Cerita
ini hanya fiksi. Kesamaan nama orang dan tempat hanya kebetulan belaka.
Kisah
dalam Cerber ini kupersembahkan untuk Teman-teman KEMPONG
Chapter 4
Nightmare in the New Year
Gallant,
Toni, Tanti dan Aji melaju dengan pelan. Sepanjang jalan mereka terus waspada
dengan para zombie. Jdag! Jdag! Sesekali
mereka memukul jatuh para zombie yang menghadang mereka dan sesekali mereka
berhenti untuk menyingkirkan kendaraan-kendaraan yang menghalangi jalan mereka
hingga mereka pun benar-benar berhenti karena sebuah bus yang terguling dan
menutup jalan di depan mereka. “Bagaimana ini?” ujar Gallant pada yang lainnya.
“Kita harus memutar” ucap Toni singkat. Tiba-tiba mey terbangun dan memandangi
sekitar. Tubuhnya masih lemas, tapi ia mencoba turun dari motor dan berdiri.
“Teman-teman, apa yang terjadi?” ujarnya pelan. “kau baik-baik saja, Mey?”
tanya Tanti sambil memegangi tubuh Mey yang sempoyongan. “Dimana yang lain?”
tanya Mey tanpa menjawab pertanyaan Tanti. “Aku tidak tahu kemana mereka pergi,
mereka langsung pergi begitu rumah Desti
meledak” beritahu Toni singkat. Mey tak bertanya lagi, ia pun melihat
sekeliling dan menghela nafas panjang. “Padahal aku berharap ini hanyalah mimpi
saja, ternyata memang benar-benar terjadi” ujar Mey sedih. “Ya, kurang dari
sehari kekacauan yang timbul akibat wabah zombie ini benar-benar begitu parah”
ujar Gallant sambil memandangi para zombie yang kini mulai mendekati mereka. “Kita
harus pergi dari sini. Ayo!” ujar Aji bersiap dengan sepedanya. “Ya, mau tidak
mau kita harus memutar” Toni dan Gallant pun bersiap dengan motornya.
“Dimana ini?” Silvi memegangi kepalanya yang
masih terasa pusing. “Kami memapahmu sampai kesini” ujar Yusuf pelan. Silvi
memandangi sekelilingnya. Tampak banyak barang, sepertinya ia kini berada di
sebuah pertokoan. Yusuf mengambil sebuah ransel dan mengisinya dengan berbagai
macam barang. “Bawa yang perlu-perlu saja Suf...” ujar Yessi pelan. Yusuf
terkejut mendengar Yessi akhirnya berbicara kepadanya. “Kau... sudah tidak
marah lagi?” tanya Yusuf sambil tersenyum. “Aku mengajakmu berbicara bukan
berarti aku sudah tak marah lagi padamu” ujar Yessi sambil meninju bahu Yusuf.
“Ha9X... Ya, itu sudah cukup. Kau sudah mau berkomunikasi denganku itu sudah
cukup” Yusuf terus tertawa. “Memangnya kalian tadi kenapa?” tanya Silvi tak
mengerti. “Ini, minum dan makan dulu Vi” Yessi memberikan botol minum dan
sebungkus roti pada Silvi. “Nikmatilah” ujar Yusuf pelan. “Habis itu kau harus
membawa ransel juga dan mengisinya dengan barang-barang yang berguna” ujar
Yessi tersenyum. “Jangan khawatir, aku dan Yessi sudah mensterilkan toko ini
dari para zombie jadi selama beberapa saat ke depan kita aman disini” ujar
Yusuf sambil memandangi pemandangan luar toko dari jendela. “Ya” Silvi
tersenyum kemudian bangkit dan mengambil ransel di toko tersebut. “Kita
benar-benar seperti pencuri” Yessi tertawa. “Ya, bertahan hidup ya memang kaya’
gini...” ujar Yusuf sambil melahap roti di tangannya.
“Apa, kalian mau turun disini?” ujar Rio tak
percaya. “Ya karena kurasa perjalanan kita ini benar-benar tak ada tujuannya.
