College of the Death

Cerita ini hanya fiksi. Kesamaan nama orang dan tempat hanya kebetulan belaka.
Kisah dalam Cerber ini kupersembahkan untuk Teman-teman KEMPONG

Chapter 1
What The Hell Happen??

            “Bunuh aku! Aku tidak mau jadi MONSTER!!!” teriak Faozan keras. Yessi segera merebut balok kayu dari tangan Yusuf dan berlari ke arah Faozan. “Aaaaaaaaaa!!” Jduag!! Yessi menghancurkan kepala Faozan dengan sekali pentungan dengan balok  kayunya. “Hosh... Hosh...” Yessi terduduk lemas, tak percaya dengan apa yang baru dilakukannya. Tiwi, Tika, dan Silvi tak sanggup melihat kejadian itu, mereka berpaling seolah tak melihat apa-apa. “Faozan... Faozan...” Balok kayu terlepas dari tangan Yessi, ia memandangi tangannya yang berlumuran darah. “Tidak apa-apa, Yes... Tidak apa-apa” Yusuf memandangi Yessi. “Ayo kita segera lari, sebelum para zombie itu muncul lagi!” teriak Tika ketakutan, dan benar saja, tiba-tiba para zombie muncul dari semua sudut, terhuyung-huyung berjalan mendekati mereka. “Jangan membuang waktu, ayo!” teriak Tiwi bersiap lari. “Ayo, Yes...” Yusuf menarik Yessi. Kelima anak itu segera berlari menjauhi para zombie yang mengejar mereka. “Yusuf, bukannya di ujung gang Kalimasada ini adalah jalan buntu?” ujar Silvi sadar. “Bukan, lebih tepatnya memang tak ada jalan karena kita akan masuk ke hutan” ujar Yusuf keras.
Jduag! Jduag! Inggar menendangi para zombie yang mencoba menyerang. “Kyaa!!!” teriak Tanti ketakutan. “Minggir kau, makhluk jelek!” Tony membanting kursi ke kepala zombie yang hendak menyerang Tanti. “Mereka ada dimana-mana. Bagaimana ini?” Handoko kebingungan, kekacauan terus terjadi di sekeliling mereka. “Hosh... Hosh...” Alim memegangi dadanya, ia merasa sesak. “Alim, kau tidak apa-apa?” tanya Fajar khawatir. Alim tak bersuara, ia hanya mengangguk pelan. “Ayo, kita harus lari dari sini” ujar Inggar mengajak teman-temannya terus berlari. Akhirnya Toni, Tanti, Handoko, Alim dan Fajar berlari mengikuti Inggar menuju rerumputan di depan B1. “Mereka lamban, asalkan kita terus bergerak, kita akan selamat” ujar Inggar pada teman-temannya. “Pegang ini” Tony memberikan balok kayu pada Tanti. “Jangan jauh-jauh dariku” ujar Toni pada Tanti. “Kyaaa... Kyaaa...” teriakan terus terjadi dimana-mana. Para zombie menyerang orang-orang disekitarnya dengan membabi buta. Rerumputan di depan B1 yang dulunya hijau kini berubah merah penuh dengan darah. “Kita mau berlari terus sampai kapan?” teriak Fajar keras. “Yang penting terus berlari!” ujar Inggar sambil menghabisi para Zombie yang menghalangi jalannya.
“Awas!!” Iqma berteriak keras memperingatkan teman-temannya. “Kita sudah hampir sampai di jembatan Cinta, tinggal sebentar lagi!” ujar Gallant menyemangati teman-temannya. Heru, Fina, dan Rima terus mengayunkan sapu dan raket ke arah Zombie yang hendak mendekat. “Aku takuuut...” Siwi berteriak keras di tengah teman-temannya. “Kita harus bertahan, kita tak boleh terkepung. Aku tidak mau mati disini” ujar Gallant menguatkan teman-temannya. Keenam anak itu terus berlari sepanjang Gang Kantil, menghindari para Zombie yang hendak menyerang mereka. “Di pintu jembatan cinta, ada zombienya juga!” ujar Iqma keras. “Serahkan padaku” Gallant berlari lebih kencang, dan Jduag!! Ia menendang dengan keras para zombie yang ada di pintu jembatan tersebut. “Awas!!!” Heru dan Fina segera mengayunkan sapu dan raket ke para Zombie yang hendak menyerang Gallant. “Terima kasih, Ayo!!” ujar Gallant terkejut. “Ayo Iqma dan Siwi, kalian harus bertahan!” Suci menyemangati kedua temannya itu. Keenam anak itu akhirnya meninggalkan Gang Kantil dan melewati jembatan cinta, masuk ke FBS.
