Cerita
ini hanya fiksi. Kesamaan nama orang dan tempat hanya kebetulan belaka.
Kisah
dalam Cerber ini kupersembahkan untuk Teman-teman KEMPONG
Chapter 6
Chaos Begin!!
(Prologue)
“Muslim...
Apa itu?” ujar Yusuf sambil memandangi Helikopter yang mendarat di lapangan
Patemon sambil melajukan motornya pelan-pelan. Chiiit... Yusuf akhirnya
berhenti sejenak. “Lihat di atas Suf, ada helikopter lain yang hendak turun
juga” ujar Muslim sambil menunjuk ke atas. “Wow, lambang S di badan
helikopternya keren sekali, ya” ujar Yusuf terkesima. “Eh, Suf, itu apa?”
Muslim menunjuk kampung di dekat mereka yang penuh asap putih. “Mungkin lagi
ada pembasmian nyamuk kali” ujar yusuf sambil tertawa. “Ya sudah Suf, ayo
buruan ke es jus, kita udah janjian ma Faozan disana” ujar Muslim mengingatkan
Yusuf. “Oh iya, gara-gara terkesima dengan helikopter berlambang S itu aku jadi
lupa” Yusuf akhirnya menghidupkan lagi mesinnya dan keduanya meninggalkan
Patemon.
“Wah,
besok sudah tahun baru? Nanti malam mau kemana, Rio?” ujar Rina mengawali
pembicaraan. “Di UNNES aja” ujar Rio pelan sambil tersenyum. Pagi itu di Gazebo
B8 sebagian besar anak BSI sibuk mengerjakan tugas akhir, mereka hotspotan dan
sibuk mengetik, mengerjakan tugas-tugas akhir semester 5 yang begitu banyaknya.
Nanang melihat jam di Hpnya yang menunjukkan pukul 8 pagi. Ia masih ngantuk
karena semalam begadang sehabis menonton pementasan drama Teropong milik anak
Sastra. “Nanang, Dasmetmu aspeknya apa?” tanya Hana sambil duduk menyebelahi
Nanang. “Aku Menulis” jawab Nanang singkat. “Ah, kenapa banyak sekali yang
Menulis? Aku nyari referensi Berbicara kok sedikit banget ya?” ujar Hana G
habis pikir. Desti berjalan pelan dengan
wajah gembira ke arah mereka. “Hana, Nanang... Sudah dapat tanda tangan dosen
pembimbing belum?” tanya Desti sumringah. “Sudah dong, aku kan anak yang rajin”
jawab Hana dengan wajah imut. “Aku belum” ujar Nanang segera. “Segera cari
tanda tangan, Nang... Ni aku baru dapat, langsung dari dua dosen. Ha9X” Desti
tertawa senang. “Ayo Nang, aku juga belum dapat” ajak Rio tiba-tiba, yang
ternyata mendengar percakapan Nanang, Desti dan Hana. “Ke jurusan?” tanya
Nanang yang sejenak mengalihkan pandangan dari laptopnya. “Iya, ni sama Rina
juga” ajak Rio lagi. “Ya, baiklah. Sebentar” ujar Nanang cepat sambil mematikan
laptopnya. Nanang, Rio dan Rina akhirnya berjalan meninggalkan Gazebo B8 dan
menuju kantor jurusan BSI. Aji smile tiba-tiba muncul selepas ketiganya pergi,
duduk di sebelah Hana. “Pada ngerjain apa, nih? Ramai banget Gazebonya, isinya
anak semester 5 semua” ujar Aji smile pelan. “Ya pada ngerjain macam-macam. Lha
kamu sendiri disini ngapain?” tanya Hana balik. “Nih, mau minta tanda tangan
dosen” ujar Aji smile sambil menunjukkan dua lembar kertas. “Wah, tadi barusan
yang lain pergi ke jurusan. Kamu segera kesana gi, biar bisa minta tanda tangan
bareng-banreng” ujar Desti memberitahu. “Benarkah?” Aji smile segera menoleh ke
arah B1, tampak Nanang, Rio dan Rina masih berjalan menuju jurusan. “Aku kesana
dulu, ya” ujar Aji smile sambil beranjak pergi.
“Aaaaah,
aku galau!!!!!” ujar Iqma sambil menarik-narik rambutnya. “Aku juga galau!!!!”
ujar Siwi tak mau kalah. Dua anak cewek rempong ini bersama Fina lagi makan
bersama di pak Bin. Mereka saling berkeluh kesah tentang apa yang mereka
galaukan. “Siwi? Iqma?” ujar Suci tiba-tiba menghampiri mereka sambil membawa
piring berisi makanan. “Sendirian, Ci?” ujar Siwi pelan. “Iya, sendirian.