Kita hanya berputar-putar sejak tadi. Kita belum menemukan tempat tujuan yang
benar-benar bisa kita andalkan untuk setidaknya bisa membuat kita beristirahat”
ujar Rima keras, diikuti oleh Suci, Iqma, Ifah dan Ghaida. “Kalian semuanya
cewek. Masa’ mau turun disini?” ujar Rio lagi. “Turunkan saja mereka kalau
mereka benar-benar mau turun” ujar Inggar melerai teman-temannya. “Meskipun
kami berempat wanita semua, tapi kami bisa saling melindungi kok” ujar Rima
lagi. “Lalu kalian mau kemana? Apa rencana kalian?” tanya Hana tegas. “Kami mau
pulang ke rumah masing-masing” ujar Ghaida dengan suara khasnya. “Apa?” ujar
nanang dari kursi kemudi, tak percaya dengan yang baru saja dikatakan
teman-temannya. “Rumah kalian bukan tempat yang bisa kalian capai dengan mudah
dalam kondisi seperti ini” ujar Angga meyakinkan Rima dan yang lain. “Lalu apa
kalian akan mengantarkan kami ke rumah masing-masing? Tidak, kan? Kalian hanya
akan berputar-putar disini terus kan?” ujar Ifah ikut bicara. “Setidaknya kalau
kami keluar dari bus ini, kami mungkin akan mendapatkan bantuan dari tim
penyelamat atau dari orang lain” ujar Iqma pada yang lainnya. “Tim penyelamat?
Satu polisi pun daritadi belum kita temui” ujar Aji smile tersulut untuk ikut
berdebat. “Teman-teman, hentikan. Apa yang kita perdebatkan ini sudah
mencerai-beraikan kita” ujar Heru pada teman-temannya yang lain. “Bukankah
sejak awal kita sudah tercerai berai?” ujar Fina tersulut juga. “Iya, iya,
baiklah, silakan lakukan apapun yang kalian mau” Nanang membukakan pintu bus.
Hana, Angga, Rio, Heru, Aji smile, Vian, Rina, Fina dan Inggar diam saja
melihat Iqma, Rima, Ifah, Suci, Ghaida keluar dari bus. “Semoga mereka
baik-baik saja” ujar Nanang mendoakan kelima temannya itu.
Yessi, Silvi, dan Yusuf berjalan pelan di
tepi jalan, mereka menuju ke arah kota. “Tujuan kita adalah Mall Ciputra” ujar
Yusuf mengulang lagi tujuan mereka. “Tapi jalan kaki seperti ini benar-benar
menyiksa, Suf...” ujar Silvi kecape’an. “Iya, dan sudah mulai gelap pula” ujar
Yessi sadar. “Sepertinya malam akan tiba lebih cepat dari yang kita duga, jadi
kita harus lebih cepat karena bila malam berjalan di luar seperti ini
sepertinya akan berbahaya” ujar Yusuf pelan. “Oia Suf, kamu bawa apa saja di
dalam tas itu? Besar sekali tas yang kamu pilih” ujar Yessi penasaran. “Aku
membawa hal-hal yang mungkin akan berguna, jadi aku tak hanya membawa bahan
makanan” ujar Yusuf sambil tersenyum. “Oia, ini akhir tahun ya... ini tanggal
31 Desember 2011, besok sudah tahun 2012” Silvi tiba-tiba ingat. “Ha9X... Aku
malah lupa, Vi... Tapi ternyata kiamat datang lebih cepat setahun daripada yang
diramalkan para peramal ya” ujar Yusuf sambil tertawa. “Huush... jangan bilang
begitu” ujar Yessi tak suka mendengarnya. “Kalau di film-film, keadaan yang
kita alami ini namanya apocalypse, nanti kalau wabah ini sudah berakhir, baru
kita akan memasuki post apocalypse, saat dimana semua orang membangun kembali
peradaban yang baru setelah dunia sempat kacau, bahkan hancur” ujar Yusuf
ngelantur. “Ya kalau beneran wabahnya bisa berakhir sih semuanya baru bisa
memulai hidup yang baru lagi, tapi kalau wabah ini tak berhenti, bagaimana?”