“Fina... ayo angkat telponnya... kamu sudah sampai mana..” ujar Rina khawatir. “Rina, tenanglah” Rio mendudukkan Rina di kursi yang kosong di sebelahnya. “Percaya saja, mereka pasti baik-baik saja. Tugas kita hanya membukakan pintu bus ini ketika mereka sudah sampai” ujar Rio menenangkan. “Aahh... Ayah... Ibu...” Ifah menangis karena ia masih belum bisa menghubungi keluarganya. “Ifah, jangan menangis. Kamu harus kuat” ujar Aji smile menguatkan. Desti dan Hana yang daritadi duduk di belakang berjalan mendekati Ifah dan memeluknya. “Semua pasti akan baik-baik saja” ujar Hana menenangkan. Nanang masih memandang kondisi luar dari kaca bus UNNES yang kini mereka gunakan sebagai tempat berlindung. Kekacauan masih terus terjadi, darah berceceran dimana-mana. Para zombie kini berada persis di pinggir bus, mencoba menggedor-gedor bus UNNES. Orang-orang di dalam bus masih tampak panik, mereka berdoa sambil meringkuk dan ada yang terus mondar-mandir kebingungan. “Teman-teman, nampaknya kita harus segera meninggalkan tempat ini” ujar Nanang pada Rio dan yang lainnya. “Tidak bisa! Fina dan yang lain sedang menuju bus ini” tolak Rina segera. “Lalu sekarang mereka dimana?” tanya Nanang pelan. “Aku tidak tahu, tapi Fina bilang dia dan yang lain akan menuju kesini” ujar Rina bersikeras. “Kalau kita terus disini, aku tak yakin bus ini akan bertahan. Jadi kita harus segera pergi dari sini” ujar nanang lagi. “Kurasa kita harus menjemput Fina dan yang lain, setidaknya bus ini harus bergerak, tidak diam saja disini. Benar kata Nanang, kalau bus ini terus diam saja disini, lama-lama bus ini akan jatuh bila para zombie yang lebih banyak berhasil mendorong jatuh bus ini” ujar Aji smile pelan. “Sebentar, akan kucoba hubungi Fina lagi” ujar Rina menelan ludah.
Aji menghantamkan balok kayu ke kepala zombie Fanny yang hendak menyerang mereka. “Berhasil...” ujar Aji ngos-ngosan. “Lalu sekarang kita mau kemana? Mengendarai motor ataupun mobil sepertinya bukan ide yang baik” ujar Vian tak percaya dengan kekacauan yang masih terus terjadi di sekeliling mereka. “Cari tempat bersembunyi!” ujar Angga cepat. “Setidaknya kita harus cari tempat yang tak bisa diterobos oleh para Zombie ini” ujar Rumiana mengingatkan. “Kita ke FBS saja” ujar Mey tiba-tiba. “Apa kau yakin disana lebih aman daripada disini?” ujar Rima ragu. “Setidaknya kita harus punya tujuan daripada kita berlari tak tentu arah seperti ini” ujar Mey lagi. “Mungkin B6 bisa menjadi tempat berlindung untuk kita” ujar Vian sependapat. “Baiklah, ayo kita kesana” ujar Angga akhirnya setuju. “Tapi teman-teman..” Ghaida menunjuk sepanjang Gang Kantil yang penuh dengan Zombie. “Kalau begitu kita lewat Gerbang Depan UNNES saja” ajak Angga segera. Ketujuh anak itu segera berlari di pinggir jalan raya sambil menghantam para zombie yang hendak menyerang mereka.