Kalian sudah selesai sarapan?” ujar Suci sambil duduk di sebelah mereka. “Iya,
kami sudah selesai daritadi” ujar Siwi sambil melirik piring di depannya yang
kosong. Tak jauh dari ketiga cewek itu, ada Heru dan Gallant yang juga lagi
sarapan. “Gallant, kapan pulang ke Banjar?” ujar Heru sambil makan. “Aku enggak
pulang Her, nanti nunggu setelah Yudisium sekalian” jawab Gallant dengan mata
sayu. “Masih banyak order, ya?” tebak Heru. “Iya, begitulah” jawab Gallant
sambil meminum es tehnya.
“Pagi-pagi
kok sudah minum es jus sih, Suf?” tanya Yessi yang habis sarapan dari warung di
kosnya. “Lho, aku kan sangang” ujar Yusuf tertawa. “Yusuf dari kemarin pengen
minum jus jambu, baru kesampaian sekarang” beritahu Muslim yang duduk di
sebelah Yusuf. Faozan tiba-tiba muncul dengan motornya, memarkirnya dengan
cepat di depan penjual es jus. “Gimana, aku sudah dipesenke?” tanya Faozan
sambil mendekati Yusuf dan Muslim. “Sudah. Lalu gimana, sudah fotokopi?” tanya
Muslim sambil mendekati Faozan. “Nih, milikmu yang ini, milikku yang ini. Nih
suf, punyamu... Thanks ya, referensimu banyak banget yang bisa kufotokopi” ujar
Faozan pelan. “Wah, kalian rajin sekali” ujar yessi tertawa. “Wah, kebetulan
sekali semuanya ngumpul disini” ujar Silvi yang tiba-tiba muncul bersama Tiwi
dan Tika. “Kalian darimana?” tanya Yessi pelan. “Ni kami habis dari Gazebo B8,
Tiwi dan Tika belum sarapan, jadi kami mau sarapan dulu. Kalian ikut, G?”
beritahu Silvi. “Aku baru saja sarapan. Tuh mereka bertiga ditawari coba” ujar
Yessi menunjuk Yusuf, Muslim dan Faozan. “Kami habis makan juga” beritahu
Muslim cepat. “Ya sudah, ayo kita segera makan” ujar Tika berjalan mendahului
Silvi lalu masuk ke warung di sebelah penjual es jus.
“Handoko,
pinjam referensimu. Aku mau lihat” ujar Alim sambil duduk di sebelah Handoko.
“Ini” Handoko segera mengeluarkan referensi yang ia punya dari dalam tasnya. “Wah,
kalian berdua rajin sekali pagi-pagi begini sudah ada di perpus” Tanti dan Toni
baru saja memasuki perpus dan menyapa keduanya. “Wah, tumben kalian berdua di
perpus” ujar Handoko tertawa. “Ya iya dong, meskipun sibuk organisasi, kami kan
G lupa ma kuliah” Tony tertawa. “Ton, mana laptopmu, akan kuisi bateraninya”
ujar Tanti yang ternyata sudah duduk di kursi dekat stop kontak. “Hah,
jangan-jangan kalian ke perpus Cuma untuk mencari stop kontak saja” ujar
Handoko curiga. “Ha9X” Toni hanya tertawa mendengar kata-kata Handoko. Bruuk...
“Aduduh...” tiba-tiba seseorang di dekat mereka baru saja menjatuhkan
skripsi-skripsi yang ia bawa. “Hati-hati dong, makanya jangan bawa
banyak-banyak” ujar Inggar sambil membantu Fajar menumpuk skripsi yang jatuh.
“Aku kekurangan banyak referensi” ujar Fajar tampak bingung. “Makanya kalau
ngerjain tugas dicicil dong” ujar Inggar akhirnya selesai menumpuk kembali
skripsi yang jatuh. “Ah, kamu juga sama saja kan, masih belum selesai,
Dasmetnya?” ujar Fajar pelan. “Hei kalian berdua, jangan ramai, ini perpus”
ujar Handoko tiba-tiba. “Kamu ini bukannya bantu malah sok-sok’an bilang
begitu” ujar Inggar sewot. “Hei kalian, jangan ribut!” ujar penjaga perpus pada
anak-anak rempong itu. Alim tertawa melihat teman-temannya dimarahi penjaga perpus.
Aji,
Vian dan Angga duduk manis di depan kos Pesona Mandiri sambil makan bubur.
“Hangatnya...” ujar Aji begitu menikmati. “Di rumahku, G ada penjual bubur
keliling seperti di UNNES. Kalau sudah liburan, aku pasti akan merindukan
UNNES” ujar Vian sambil makan dengan lahap. “Eh tunggu dulu” ujar Angga
tiba-tiba berwajah rempong, mendelik ke arah Vian. “Tadi malam kamu juga nginep
disini?” ujar Angga cepat. Vian mengangguk cepat. “Tadi malam aku tidur di
kamarnya Aji” beritahu Vian. “Kyaaa... Kyaaaa....” tiba-tiba terdengar teriakan
keras. “Suara apa itu?” ujar Aji terkejut. “Arahnya darisana” Angga segera
berlari ke depan kos dan melihat ke arah sumber suara berasal.