ujar Silvi pesimis. Drrrnnn... Tiba-tiba terdengar suara mesin kendaraan. Yusuf
menoleh ke belakang, tampak sebuah bus melaju mendekati mereka. “Berhenti,
tolong berhenti!” tanpa sadar Yusuf berlari ke tengah jalan dan melompat-lompat
agar bus itu dapat melihatnya. Yessi dan Silvi pun ikut membantu Yusuf, ketiganya
melompat-lompat sambil berteriak pada bus itu dan Ckiiit.... Bus itu berhenti
di hadapan mereka. Para zombie yang mendengar kegaduhan mereka segera berjalan
menuju bus itu. Yusuf, Yessi dan Silvi segera naik ke bus itu. “Terima kasih”
ujar Yessi pada supir bus yang tampak pucat. Bus itu pun kembali melaju dan
meninggalkan para zombie yang tak sempat menghadang mereka. Yusuf segera duduk
persis di belakang supir dan menanyakan beberapa hal. “Pak, terima kasih sudah
memberi tumpangan pada kami. Oh iya, bapak dan para penumpang ini dari mana dan
mau kemana?” Supir itu menghela nafas panjang kemudian menjawab, “Entahlah
mas... Kami sebelumnya dari Ungaran dan hendak ke Terboyo, tapi sepanjang jalan
tiba-tiba semuanya menjadi begini. Seingat saya, semuanya berubah ketika asap
itu muncul dimana-mana” ujar bapak supir itu panjang lebar. “Asap?” ujar Yusuf
bingung. “Iya” Bapak supir itu mengangguk. “Yusuf, sini!” tiba-tiba Silvi
memanggilnya. Yusuf pun meninggalkan kursinya dan berjalan menuju Silvi dan
Yessi di belakang. “Ada apa?” tanya Yusuf sembari duduk di sebelah Yessi. “Aku
baru saja membuka handphoneku, ternyata banyak panggilan masuk dari Rina”
beritahu Yessi. “Maksudmu berarti Rina masih hidup? Dan ada kemungkinan kalau
dia sekarang bersama teman-teman yang lain?” tanya Yusuf tak percaya. “Ya,
mungkin saja begitu” Yessi mengangguk-angguk. “Lalu kenapa tak kau hubungi
lagi?” ujar yusuf bingung. “Hpnya tak bisa dihubungi. Entahlah, aku juga sudah
menghubungi Hp teman-teman yang lain tapi tak ada yang bisa terhubung” jawab
Yessi apa adanya. “Aaaarrrggghhh...” tiba-tiba seseorang di depan mereka
berguling-guling kesakitan di lantai, ia memegangi lengannya yang berdarah.
“gawat, dia terinfeksi!” teriak penumpang lainnya. “Apa?” Silvi menelan ludah
tak percaya. “Teman-teman, sepertinya kita menaiki bus yang salah” ujar Yessi
ketakutan. Penumpang yang terinfeksi itu langsung berubah menjadi zombie, ia
menerkam orang-orang di dekatnya. “Apa itu... apa itu?” teriak supir bus dari
kemudinya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya dari kaca kemudi. “Pak Supir,
jangan panik!!! Terus mengemudi saja!” ujar Yusuf keras. Ia segera mengambil balok
kayunya dan menghantam penumpang yang terinfeksi itu tapi penumpang lain yang
baru saja tergigit segera berubah menjadi zombie dan mendekati pak Supir. “Pak,
awas!!!” teriak Silvi memperingatkan. Seketika, seisi bus menjadi panik,
bebrapa orang berusaha bersembunyi di bawah kursi, ada pula yang nekat melompat
keluar dari bus
Malam pun tiba, matahari telah tenggelam,
suasana di luar benar-benar mencekam, banyak lampu jalan yang mati, kendaraan
dan para mayat zombie bergelimpangan di jalan. Rima, Ghaida, Iqma, Ifah, dan
Suci sudah berjalan jauh, kelimanya kini berada di Alun-alun simpang lima yang
sepi tanpa orang, para zombie pun ternyata hanya mengelilingi alun-alun, tak
ada yang berkeliaran di rerumputan alun-alun. Kelimanya duduk di rumput dan
memandang bulan. “Selamat tahun baru teman-teman” ujar Ifah pelan. “Tahun 2012
nampak suram di mataku” ujar Suci putus asa. “Kenapa sejak tadi kita tak
berhasil mendapatkan tumpangan? Padahal masih banyak kendaraan yang berlalu
lalang di sekitar kita” ujar Ghaida kesal. “Mungkin mereka tak mau ambil resiko
karena khawatir memberi tumpangan pada orang yang sudah terinfeksi” ujar Iqma
pelan. Rima menghela nafas panjang lalu memandangi teman-temannya. “Malam ini
kita harus berada di dalam ruangan, berbahaya kalau kita tetap di luar seperti
ini. Meskipun kita sudah tahu kalau kita akan aman dengan tak menimbulkan suara
dan kegaduhan, tapi tetap saja, para zombie itu adalah ancaman buat kita”.