Jduag! Jduag! Inggar berhasil membuat celah diantara kerumunan Zombie yang hendak menerkamnya. “Inggar, kau baik-baik saja?” Toni dan Fajar segera membantu Inggar melawan para Zombie. “Menjijikkan sekali” ujar Fajar melihat para Zombie yang berlumuran darah terus mengerubungi mereka. Kita harus terus berlari, mereka semakin mendekat” ujar Alim kebingungan. “Teman-teman!!” tiba-tiba Heru, Iqma, Fina, Siwi, Gallant, dan Suci muncul. “Kalian baik-baik saja?” teriak Handoko merasa lega bisa melihat teman-temannya yang lain. “Inggar, awas!!” Gallant dan Heru segera melindungi Inggar dari zombie yang hendak menyerang. “Gawat, lama-lama kita terkepung. Kita harus keluar dari lapangan B1 ini” ujar Fajar keras. “Teman-teman, kita harus menuju bus UNNES yang disana!” Fina menunjuk bus UNNES yang terparkir di depan PKM. “baiklah, ayo kita kesana!!” teriak Inggar pada yang lainnya. “Kyaaa...” Suci berteriak keras melihat orang-orang berjatuhan dari gedung B8. Siwi dan yang lainnya menatap ke atas, tampak kekacauan di dalam lantai 2 dan 3 Gedung B8, dan banyak orang yang memilih untuk terjun. “Sudah, tak ada waktu untuk mengalihkan perhatian, kita harus terus bergerak!” ujar Gallant pada yang lain. “Iya, ayo!” Toni berlari bersama Inggar memimpin rombongan kecil mereka menuju bus UNNES.
“Lihat! Mereka datang!” ujar Rina memandangi Fina dan yang lain yang tengah berlari ke arah bus UNNES. “Bagus, akhirnya mereka datang juga” ujar Nanang senang. Ia segera duduk di kursi supir dan menghidupkan bus. “Nanang, kamu mau apa?” ujar Rina terkejut. “Jangan khawatir, aku tidak akan meninggalkan mereka. Aku hanya akan menggerakkan bus ini beberapa meter ke depan, karena kalau dalam posisi sekarang yang dikerumuni oleh Zombie, kita tak akan bisa membukakan pintu bus ini ke mereka” beritahu Nanang panjang lebar.
“Busnya bergerak!” ujar Alim terkejut. “Apa bus itu akan meninggalkan kita?” ujar Siwi tak percaya. “Bukan, tak mungkin Rina dan yang lain meninggalkan kita” ujar Fina keras. “Sepertinya mereka mencoba bergerak beberapa meter saja agar mereka bisa menghindari para Zombie yang mengerubuti bus itu dan agar mereka bisa membukakan pintu bus untuk kita” tebak Gallant. “Sudah, yang penting kita harus tetap berlari kesana” ujar handoko pada yang lainnya
“gawat, busnya remnya blong... Aku tak bisa menghentikannya” ujar Nanang panik. “Hlo, bagaimana bisa?” Desti terkejut mendengar kata-kata Nanang. “Kita sudah cukup jauh dari para zombie itu dan sudah waktunya kita membuka pintu bus ini” ujar Rina pada yang lainnya. “Tidak bisa, bus ini masih dalam keadaaan berjalan. Terlalu berbahaya” ujar Nanang menolak. “Sial, bus yang sebelumnya kita kira dapat menyelamatkan kita malah jadi begini” ujar Aji smile kesal. Bus UNNES terus bergerak hingga melewati Dekanat dan menuju pintu masuk. “Kita sudah terlalu jauh meninggalkan mereka” ujar Rina panik melihat Fina dan yang lainnya terus mengejar bus UNNES.
“Apa yang terjadi, kenapa bus itu terus bergerak?” ujar Gallant tak percaya. “Apa mereka benar-benar ingin meninggalkan kita?” Heru terkejut. “Aku... tidak kuat lagi...” Alim ambruk, ia terus memegangi dadanya. Para zombie dibelakang mereka makin mendekat, lalu ditambah zombie di depan mereka. “Kita terkepung” ujar Inggar menelan ludah. “Aku belum mau mati! Kita tak boleh menyerah, teman-teman!” Fajar segera menyerang para zombie di depan mereka. “Iya, kita tak boleh kalah!” teriak Gallant kembali menyemangati teman-temannya yang lain. “Alim, bertahanlah” Iqma dan Siwi mencoba memapah Alim.
