. “Pergi!!
Pergi!!” Vian dan Aji mengambil balok kayu di dekat mereka dan memukulkannya
pada para zombie yang menghalangi jalan mereka. “Padahal masih belum lama saat
kekacauan di Gang Kantil ini berlangsung, tapi kekacauan ini menyebar dengan
cepat” ujar Rumiana merinding tak percaya. “Wabah zombie ini meyebar dengan
cepat” ujar Angga menelan ludah. “Dan pasti tidak Cuma di UNNES, mungkin di
bawah, bahkan di seluruh dunia juga sedang terjadi wabah zombie” duga Aji.
“Kyaaa!” tiba-tiba Fanny berteriak, kerudungnya ditarik oleh zombie-zombie di
dekatnya. “Kalian terus lari saja” ujar Fanny keras. “Kyaaaa...” Para zombie
segera mengerumuni Fanny dan menggigitinya. “Tidaaakkk!!!!” teriak Mey dan yang
lain. “Teman-teman, jangan berpaling. Kita tak bisa menolongnya! Kita harus
terus bergerak!!” teriak Aji keras. Ghaida muntah-muntah, ia lemas. “Ghaida,
kamu harus kuat!” Mey membantu Ghaida berjalan. “Aku tidak mau mati...” Ghaida
menangis keras. “Tidak, kita tidak akan mati” ujar Mey mencoba tersenyum. “Kita
sampai di ujung jalan” ujar Vian keras. Jduuuuaaarrr!!! Sebuah Truk baru saja
tergelincir tak jauh dari posisi mereka. “Ya tuhan...” Rumiana tak percaya
dengan pemandangan di depannya. Para pengendara motor menabraki para zombie dan
sebaliknya, para zombie juga dengan ganas memakan para korbannya yang berhasil
mereka jatuhkan dari kendaraannya. “Lihat!!” Aji berteriak keras ke arah
belakang mereka. Tampak zombie Fanny dengan tubuh terkoyak-koyak memandangi
mereka. “Kyaaaa!!!” Rumiana dan yang lain segera berlari. “Kalau kita sampai
tertangkap dan tergigit, kita pasti akan jadi seperti itu. Aku tidak mau!!”
teriak Ghaida keras.
Nanang melihat kekacauan dari balik kaca bus
UNNES, ia menelan ludah melihat darah yang berceceran dimana-mana. “Nanang, apa
ini yang disebut dengan... Hari kiamat?” ujar Rio dengan wajah pucat. Nanang
tak menjawab apa-apa, lalu ia berbisik pelan, “Mungkin ini hukuman dari Tuhan
atas semua dosa manusia”. Di ujung bus, Desti memegangi erat kalungnya. Ia
berdoa tanpa henti, di sebelahnya hana juga berdoa kepada Tuhan. Ifah sibuk
menghubungi orang tuanya tapi sejak tadi tak tersambung, ia begitu cemas. Rina
berhasil menelepon Fina yang ternyata sedang bersembunyi di Gang Kantil. Ia
memberitahu Fina untuk datang ke FBS saja agar Fina dan yang lain bisa
bersembunyi di dalam bus UNNES.
“Bagaimana?” tanya Gallant pelan. “Rina
menyuruh kita ke FBS, kita bisa bersembunyi di dalam bus UNNES. Bagaimana?” tanya
Fina pada teman-temannya. “Tapi di luar benar-benar kacau, aku tidak berani”
ujar Siwi ketakutan. Kini Fina dan yang lain bersembunyi di dalam kos Heru.
Mereka mengunci semua pintu dan jendela. “Tapi kurasa itu adalah resiko yang
sepadan karena bila kita bisa sampai di bus UNNES, kita benar-benar akan aman
disana karena bus UNNES juga bisa bergerak kemana-mana” beritahu Heru. “Tapi
aku tak berani!!” teriak Siwi lagi. “Aku juga tak mau meninggalkan tempat ini”
Iqma setuju dengan Siwi. “Kyaaa!!!” Suci berteriak keras ketika tiba-tiba
zombie muncul dari balik jendela dan “Chaaaar!!!” Zombie itu berhasil
memecahkan kaca. “Lari!!!” teriak Gallant keras. Jdug!! Pintu belakang kos Heru
berhasil dihancurkan oleh para zombie. “Tidak ada cara lain, kita harus keluar
dari sini, Siwi... Iqma...” ujar Fina meyakinkan dua sahabatnya. “Ayo...”
Gallant mengambil pemukul kasti dari dalam salah satu kamar. “Kalian sebaiknya
mengambil benda-benda yang bisa kalian gunakan untuk melindungi diri” ujar Heu
sambil mengambil raket di dekatnya. Suci dan yang lain segera mengambil sapu di
dekat mereka. “Siap ya, pintunya akan kubuka...” ujar Heru pada teman-temannya
yang lain. Draaak... Ia pun membuka pintu. Keenam anak itu segera keluar dari
tempat perlindungan mereka dan berlari menyusuri gang Kantil menuju FBS.
Para zombie kembali muncul dan mendekati Yusuf dan yang lainnya.
“Kyaaa...” Tika terkejut dan langsung berlari. “Tika, jangan berlari sendiri!”
Tiwi dan Silvi mengejar Tika. “Ayo lari!!” teriak Yessi pada Yusuf. “Aku sudah
membunuh Muslim..” Yusuf berwajah pucat. “Kamu tidak salah, Suf!!” teriak Yessi
keras, menggoncang-goncangkan tubuh Yusuf. Faozan tiba-tiba berdiri dan
mendekati mereka. “Bunuhlah aku... Aku tak ingin jadi zombie..” pinta Faozan
sambil menangis. “Tidak, Zan.. Tidak... Aku
tidak bisa” ujar Yusuf yang menyesali telah menghancurkan kepala Muslim.