Kelima anak itu menunduk sebentar lalu memandang satu tempat yang sama, Mall
Ciputra. Jrdak... jrdak...Blaaattt... Tiba-tiba terdengar suara gaduh dan
hantaman keras di dekat mereka. Kelimanya berdiri dan melihat sebuah bus baru
saja terguling jatuh. “Ya tuhan...” ujar Ghaida ketakutan. Para zombie pun
segera mengerumuni bus itu dan tampak banyak orang berhamburan keluar dari
dalam bus dan nampak sosok yang mereka kenal. “Yusuf, Yessi, Silvi?” ujar
kelimanya tak percaya. Yusuf, Yessi dan Silvi tampak keluar dari bus dengan
susah payah, para zombie yang mendekati bus segera mengerumuni mereka. “Gawat,
kita harus menolongnya!” ujar Suci pada teman-temannya. “Tapi aku takut” ujar
Ifah gemetar. “Aku juga” ujar Iqma menggeleng-gelengkan kepala. “Lihat, mereka
sedang kesulitan!” ujar Rima keras. Akhirnya kelima anak itu pun berlari menuju
bus yang terguling. “Awas Suf!” Yessi dan Silvi melindungi Yusuf dari zombie
sopir yang hendak menerkam. “Terima kasih” ujar Yusuf sambil terus menghajar
para zombie. “Gelap sekali ternyata di luar, padahal kita berada di...” Silvi
tak percaya dengan yang dilihatnya, “Teman-teman, ternyata kita sudah sampai di
alun-alun simpang lima!” ujar Silvi keras. “Tinggal sebentar lagi sebelum kita
bisa sampai di Mall Ciputra” ujar Yessi menyemangati teman-temannya yang lain.
“Teman-teman!!” teriak seseorang dengan suara keras. Yusuf, Yessi dan Silvi
memandang sumber suara itu. Tampak Rima, Ifah, Iqma, Ghaida, dan Suci berlari
ke arah mereka sambil menyerang para zombie yang hendak menghadang. “astaga,
benarkah yang kulihat ini?” ujar Yessi yang langsung memeluk kelima temannya
itu. Silvi ikut memeluk mereka. “Hei.. hei... nostalgianya nanti saja. Para
zombie semakin banyak” ujar Yusuf mengingatkan teman-temannya. “Yusuf,
minggir!” ujar Yessi keras ketika menyadari ada api yang entah darimana asalnya
sedang merambat pada bensin yang berceceran di dekat bus. “Ayo lari!!!” teriak
Rima keras. Kedelapan anak itu berlari menjauh dari bus, mereka berlari sekuat
tenaga dan Jduaaar!!! Bus itu meledak dengan dhasyat sehingga membuat anak-anak
itu terpental jatuh ke jalanan. “Aaaah...” ghaida kesulitan berdiri. Ia melihat
sekeliling, para zombie benar-benar mengepung mereka. “Aaaahhh... Pergi!!
Kalian pergi!!” teriak Yusuf keras sambil menghantam para zombie yang mendekat.
Silvi dan yang lainnya akhirnya bangkit dan ikut menghajar para zombie tapi
para zombie yang lain terus bermunculan dan mengepung mereka. “Terlalu banyak”
ujar Ifah ketakutan. “Aku belum mau mati..” Iqma menangis keras. Drrrnnn...