“Yes,
akhirnya dapat tanda tangan juga” ujar Rio senang. Rio, Aji smile, Nanang dan
Rina berhasil mendapatkan tanda tangan dari dua dosen pembimbing. “Hei, ada
berita menarik” ujar Rina pelan. Ia mengambil koran di atas meja dekat ruangan
mbak Puji. “Itu kalau mau dibaca diluar saja, jangan disini, menghalangi jalan”
ujar Pak Kuat tiba-tiba. “Iya, pak” Rina dan yang lain segera keluar dari
jurusan dan duduk di kursi panjang. “Headline beritanya menarik Tapi.... Oh,
ini koran kemarin, ya?” ujar Rina sambil membaca Headline berita di koran
tersebut. “Poseidon mendarat di pelabuhan Tanjung Emas” ujar Rio membaca
keras-keras isi berita. “Wah, kapal dari Amerika ini berarti mendarat tadi
malam ya?” Rina menyimpulkan. “Wah, dari gambarnya, kapal ini mewah sekali...”
Aji smile takjub melihat kemegahan kapal Poseidon meski hanya dari gambar.
“Bakalan keren ya, kalau bisa menaiki kapal sekeren ini” ujar Nanang berharap.
“Hahahaha... Mimpi” Rio menertawai kata-kata Nanang. “Eh, ada berita lain lagi”
Rina menunjuk artikel lainnya yang berjudul, “Syndicate, sebuah organisasi
teroris di balik kekacauan di dunia” “Wow, ini beneran?” ujar Nanang tak
percaya dengan yang dibacanya. Rio dan Aji smile ikut membaca berita tersebut.
“Jadi organisasi ini lah dalang sebenarnya di balik beberapa kekacauan yang ada
di dunia?” ujar Rina menggeleng-gelengkan kepala. “Lambangnya S ya?” Rio
mencoba membaca lagi berita tersebut. “Tapi motif dari organisasi teroris ini
masih belum diketahui, tapi disini disebutkan kalau anggota organisasi ini
terdiri dari berbagai macam ras, suku dan agama di seluruh penjuru dunia. Ini
menjelaskan kenapa organisasi ini bisa mengacau di seluruh dunia, oia tapi aku
heran, kenapa bukan berita ini ya yang jadi halaman utamanya?” ujar Aji smile
takjub dengan organisasi teroris tersebut. “Sepertinya berita ini belum pasti,
tapi sumber berita ini adalah ketika berhasil ditangkapnya beberapa anggota
teroris ini di Amerika kemarin. Berarti berita ini masih hangat-hangatnya dan
mungkin siang nanti baru akan jadi Headline di banyak media, khususnya internet,
pati ini akan segera jadi trending topic” ujar Rio berpendapat. “Ya, semoga
negara kita tidak menjadi incaran organisasi teroris ini” ujar Rina berdoa.
“Ya, semoga saja, tapi kalau organisasi ini sudah dikonfirmasi keberadaannya oleh
pemerintah di seluruh dunia, maka organisasi ini praktis akan menjadi
organisasi paling berbahaya yang pernah ada” ujar Nanang menelan ludah. “Kyaaaa....”
tiba-tiba terdengar sesuatu dari arah gazebo B8. “Suara apa itu?” ujar Aji
smile terkejut.
Ciiit...
Ciiit.... Beberapa motor berhenti mendadak karena ada orang aneh yang berjalan
terhuyung-huyung di tengah jalan. Matanya merah, tubuhnya berlumuran darah.
“Astaga, ada apa dengan orang itu?” ujar Yusuf terkejut. “Apa dia orang gila?
Tapi kenapa tidak ada yang menolongnya?” Faozan terpana melihat orang aneh
berlumuran darah itu. “Ayo kita tolong” Muslim segera berlari mendekati orang
aneh itu. “Ada apa?” Tika, Tiwi, Yessi dan Silvi segera keluar dari warung
makan. “Iiih, aku takut” Tika bersembunyi dibalik tubuh Faozan. “Pak, anda
tidak apa-apa?” Muslim mencoba menanyai bapak-bapak berlumuran darah itu.
Beberapa kendaraan berhenti dan melihat saja. “Hei kalian!! Kenapa tidak ada
yang berani mendekat?? Bapak ini perlu bantuan!” Yusuf segera berlari
menghampiri Muslim sambil memandangi semua orang di sekelilingnya. “Yusuf!
Muslim! Pergi dari situ! Bapak itu aneh sekali. Dia tampak berbahaya!” teriak
Faozan tiba-tiba. Bapak-bapak aneh berlumuran darah itu mendelik ke arah Muslim
lalu....
“Haah...