“Dengarkan pernmintaanku, Suf!! Aku! Tidak Ingin! Menjadi Zombie!!!” teriak
Faozan keras. Para zombie semakin medekat tapi Yusuf, Yessi dan Faozan tak
segera lari. “Ayo, kalian berdua!” Yessi menarik lengan Yusuf dan Faozan,
mengajak keduanya berlari. “Silvi, Tiwi, Tika, dimana kalian?” teriak Yessi
keras. “Kami disini” ujar Silvi yang ternyata tak begitu jauh di depan mereka.
Tika menangis di pelukan Tiwi, Tika benar-benar ketakutan. “Yusuf! Bunuh aku!”
teriak Faozan keras. “Aku tidak mau! Kamu sekarang masih hidup! Kalau aku
membunuhmu sekarang, berarti aku adalah seorang pembunuh!!” teriak Yusuf tak
kalah keras. “Kalian berdua hentikan!!” Yessi berteriak. “Aaahhh...” tiba-tiba
Faozan terjatuh, tubuhnya kesakitan, ia menggelinjang hebat. “Cepat bunuh
aku!!!” teriak Faozan. Yusuf terdiam, tubuhnya gemetar. Silvi, Tika dan Tiwi
tak sanggup berbuat apa-apa, mereka menelan ludah. “Sebelum aku berubah jadi
zombie juga!!” teriak Faozan kesakitan. “Faozan!” Yusuf duduk disamping Faozan
dan menenangkannya. “Kamu pasti bisa bertahan. Kamu pasti bisa bertahan” ujar
Yusuf sesenggukan. “Yusuf, jangan!” Yessi segera menarik tubuh Yusuf menjauh
dari Faozan. “Cepat bunuh aku!!” teriak Faozan lagi. “Aku tidak bisa melumuri
tanganku dengan darah temanku lagi!!” teriak Yusuf tak berdaya. “Bunuh aku! Aku
tidak mau jadi MONSTER!!!” teriak Faozan keras. Yessi segera merebut balok kayu
dari tangan Yusuf dan berlari ke arah Faozan. “Aaaaaaaaaa!!” Jduag!! Yessi
menghancurkan kepala Faozan dengan sekali pentungan dengan balok kayunya.
To be continued....
Note: Akhirnya sampai juga di Prolog. Begini,
gaya penceritaanku itu biasanya memang seperti ini, jadi aku langsung masuk ke
konflik, sedangkan prolognya kumasukin di tengah, atau kadang malah akhir
karena aku suka menyimpan misteri di awal sehingga saat chapter pertama para
pembaca pasti kebingungan dengan alur cerita yang ada dan di tengah-tengah
cerita pasti penasaran informasi apa yang diketahui oleh beberapa karakternya
saja. Nah, maka dari itu aku memberi judul What The Hell Happen pada chapter
pertama karena para pembaca pasti berpikiran seperti itu ketika pertama kali
mengikuti kisah ini. Jadi, sejak awal chapter yang kutulis ya chapter 6 ini
agar aku G kesulitan lagi merangkai kisah dan misterinya. Nah, selanjutnya
pertempuran besar akan bergulir. Non stop action pokoknya. Terus ikuti
kisahnya, ya... n_n
Terima
kasih sudah membaca Cerber College of the Death ini. Kisah cerber sepanjang 12
chapter ini akan menemani liburan para pembaca selama kurang lebih beberapa
minggu ke depan. Tiap minggunya akan di update 2 buah cerber, sehingga para
pembaca yang penasaran dengan lanjutan kisahnya dapat mengetahui kapan update
kisah zombie thriller horror action ini. Kisah cerber ini terinspirasi oleh
manga High School of the Dead. Ya, dan memang pada dasarnya aku ingin membuat
sebuah cerber untuk teman-teman KEMPONG dengan mereka sendiri sebagai tokoh utamanya.
Karakterisasi yang ada di cerber bukan karakterisasi anak-anak KEMPONG yang
sesungguhnya, jadi jangan sampai terlarut dengan kisahnya, ya. Aku dan White
Prince mempersembahkan hadiah menarik bagi para pembaca yang berhasil menebak
dengan benar dan tepat siapa saja tokoh yang akan bertahan hidup hingga cerber
ini berakhir. Tebak 3 nama saja yang akan bertahan hidup di akhir kisah cerber
ini. Kirimkan tebakan kalian ke alamat email berikut ini: yusuf_luffy@ymail.com
Bagi para pengirim yang berhasil menjawab dengan benar, akan diundi lagi untuk
dipilih dua nama yang akan menjadi pemenang dan berkesempatan untuk menonton
film 3D bareng The Dark Knight dan White Prince. Ayo segera kirim nama yang
kalian jagokan, paling lambat tgl 20 Februari 2012. Pengumuman pemenang akan
diumumkan pada Rempongs on the Week edisi perdana Season 2. Baiklah kalau
begitu, terus ikuti kisah cerber ini ya. Salam dari The Dark Knight dan White
Prince untuk para pembaca. Selamat menikmati liburan... XOXO... See ya...
“Laksana
orang sakit yang meyakini bahwa bahagia hanya terletak pada kesehatan; laksana
orang miskin yang menyangka bahwa bahagia terletak pada harta kekayaan; laksana
rakyat jelata yang menyangka bahwa kebahagiaan terletak pada kekuasaan, dan
berbagai sangkaan lainnya. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa
itu dalam kalbumu...”
Mengenai Saya
- kempong HAH!
- ini blog perdana "kempong"... mudah-mudahan dapat menampung saran dan segala unek-unek... ada postingan biodata para anggota kempong juga (eksklusif lho... ) jgn lupa tinggalkan komen yach.... terima kasih... HAH!!!