Drrrnnn.. tiba-tiba terdengar suara motor tak jauh dari mereka. Yusuf dan
lainnya menoleh ke arah sumber suara dan Jdaag!! Jdaag!! Tampak 2 buah motor
dan sepeda yang menabraki para zombie yang mengepung Rima dan kawan-kawan.
“Kalian baik-baik saja?” ujar pengendara motor itu sambil terus memukulkan
balok kayu di tangannya pada para zombie. “Kalian..” ujar Yusuf tak percaya.
Gallant, Toni, Mey, Tanti, dan Aji muncul menolong Yusuf dan kawan-kawan.
“Awasss!!!” teriak Yessi memperingatkan ketika para zombie hendak menghadang
motor mereka dan terlambat, Gallant dan Toni terjatuh dari motor, Tanti dan Mey
terjatuh cukup jauh. Yessi dan Suci segera menghampiri Mey dan Tanti. “kalian
baik-baik saja?” ujar Suci pada kedua temannya itu. “Ya” Tanti dan Mey segera
berdiri. Gallant dan Toni akhirnya bergabung dengan Yusuf dan yang lainnya
untuk melawan para zombie tanpa kendaraan. Aji meninggalkan sepedanya dan ikut
bertarung di jalanan. “Aku tak menyangka... Kalian muncul dengan tiba-tiba..
Ifah dan yang lain, lalu kamu dan yang lain juga... Tapi yang paling membuatku
senang adalah bisa bertemu dengan kalian lagi” ujar Yusuf pada Toni. “Heh, kau
kira aku sudah mati, ya?” ujar Toni tersenyum. “Yusuf, ini terlalu banyak. Kita
tak boleh berdiam disini. Teman-teman, ayo bergerak!!” ujar Gallant mengomando
teman-teman yang lain. Mereka pun bergabung dengan Tanti dan yang lain lalu
berlari memasuki alun-alun simpang lima. “Sudahkah kalian tahu kalau para
zombie itu hanya bisa mendengar?” tanya Aji pada teman-temannya dan semuanya
mengangguk cepat. “Lalu kenapa bisa terjadi kekacauan seperti ini, harusnya kan
kalian bisa lebih berhati-hati” ujar aji lagi. “Tadi ada insiden, jadi seperti
ini” jawab Yusuf singkat. “Gawat” ujar Suci tak percaya. Di depan mereka pun
menghadang zombie-zombie, bukan hanya itu, tapi di segala arah hanya ada
zombie. “Bagaimana ini?” ujar tanti ketakutan. “Aah, sial” ujar gallant tak
percaya mereka akan terkepung.
“Hpku mati” ujar Rina sambil memandangi
Hpnya. “Hpku juga” ujar fina sambil bersandar di bahu Rina. “Nanang, sebenarnya
kita mau kemana?” ujar hana sambil mendekati Nanang. “Sebentar lagi sampai kok,
kurasa ini tempat yang paling cocok untuk kita jadikan tempat persembunyian”
jawab Nanang pelan. Hana memandang keadaan luar dari jendela, gelap tapi tampak
sebuah bangunan bercahaya yang ada di dekat mereka, bangunan itu makin lama
makin nampak jelas di mata Hana dan Bus pun berhenti. Nanang beranjak dari
kursi kemudinya kemudian menyuruh teman-temannya untuk melihat ke luar melalui
kaca. “Kita akan disini untuk sementara. Kuharap ini bisa menjadi tempat yang
aman selama beberapa hari ke depan, Masjid Agung Jawa Tengah” ujar Nanang
mantap.
Jdaag!! Jdaag!! Gallant dan yang lain terus
berusaha melawan para zombie tetapi makin lama mereka semakin terkepung, lingkaran
yang mereka buat untuk saling melindungi semakin lama semakin kecil.