“Awaaaas!!!” Jdag!!” Nanang menabrakkan bus UNNES ke tiang listrik di dekat pintu gerbang. Bus UNNES berhenti dan tiang listrik itu rubuh menghantam jembatan menuju embung dan membelahnya menjadi dua. “Matilah kita...” ujar Desti ketakutan. Tiba-tiba seseorang membuka pintu bus, lalu banyak orang yang sebelumnya bersembunyi di dalam bus kini berhamburan keluar. Desti yang ketakutan pun bergerak menuju pintu keluar. “Jangan keluar!” teriak Nanang keras. Rio tiba-tiba menarik lengan Desti dan mendudukkannya di kursi. “Jangan pergi, tempat ini lebih aman daripada di luar sana” ujar Rio pada Desti. “Ayo tutup lagi pintunya” Hana dan Aji smile segera menutup pintu bus yang sempat terbuka. “Nanang, bagaimana ini? Kita tak bisa terus bersembunyi disini” ujar Ifah ketakutan. “Untuk saat ini, bus UNNES ini adalah tempat paling aman disini” ujar nanang yang beranjak dari kursi kemudi. “Fina dan yang lain...” Rina memandangi teman-temannya yang masih di luar.
“Kurasa gazebo di embung itu bisa kita gunakan sebagai tempat perlindungan karena jembatannya sudah terbelah jadi dua, jadi tak mungkin para Zombie itu bisa menyeberang apalagi meloncat” ujar Gallant pada teman-temannya. “Lihat, orang-orang yang sebelumnya berada di dalam bus UNNES kini berhamburan keluar” ujar Iqma menunjuk orang-orang yang berlarian. “Aku tidak melihat Rina” Fina mencoba mengenali setiap orang yang berpapasan dengannya. “Sudahlah Fin, kita lupakan saja bus UNNES itu, sudah tidak aman lagi” Tanti memandangi wajah Fina yang kebingungan. “Ayo teman-teman!” Inggar memimpin di depan, ia meloncat melewati tiang listrik yang membelah jembatan menuju gazebo embung. Satu persatu teman-temannya yang lain berhasil melompat. “Aku... tidak bisa” ujar Alim tak sanggup. “Ayo Al, kamu pasti bisa” Siwi menyemangati Alim. “Sudah, kalian pergi saja, tinggalkan aku” ujar Alim tak kuat. “Kamu pasti bisa” Iqma terus memegang tangan Alim. “kalian duluan. Serahkan Alim padaku” ujar Fajar pada Iqma dan Siwi. “Bagaimana ini? Alim tidak bisa melompat” ujar Suci yang kini sudah berada di gazebo embung. “Sepertinya Fajar sudah punya cara” ujar Gallant sambil memandangi Siwi dan Iqma yang bergantian melompati jembatan. Para zombie makin mendekat, mencoba mengejar Fajar dan Alim yang masih belum melompat. “Alim, akan kegendong kau” Fajar segera menggendong Alim dan bersiap-siap melompat. “Satu... Dua... Tiga!” Fajar pun melompat tapi kakinya tergelincir sehingga secara reflek ia pun jatuh tapi sebelum itu ia berhasil melemparkan Alim ke tepi jembatan yang satunya dan Byuuur!!! Fajar terjatuh di embung. “Fajar!!!” teriak Alim keras. Para zombie pun menceburkan diri di embung karena tak bisa melompat. Jbyuuur... Jbyyuuuur... Para zombie seketika membanjiri embung. Fajar berusaha berenang menghindari para zombie yang berjatuhan dan tenggelam disekitarnya. “Fajar, kau baik-baik saja?” teriak Heru keras. “Aku baik-baik saja!” jawab Fajar kesulitan berenang. “tidak ada tali. Bagaimana ini?” Toni bingung bagaimana menolong Fajar. Para zombie terus berjatuhan di embung dan kini Fajar makin terdesak. “Fajar!!!!” teriak Alim tak mampu berbuat apa-apa.