Apa yang terjadi?” ujar Angga ketakutan. Pemandangan di depannya begitu
mengerikan. Banyak orang berlarian dikejar oleh orang-orang berlumuran darah
dengan penampilan yang menyeramkan, ada yang kepalanya krowak, lengannya putus,
dan kakinya putus. “Tolong!!!!” Ghaida, Rumiana, Mey, Rima, dan Fanny berlari
ke arah Angga. “Ada apa ini?” tanya Angga kebingungan. “Zombie Ngga...
Zombie... Ayo lari!!!” teriak Fanny ketakutan. Angga tak percaya dengan Zombie
tapi kini ia melihatnya sendiri, di depan matanya. Aji dan Vian segera menarik
lengan Angga. “Ayo masuk ke kos!! Kita sembunyi di dalam! Ajak Aji berwajah
pucat. Anak-anak itu segera masuk ke kos Pesona Mandiri dan menguncinya
rapat-rapat. “Sebenarnya apa yang terjadi? Ceritakan!” Teriak Angga pada
teman-temannya yang masih nampak ketakutan. Jduag... Jdug... Tiba-tiba
terdengar pintu kos digedor-gedor dengan kuat. “Ceritanya nanti saja” Fanny
segera mengambil kursi dan meletakkannya dibalik pintu. “Kalian lihat apa? Ayo
bantu aku!” teriak Fanny keras.
“Ada apa? Apa yang terjadi?” Nanang
menghampiri kerumunan di gazebo B8. Tampak seorang cewek yang kesakitan,
memegangi bahunya yang penuh darah. “Dia kenapa?” tanya Rio pada Desti.
“Tiba-tiba dia muncul dan terjatuh disini, ternyata lengannya terluka. Dia
terus berkata, ada orang aneh... ada orang aneh... tapi sekarang dia terus
berguling-guling seperti itu. Hana yang tampak ketakutan keluar dari kerumunan
dan melihat sesuatu. “Semuanya, Lihat!!” teriak Hana keras. Tampak gerombolan
orang berjalan terhuyung-huyung, berlumuran darah dengan organ tubuh keluar dan
beberapa bagian tubuhnya putus. “Kya...” tiba-tiba terdengar jeritan, cewek
yang kesakitan itu tiba-tiba mulai menggigiti orang-orang di sekitarnya. “Ah,
apa ini?” Rina terkejut melihat apa yang terjadi di hadapannya. “Ayo lari!” Rio
segera menarik lengan Rina. “Apa ini yang disebut dengan... Zombie?” tubuh Aji
smile bergetar hebat. Seketika semua orang di Gazebo B8 menyebar, berlari ke
segala arah, menyelamatkan diri. “Teman-teman... di sebelah sana!!!” Desti
menunjuk bus UNNES yang terparkir dengan pintu terbuka, banyak anak UNNES yang
segera bersembunyi disana. Nanang, Desti, Hana, Rina, Aji smile dan Rio segera
memasuki bus UNNES. Jdag! Tepat pada waktunya ketika mereka naik, pintu bus
langsung ditutup. “Tolong buka pintunya!” tiba-tiba terdengar suara di pintu
belakang bus. “Ifah?” Hana terkejut melihat Ifah bersama beberapa orang yang
lain masih belum menaiki bus, menggedor-gedor pintu bus berharap dibukakan
pintunya. “Hei, bukakan pintunya!” pinta Hana pada seorang laki-laki yang
menjaga pintu bus. “Tapi...?” “Buka” Hana segera membuka pintu belakang bus dan
memabntu orang-orang di luar untuk masuk ke dalam bus. “Terima kasih, Hana”
ujar Ifah sambil naik ke bus. “Hana, tutup kembali. Mereka datang!” teriak
Desti memperingatkan.
“Kyaaaa!!!!” Inggar berteriak ketika melihat
orang-orang aneh berlumuran darah mendekatinya. Secara reflek dia menendangi
mereka. “Hah... Apa ini?” Toni dan Tanti segera keluar dari perpus. “Awas!!!”
Inggar menendang para zombie yang berusaha menyerang Toni dan Tanti. “Ayo kita
keluar!!!” teriak Alim pada seisi perpus. Handoko terpana melihat pemandangan
di luar, dari lantai 2 ia melihat kekacauan yang terjadi, brutal dan penuh
darah. “Zombie...” ujar Handoko tak percaya. “Awas!!” Tony menarik lengan Tanti
ketika beberapa zombie hendak menyerangnya. “Ayo kita cari tempat aman...” ajak
Inggar. Kita tak boleh terjebak dalam gedung ini!” ujar Inggar sambil
melindungi orang-orang disekitarnya. “Ada apa ini, apa yang terjadi? Kenapa
gaduh sekali suaranya?” ujar Fajar yang baru saja keluar dari perpus. “Aku
tidak tahu apa yang terjadi, tapi ini benar-benar nyata. Kekacauan di depan
kita ini... nyata adanya” ujar Toni menelan ludah.