“Teman-teman, aku ada ide. Ayo kita serang satu celah para zombie ini
bersama-sama agar kita bisa keluar dari kepungan mereka” ujar Rima keras. “Ayo
kita coba” Silvi sependapat. Ketiga belas anak itu pun mencoba menyerang sisi
menuju Mall Ciputra bersama-sama, mereka masih membentuk lingkaran tapi kali
ini mereka berlari dan Jdaag!! Jdaag!! Mereka berhasil menerobos dan membuat
celah. “Aaaagghhh!!” Mey terpeleset dan jatuh. “Mey!!” Yessi hendak menariknya
tapi terlambat, kaki Mey ditarik oleh para zombie dan seketika Mey dikerubungi
oleh para zombie. “Tidak!!!” teriak Ghaida keras. “Ayo pergi, kita tak bisa
menyelamatkannya” ujar Gallant mengajak teman-temannya untuk terus berlari. “Astaga...”
Toni terpana melihat apa yang ada di depan mereka. Lebih banyak zombie yang
meghadang mereka di depan mall ciputra. “Teman-teman, kita benar-benar telah
sukses menjadi mangsa mereka” ujar Toni mulai putus asa. “Ambil motor-motor
yang berserakan di jalan” ujar Gallant cepat. “Tidak cukup waktu dan belum
tentu motor-motor yang kita coba kendarai bisa berfungsi” ujar Iqma
kebingungan. “Kita harus terus bergerak” ujar Rima yang memandang ke belakang,
tampak para zombie yang sebelumya mengepung mereka kini kembali berusaha
mengepung mereka lagi. “Mey??” ujar Ghaida tak percaya melihat zombie mey yang
berjalan diantara para zombie. “Infeksi zombie itu ternyata kuat sekali, Mey
langsung berubah menjadi zombie” ujar Ifah sadar. “Sepertinya begitu virus itu
masuk ke aliran darah, seketika gen manusia itu pun langsung berubah” ujar
Gallant pelan. “Itu menjelaskan kenapa Tika secepat itu berubah menjadi zombie”
ujar Yusuf tiba-tiba teringat. “Sudah jangan membahas hal itu, kita sekarang
berada di tengah-tengah para zombie yang haus daging dan darah, tahu!!” ujar
Tanti mengingatkan teman-temannya. “Tujuan kita adalah Mall Ciputra. Sudah tinggal
sebentar lagi, tinggal melewati paruh akhir alun-alun simpang lima ini dan
menyeberang jalan. Ayo teman-teman, kita pasti bisa!!!” teriak Yusuf
menyemangati teman-temannya. “Ya, memang tak ada cara lain lagi selain melawan
para zombie ini” Yessi menelan ludah, bersiap dengan balok kayu di tangannya.
“Serang makhluk-makhluk jelek ini!!” teriak Rima lantang. Akhirnya kedua belas
anak itupun menyerang para zombie di hadapan mereka. Kedua belas anak itu bahu
membahu menghancurkan kepala para zombie dan terus bergerak untuk keluar dari
alun-alun dan mencapai Mall Ciputra. Jdaag!! Jdaag!! Semakin lama mereka
semakin terkepung tapi Gallant dan yang lain terus menghantam para zombie itu
dengan sekuat tenaga. “aaahhh...” para zombie itu menarik pakaian Gallant dan
yang lain tapi mereka terus saling melindungi agar tak satupun anak lagi yang menjadi
korban. “Aaarrrggghh..” Aji berteriak keras ketika tangannya tertarik oleh para
zombie dan tergigit. “Tidaak!!!” Rima berteriak ketika ia dikepung oleh para
zombie dan segera menjadi santapan. Tiba-tiba kepala Yusuf pusing, ia tak
percaya Aji dan rima baru saja menjadi korban para zombie itu, sambil terus
memukul tanpa arah, Yusuf memandangi teman-temannya yang masih gigih berjuang
untuk bertahan hidup. Ia melihat Ghaida, Ifah, dan Iqma yang menangis tapi
tetap berusaha saling melindungi. Tanti dan Toni yang bahu membahu terus
mencari celah untuk keluar, dan Gallant yang gigih melindungi Suci, Yessi,
Silvi yang nampak kelelahan. Yusuf terduduk di tengah-tengah teman-temannya
yang masih bertarung, samar-samar ia melihat tubuh Aji dan Rima yang terkoyak
dan hancur hingga tak mungkin untuk bangkit menjadi zombie. Tanpa sadar Yusuf menitikkan
air matanya. Tangannya gemetar melepaskan ranselnya. Ia membuka ranselnya
pelan-pelan, mencari-cari sesuatu di dalamnya kemudian ia menemukan pemantik
api. Untuk apa pemantik api, Yusuf tertawa getir, ia kembali merogoh isi tas
besarnya dan menemukan...”Kembang api?” ujar Yusuf pelan. “Yusuf, kau sedang
apa? Aku tak bisa mlindungimu kalau kau terus diam di tempat seperti itu!!
Bangkitlah!!” teriak Gallant tak mengerti. Yusuf pun bangkit sambil memegang
kembang api, kembang api yang ada di tangannya adalah kembang api besar yang
bisa melemparkan apinya ke langit. “Teman-teman..” ujar yusuf tiba-tiba
tersenyum. Ia kemudian memasang kembang api itu di tanah dan memberi api pada
sumbunya. “Yusuf...” teman-temannya yang lain segera memandangi Yusuf.
“Bukankah malam ini malam tahun baru?” ujar Yusuf keras. “Kalaupun kita mati,
setidaknya kita tak boleh melewatkan perayaan pergantian tahun ini!” Yusuf
memandangi teman-temannya dan Jddaaarrr!!! Jdddaaarrr!!! Kembang api meluncur
ke atas dan meledak di langit. Seketika warna langit yang gelap berubah menjadi
warna-warni, terang benderang. Para zombie pun mengalihkan perhatian pada
kembang api di atas mereka. Suasana tiba-tiba menjadi ramai karena kebisingan
kemeriahan kembang api yang dipasang Yusuf. Teman-temannya yang lain tanpa sadar
juga memandangi langit tapi Yusuf segera memberi isyarat pada mereka untuk
segera pergi. Yusuf dan yang lainnya berjalan pelan menghindari para zombie,
menjaga agar tidak bersentuhan ataupun bersuara. Para zombie yang masih larut
dalam kebisingan kembang api tak sadar bahwa mangsa mereka sedang melarikan
diri. Dengan dada berguncang, ketegangan hebat dirasakan oleh Gallant dan yang
lain yang mengikuti Yusuf untuk melarikan diri dari kepungan para zombie. yusuf
menelan ludah karena saking tegangnya dan akhirnya mereka berhasil melewati
para zombie itu. “Berhasil” ujar Yusuf yang akhirnya berlari diikuti oleh
teman-temannya yang lain. Kesepuluh anak itu pun menyeberang jalan begitu
keluar dari alun-alun simpang lima. Mereka akhirnya tiba di Mall Ciputra.
“Hosh... Hosh...” Mereka berlari kencang hingga akhirnya sampai ke pintu masuk.
Pintu depan Mall tertutup oleh kayu, mereka kemudian mencari jalan lain. Mereka
memasuki tempat parkir Mall Ciputra dan masuk dari sana melalui lift. Begitu
lift terbuka, mereka berhasil masuk ke dalam Mall. “Akhirnya...” ujar Silvi tak
percaya. Pemandangan di dalam Mall benar-benar di luar ekspektasi mereka.
Kesepuluh anak itu terpana melihat pemandangan dalam Mall. “Ya tuhan, nyatakah
yang kulihat ini?” ujar Suci tak percaya. Mall Ciputra ternyata menjadi tempat
pengungsian. Banyak sekali orang-orang di dalamnya, mereka beristirahat dan
saling membantu satu sama lain. “Tak kusangka Mall ini menjadi shelter bagi
mereka yang masih bertahan hidup” ujar Yusuf takjub.