Gallant, Heru, Suci, Siwi, Iqma dan Fina
terkejut melihat pemandangan di depan mereka. “Apa ini?” Fina mual, tak percaya
dengan kekacauan di depannya. “Ayo lari!!!” Teriak Gallant keras. Keenam anak
itu segera berlari menghindari zombie disekitar mereka. “Aaahhh... aku
takut!!!” Siwi berteriak ketakutan. “Para zombie itu tak bisa berlari, mereka
hanya bisa berjalan terhuyung-huyung seperti itu” beritahu Gallant keras. “Tapi
kalau kita sampai tertangkap...” Heru menelan ludah.
“Kyaa...” tiba-tiba bapak-bapak aneh itu
menggigit lengan Muslim. Yusuf segera menarik Muslim menjauh dari bapak-bapak
itu. “Aaah...” Muslim berteriak kesakitan, darah mengucur hebat dari lengannya.
“Muslim, kamu baik-baik saja?” “Kyaaa... Kyaa...” tiba-tiba terdengar teriakan
dari segala penjuru arah. “Zombie..” Yusuf terpana melihat kerumunan orang
berlarian menghindari gerombolan orang penuh darah. “Bapak-bapak itu tadi
adalah zombie” ujar Yusuf sadar. Graaaooo... Bapak-bapak yang menggigit Muslim
itu berjalan ke arah mereka. “Kyaaa...” Yessi ketakutan dan tanpa sadar
melemparkan pisau dari meja penjual es jus ke tubuh bapak-bapak itu dan
bapak-bapak itu tak merasakan apa-apa, ia masih terus berjalan. “Zombie hanya
bisa dikalahkan dengan dihancurkan kepalanya!” ujar Yusuf keras sambil melempar
blender ke arah kepala bapak-bapak itu. “Ayo kita lari, zombie-zombie itu semakin
mendekat” teriak Tika panik. “Teman-teman... Tinggalkan saja aku, aku baik-baik
saja” Muslim mencoba tersenyum sambil menahan rasa sakitnya. “Tidak!!! Kami tak
akan meinggalkanmu!” Faozan segera menggendong Muslim di punggungnya.
“Faozan...” ujar Yusuf pelan sambil menggeleng-gelengkan kepala dengan wajah
cemas. “Aku tidak bisa meninggalkan Muslim dengan keadaan seperti ini!” teriak
Faozan keras. “Sudah jangan bertengkar, ayo kita segera lari dari sini” ajak
Silvi ketakutan.
“Aku tidak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba
kekacauan ini langsung terjadi, begitu aku keluar kos seperti kalian, sudah
seperti itu” beritahu Rumiana. “Iya, aku juga seperti itu” ujar Mey masih
merinding ketakutan. “lalu apa yang harus kita lakukan?” Ghaida ketakutan.
Jduag!! Pintu depan kos terbuka, para zombie segera masuk. “Teman-teman... naik
ke lantai dua!” ajak aji menuntun teman-temannya. Angga segera menutup pintu
ruangan lantai dua setelah semuanya masuk ke dalam. Jduag!! Sekali lagi, para
zombie berusaha memasuki ruangan. “Astaga” Vian menelan ludah melihat kekacauan
di gang Kantil dari lantai dua. “Ini benar-benar mengerikan” Mey terkejut.
Jduag! Sekali lagi pintu ruangan berhasil terbuka. Para Zombie berhamburan
memasuki ruangan. “Kyaaa!!” Angga dan yang lain terdesak di balkon. “Naik ke
atap” teriak Aji keras. “Apa? Aku tidak bisa” ujar Ghaida tak berani. “Tidak
ada cara lain, ayo” Mey menarik Ghaida dan mereka pun berjalan di atap. Para
zombie itu mencoba meraih mereka. “Kita harus loncat!” teriak Angga nekat.
“Jangan takut!” Fanny meloncat terlebih dahulu. Ia jatuh di rerumputan. Satu
persatu temannya yang lain pun menyusul. “Lalu kita kemana?” ujar Rumiana
ketakutan. Sekeliling mereka benar-benar kacau. “Tak ada tempat aman” ujar
Ghaida putus asa. Beberapa zombie tiba-tiba kembali berjalan mendekati mereka.
“Kita tidak boleh berhenti bergerak, ayo lari!” teriak Vian keras.
“Faozan, turunkan saja aku...” ujar Muslim
merintih kesakitan. “Jangan bicara seperti itu!” Faozan tak memedulikan
kata-kata Muslim. “Yusuf, kita mau kemana?” ujar Tiwi kecape’an. “Entahlah, aku
sendiri bingung tapi kita tak boleh berhenti, kita harus terus berlari” ujar
Yusuf tampak kebingungan. Sekeliling mereka benar-benar kacau, para zombie
menggigiti orang-orang di sekitanya. Darah berceceran dimana-mana. “Muslim,
bertahanlah... Muslim!” teriak Faozan mengguncang-guncangkan Muslim di
punggungnya. “Kita lewat sini” Yusuf tiba-tiba punya ide. Ia mengajak Silvi dan
yang lain melewati jalan kalimasada. “Muslim!!!” teriak Faozan berkali-kali.
Yessi dan Tika menangis mendengar teriakan Faozan. Yusuf tiba-tiba menghentikan
langkahnya. Ia terpana melihat sesuatu, begitu juga dengan Silvi, Tiwi, Yessi
dan Tika. Kepala Muslim terangkat, matanya berubah merah. Faozan menoleh ke
arah Muslim dan “Faozan!!!” Tika berteriak dengan keras tapi terlambat, dengan
cepat Muslim menggigit leher Faozan. Faozan terjatuh tak berdaya.
“Aaaarrrrggghhhh...” Yusuf tanpa sadar mengambil kayu di dekatnya lalu
menghantamkannya ke tubuh Muslim hingga jatuh ke selokan. “Faozan!!” Silvi
berusaha berlari ke arah Faozan tapi Yessi mencegahnya. “Dia sudah tergigit”
ujar Yessi sambil menangis. Faozan memegang lehernya yang penuh darah. “Aku
akan jadi zombie juga?” ujar Faozan tak percaya. Zombie muslim kembali bangkit
dari selokan dan berjalan menuju Yusuf. “Awaaas!!!” teriak Tiwi ketakutan.
“Hyaaah!!” Yusuf menghancurkan kepala Muslim dengan kayu di tangannya. Faozan
terkejut melihatnya. “Yusuf!!! Apa yang kau lakukan??” Faozan mendorong tubuh
yusuf dan memukulinya. “Muslim itu teman kita! Kenapa kamu membunuhnya?” Faozan
memukuli Yusuf dengan penuh emosi. “Hentikan, Faozan! Hentikan!!” Silvi dan
Yessi segera menarik Faozan. “Sadarlah, Muslim tadi sudah menjadi zombie!!!
Tahukah kau, itu juga pasti berat bagi Yusuf!!” Yessi berteriak keras. Yusuf
bangkit dan menjambak-jambak rambutnya. “Yusuf sudah... kamu tidak salah
apa-apa..” Tika mendekati Yusuf. Faozan terduduk dan menangis. Ia tak berani
menoleh ke arah Muslim.
“Kita harus kemana? Apa yang harus kita
lakukan?” ujar Ghaida ketakutan. “Bertahanlah Ghaida” ujar Mey menguatkan.
“Kita ke ujung Gang Kantil, kita cari kendaraan yang bisa kita kendarai” ujar
Angga sambil terus berlari. “Kyaaaa!!!!” tiba-tiba kaki Ghaioda ditarik oleh
Zombie. “Tolooong!!!” teriak Ghaida ketakutan. “Dasar jelek! Pergi kau!” Fanny
menendang tangan zombie itu. Para zombie tiba-tiba berjalan mengarah ke mereka.
“Gawat, kita akan terkepung. Bagaimana ini?” ujar Rumiana panik. “Pergi!!
Pergi!!” Vian dan Aji mengambil balok kayu di dekat mereka dan memukulkannya
pada para zombie yang menghalangi jalan mereka. “Padahal masih belum lama saat
kekacauan di Gang Kantil ini berlangsung, tapi kekacauan ini menyebar dengan
cepat” ujar Rumiana merinding tak percaya. “Wabah zombie ini meyebar dengan
cepat” ujar Angga menelan ludah. “Dan pasti tidak Cuma di UNNES, mungkin di
bawah, bahkan di seluruh dunia juga sedang terjadi wabah zombie” duga Aji.
“Kyaaa!” tiba-tiba Fanny berteriak, kerudungnya ditarik oleh zombie-zombie di
dekatnya. “Kalian terus lari saja” ujar Fanny keras. “Kyaaaa...” Para zombie
segera mengerumuni Fanny dan menggigitinya. “Tidaaakkk!!!!” teriak Mey dan yang
lain. “Teman-teman, jangan berpaling. Kita tak bisa menolongnya! Kita harus
terus bergerak!!” teriak Aji keras. Ghaida muntah-muntah, ia lemas. “Ghaida,
kamu harus kuat!” Mey membantu Ghaida berjalan. “Aku tidak mau mati...” Ghaida
menangis keras. “Tidak, kita tidak akan mati” ujar Mey mencoba tersenyum. “Kita
sampai di ujung jalan” ujar Vian keras. Jduuuuaaarrr!!! Sebuah Truk baru saja
tergelincir tak jauh dari posisi mereka. “Ya tuhan...” Rumiana tak percaya
dengan pemandangan di depannya. Para pengendara motor menabraki para zombie dan
sebaliknya, para zombie juga dengan ganas memakan para korbannya yang berhasil
mereka jatuhkan dari kendaraannya. “Lihat!!” Aji berteriak keras ke arah
belakang mereka. Tampak zombie Fanny dengan tubuh terkoyak-koyak memandangi
mereka. “Kyaaaa!!!” Rumiana dan yang lain segera berlari. “Kalau kita sampai
tertangkap dan tergigit, kita pasti akan jadi seperti itu. Aku tidak mau!!”
teriak Ghaida keras.