Angga berjalan paling depan diikuti
teman-temannya yang lain. Mereka tak percaya kalau kawasan Masjid Agung Jawa
Tengah benar-benar steril dari para zombie, lalu ketika mereka berada di pintu
masuk, tampak delapan orang penjaga dibalik pagar besi yang dipasang seadanya,
yang melingkar melindungi Masjid itu. Para penjaga itu tanpa bertanya apa-apa
langsung membukakan pintu besi dan Angga dan yang lainnya pun masuk. “Apa ada
yang terinfeksi diantara kalian?” tanya salah satu penjaga. “Tidak ada” jawa
Angga tegas. “Tapi maaf, kalian masih harus diperiksa” ujar penjaga itu pada
Angga dan teman-temannya yang lain. Para wanita dan laki-laki dipisah, mereka
diperiksa di ruang yang berbeda. Lalu bebrapa saat kemudian anak-anak ini
kembali bertemu, mereka saling memandang tak percaya. “Tak kusangka, akhirnya
kita menemukan tempat yang aman” ujar Fina terharu. “Dan di tempat suci ini
pula kita bisa berlindung. Subhanallah” ujar Heru tak percaya. “Aku sendiri
juga tak menyangka bahwa tempat ini akan seaman ini” Nanang memandangi
teman-temannya. “Setidaknya untuk beberapa saat ke depan kita bisa tinggal
disini” ujar Hana senang. Rina dan yang lainnya menghadap ke belakang, tampak
banyak orang yang tersenyum dan tertawa, mereka tampak gembira. “Kita beruntung
bisa mencapai shelter ini. Ternyata masjid ini berfungsi sebagai shelter” ujar
Rio gembira. Kesepuluh anak itu pun akhirnya berjalan bersama memasuki gedung
di sebelah Masjid, tempat mereka akan beristirahat tanpa tahu esok seperti apa,
kekacauan seperti apa dan masalah seperti apa yang akan menunggu mereka.
To be continued....
Note: Chapter kali ini berakhir dengan Happy
Ending. Semoga teman-teman menyukai alur perkembangan cerita kisah ini dan G
protes pada karakter yang selalu kumatiin tiap chapternya karena pada akhir
kisah ini nanti hanya akan tersisa beberapa anak saja. Ha9X... Terima kasih
atas apresiasinya dengan terus mengikuti kisah cerber ini. Setelah ini, kisah
akan memasuki babak utama dan musuh yang sebenarnya pun akan muncul...
Terima
kasih sudah membaca Cerber College of the Death ini. Kisah cerber sepanjang 12
chapter ini akan menemani liburan para pembaca selama kurang lebih beberapa
minggu ke depan. Tiap minggunya akan di update 2 buah cerber, sehingga para
pembaca yang penasaran dengan lanjutan kisahnya dapat mengetahui kapan update
kisah zombie thriller horror action ini. Kisah cerber ini terinspirasi oleh
manga High School of the Dead. Ya, dan memang pada dasarnya aku ingin membuat
sebuah cerber untuk teman-teman KEMPONG dengan mereka sendiri sebagai tokoh
utamanya. Karakterisasi yang ada di cerber bukan karakterisasi anak-anak
KEMPONG yang sesungguhnya, jadi jangan sampai terlarut dengan kisahnya, ya. Aku
dan White Prince mempersembahkan hadiah menarik bagi para pembaca yang berhasil
menebak dengan benar dan tepat siapa saja tokoh yang akan bertahan hidup hingga
cerber ini berakhir. Tebak 3 nama saja yang akan bertahan hidup di akhir kisah
cerber ini. Kirimkan tebakan kalian ke alamat email berikut ini: yusuf_luffy@ymail.com
Bagi para pengirim yang berhasil menjawab dengan benar, akan diundi lagi untuk
dipilih dua nama yang akan menjadi pemenang dan berkesempatan untuk menonton
film 3D bareng The Dark Knight dan White Prince. Ayo segera kirim nama yang
kalian jagokan, paling lambat tgl 20 Februari 2012. Pengumuman pemenang akan
diumumkan pada Rempongs on the Week edisi perdana Season 2. Baiklah kalau
begitu, terus ikuti kisah cerber ini ya. Salam dari The Dark Knight dan White
Prince untuk para pembaca. Selamat menikmati liburan... XOXO... See ya...
Jika
cobaan itu sepanjang sungai, maka seharusnya kesabaran itu seluas samudera.
Jika harapan itu seluas hamparan, seharusnya ikhtiar itu seluas langit yang
membentang. Jika pengorbanan sebesar bumi, seharusnya keikhlasan itu seluas
jagad raya. Semua itu agar kita tidak kecewa ketika asa kita tak sampai, agar
kita tak sedih ketika harapan kita tak tercapai.
0 komentar:
Posting Komentar