Nanang melihat kekacauan dari balik kaca bus
UNNES, ia menelan ludah melihat darah yang berceceran dimana-mana. “Nanang, apa
ini yang disebut dengan... Hari kiamat?” ujar Rio dengan wajah pucat. Nanang
tak menjawab apa-apa, lalu ia berbisik pelan, “Mungkin ini hukuman dari Tuhan
atas semua dosa manusia”. Di ujung bus, Desti memegangi erat kalungnya. Ia
berdoa tanpa henti, di sebelahnya hana juga berdoa kepada Tuhan. Ifah sibuk
menghubungi orang tuanya tapi sejak tadi tak tersambung, ia begitu cemas. Rina
berhasil menelepon Fina yang ternyata sedang bersembunyi di Gang Kantil. Ia
memberitahu Fina untuk datang ke FBS saja agar Fina dan yang lain bisa
bersembunyi di dalam bus UNNES.
“Bagaimana?” tanya Gallant pelan. “Rina
menyuruh kita ke FBS, kita bisa bersembunyi di dalam bus UNNES. Bagaimana?” tanya
Fina pada teman-temannya. “Tapi di luar benar-benar kacau, aku tidak berani”
ujar Siwi ketakutan. Kini Fina dan yang lain bersembunyi di dalam kos Heru.
Mereka mengunci semua pintu dan jendela. “Tapi kurasa itu adalah resiko yang
sepadan karena bila kita bisa sampai di bus UNNES, kita benar-benar akan aman
disana karena bus UNNES juga bisa bergerak kemana-mana” beritahu Heru. “Tapi
aku tak berani!!” teriak Siwi lagi. “Aku juga tak mau meninggalkan tempat ini”
Iqma setuju dengan Siwi. “Kyaaa!!!” Suci berteriak keras ketika tiba-tiba
zombie muncul dari balik jendela dan “Chaaaar!!!” Zombie itu berhasil
memecahkan kaca. “Lari!!!” teriak Gallant keras. Jdug!! Pintu belakang kos Heru
berhasil dihancurkan oleh para zombie. “Tidak ada cara lain, kita harus keluar
dari sini, Siwi... Iqma...” ujar Fina meyakinkan dua sahabatnya. “Ayo...”
Gallant mengambil pemukul kasti dari dalam salah satu kamar. “Kalian sebaiknya
mengambil benda-benda yang bisa kalian gunakan untuk melindungi diri” ujar Heu
sambil mengambil raket di dekatnya. Suci dan yang lain segera mengambil sapu di
dekat mereka. “Siap ya, pintunya akan kubuka...” ujar Heru pada teman-temannya
yang lain. Draaak... Ia pun membuka pintu. Keenam anak itu segera keluar dari
tempat perlindungan mereka dan berlari menyusuri gang Kantil menuju FBS.
Para zombie kembali muncul dan mendekati Yusuf dan yang lainnya.
“Kyaaa...” Tika terkejut dan langsung berlari. “Tika, jangan berlari sendiri!”
Tiwi dan Silvi mengejar Tika. “Ayo lari!!” teriak Yessi pada Yusuf. “Aku sudah
membunuh Muslim..” Yusuf berwajah pucat. “Kamu tidak salah, Suf!!” teriak Yessi
keras, menggoncang-goncangkan tubuh Yusuf. Faozan tiba-tiba berdiri dan
mendekati mereka. “Bunuhlah aku... Aku tak ingin jadi zombie..” pinta Faozan
sambil menangis. “Tidak, Zan.. Tidak... Aku
tidak bisa” ujar Yusuf yang menyesali telah menghancurkan kepala Muslim.
“Dengarkan pernmintaanku, Suf!! Aku! Tidak Ingin! Menjadi Zombie!!!” teriak
Faozan keras. Para zombie semakin medekat tapi Yusuf, Yessi dan Faozan tak
segera lari. “Ayo, kalian berdua!” Yessi menarik lengan Yusuf dan Faozan,
mengajak keduanya berlari. “Silvi, Tiwi, Tika, dimana kalian?” teriak Yessi
keras. “Kami disini” ujar Silvi yang ternyata tak begitu jauh di depan mereka.
Tika menangis di pelukan Tiwi, Tika benar-benar ketakutan. “Yusuf! Bunuh aku!”
teriak Faozan keras. “Aku tidak mau! Kamu sekarang masih hidup! Kalau aku
membunuhmu sekarang, berarti aku adalah seorang pembunuh!!” teriak Yusuf tak
kalah keras. “Kalian berdua hentikan!!” Yessi berteriak. “Aaahhh...” tiba-tiba
Faozan terjatuh, tubuhnya kesakitan, ia menggelinjang hebat. “Cepat bunuh
aku!!!” teriak Faozan. Yusuf terdiam, tubuhnya gemetar. Silvi, Tika dan Tiwi
tak sanggup berbuat apa-apa, mereka menelan ludah. “Sebelum aku berubah jadi
zombie juga!!” teriak Faozan kesakitan. “Faozan!” Yusuf duduk disamping Faozan
dan menenangkannya. “Kamu pasti bisa bertahan. Kamu pasti bisa bertahan” ujar
Yusuf sesenggukan. “Yusuf, jangan!” Yessi segera menarik tubuh Yusuf menjauh
dari Faozan. “Cepat bunuh aku!!” teriak Faozan lagi. “Aku tidak bisa melumuri
tanganku dengan darah temanku lagi!!” teriak Yusuf tak berdaya. “Bunuh aku! Aku
tidak mau jadi MONSTER!!!” teriak Faozan keras. Yessi segera merebut balok kayu
dari tangan Yusuf dan berlari ke arah Faozan. “Aaaaaaaaaa!!” Jduag!! Yessi
menghancurkan kepala Faozan dengan sekali pentungan dengan balok kayunya.
To be continued....
Note: Akhirnya sampai juga di Prolog. Begini,
gaya penceritaanku itu biasanya memang seperti ini, jadi aku langsung masuk ke
konflik, sedangkan prolognya kumasukin di tengah, atau kadang malah akhir
karena aku suka menyimpan misteri di awal sehingga saat chapter pertama para
pembaca pasti kebingungan dengan alur cerita yang ada dan di tengah-tengah
cerita pasti penasaran informasi apa yang diketahui oleh beberapa karakternya
saja. Nah, maka dari itu aku memberi judul What The Hell Happen pada chapter
pertama karena para pembaca pasti berpikiran seperti itu ketika pertama kali
mengikuti kisah ini. Jadi, sejak awal chapter yang kutulis ya chapter 6 ini
agar aku G kesulitan lagi merangkai kisah dan misterinya. Nah, selanjutnya
pertempuran besar akan bergulir. Non stop action pokoknya. Terus ikuti
kisahnya, ya... n_n
Terima
kasih sudah membaca Cerber College of the Death ini. Kisah cerber sepanjang 12
chapter ini akan menemani liburan para pembaca selama kurang lebih beberapa
minggu ke depan. Tiap minggunya akan di update 2 buah cerber, sehingga para
pembaca yang penasaran dengan lanjutan kisahnya dapat mengetahui kapan update
kisah zombie thriller horror action ini. Kisah cerber ini terinspirasi oleh
manga High School of the Dead. Ya, dan memang pada dasarnya aku ingin membuat
sebuah cerber untuk teman-teman KEMPONG dengan mereka sendiri sebagai tokoh utamanya.
Karakterisasi yang ada di cerber bukan karakterisasi anak-anak KEMPONG yang
sesungguhnya, jadi jangan sampai terlarut dengan kisahnya, ya. Aku dan White
Prince mempersembahkan hadiah menarik bagi para pembaca yang berhasil menebak
dengan benar dan tepat siapa saja tokoh yang akan bertahan hidup hingga cerber
ini berakhir. Tebak 3 nama saja yang akan bertahan hidup di akhir kisah cerber
ini. Kirimkan tebakan kalian ke alamat email berikut ini: yusuf_luffy@ymail.com
Bagi para pengirim yang berhasil menjawab dengan benar, akan diundi lagi untuk
dipilih dua nama yang akan menjadi pemenang dan berkesempatan untuk menonton
film 3D bareng The Dark Knight dan White Prince. Ayo segera kirim nama yang
kalian jagokan, paling lambat tgl 20 Februari 2012. Pengumuman pemenang akan
diumumkan pada Rempongs on the Week edisi perdana Season 2. Baiklah kalau
begitu, terus ikuti kisah cerber ini ya. Salam dari The Dark Knight dan White
Prince untuk para pembaca. Selamat menikmati liburan... XOXO... See ya...
“Laksana
orang sakit yang meyakini bahwa bahagia hanya terletak pada kesehatan; laksana
orang miskin yang menyangka bahwa bahagia terletak pada harta kekayaan; laksana
rakyat jelata yang menyangka bahwa kebahagiaan terletak pada kekuasaan, dan
berbagai sangkaan lainnya. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa
itu dalam kalbumu...”
maen ke blogku jg...
BalasHapusfirefudh.blogspot.com