“Mesinnya masih bisa berfungsi” ujar Aji smile pada teman-temannya. “Kita masih bisa mengendarai bus UNNES ini” ujarnya lagi. “Terlalu berbahaya. Mengendarai kendaraan yang tak ada remnya sama saja dengan bunuh diri” ujar Rio mengingatkan Aji smile. “Aku ingin keluar, aku ingin menolong mereka” ujar Rina yang hanya mampu melihat Fina dan yang lainnya di luar sana mencoba bertahan hidup. “Jangan Rina, terlalu berbahaya” cegah Nanang. “Aku tak sanggup berdiam diri disini terus sementara teman-temanku di luar sana sedang terancam nyawanya” ujar Rina yang mencoba membuka pintu bus. “Rina!!” teriak Nanang keras tapi Rina segera keluar dari bus. “Kalian semua tetap disini, aku akan coba mengajak Rina kembali” ujar Nanang pada yang lainnya. “Nanang, seharusnya kamu juga mencoba untuk menyelamatkan yang lainnya juga” ujar Hana pelan. Nanang diam saja, kemudian beranjak keluar dari bus.
“Fina! Siwi! Teman-teman!!” teriak Rina dari pinggir embung. “Rina!!!” balas Siwi berteriak pada Rina. Para zombie dengan cepat mengerubungi Rina. “Awas Rin!!” teriak Fina keras. Jdag! Jdag! Tiba-tiba Angga, Aji, Mey, Ghaida, Rumiana, Rima, dan Vian muncul menolong Rina. “Banyak sekali zombienya” ujar Vian sambil terus menyerang para zombie disekitar mereka. “Teman-teman! Ayo mauk ke dalam bus ini!!!” Nanang berlari ke arah mereka. “Bus??” Rumiana memandang bus yang tak jauh dari posisi mereka. “Yang cewek masuk saja dulu ke bus, kami akan tetap disini mencoba menyelamatkan mereka” ujar Angga pada teman-temannya. Ghaida, Mey, Rima dan Rumiana segera berlari menuju bus UNNES dan masuk ke dalamnya. “Lalu bagaimana rencana kita untuk menyelamatkan mereka? Eh... Bukankah itu Fajar?” ujar Aji yang baru menyadari kalau Fajar tengah berjuang untuk bertahan hidup dengan berenang di embung.  “Fajar!!!” teriak Vian keras. “Teman-teman, lemparkan kabel dari tiang listrik itu ke embung!!” teriak Fajar keras. “Apa?” ujar Nanang tak percaya dengan kata-kata Fajar. “Itu bodoh! Kau sama saja bunuh diri!” teriak Gallant dari gazebo embung. “Aku... sudah tergigit..” ujar Fajar sambil meneteskan air mata. “Lebih baik aku mati sebagai manusia daripada aku mati sebagai monster!!” teriak Fajar keras. “Tidak, kami tak bisa melakukannya” teriak Vian menolak. “Tapi aku bisa melakukannya” Nanang segera berlari ke arah kabel listrik yang terjuntai di dekat mereka. “Nanang, apa yang kau lakukan?” teriak Vian mencoba mencegah Nanang. “Vian, sudah! Tidak ada cara lain lagi! Sadarlah, Fajar sudah tergigit, dia akan menjadi zombie!” Aji memegangi Vian dengan erat. “Fajar, bersiaplah!! Ini akan menyakitkan!!” teriak nanang keras. “lakukan!!” teriak Fajar keras. “jangan!!!” Alim berteriak keras. Nanang pun melemparkan kabel listrik itu ke embung dan... Bzzzztttt... Bzzzztttt... Ctaaaar!!! Air di embung bergolak keras, aliran listrik seketika menyebar melalui air, membakar setiap makhluk yang ada disana, termasuk... “Fajar!!!!”
“tidak, apa yang sebenarnya terjadi?” ujar Rio menelan ludah, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Rumiana, Ghaida, Mey, Rima, Ifah dan Hana duduk di bagian bus paling belakang, mereka berdoa bersama-sama. “Aji, bagaimana?” ujar Desti pada Aji smile yang kini menguasai kemudi bus. “Remnya kembali berfungsi normal. Tidak seperti tadi, sekarang remnya berfungsi” ujar Aji smile tak percaya. Bus UNNES pun bergerak pelan.
Tubuh Fajar yang gosong pun mengapung diatas air. “Ayo kita pergi darisini. Lihat, busnya sudah bergerak lagi!” teriak Iqma menunjuk Bus UNNES. “Apa yang terjadi, busnya...” ujar Nanang tak percaya. Pintu bus tiba-tiba terbuka dan Rio turun. “Teman-teman, ayo naik! Rem busnya sudah berfungsi lagi!” beritahu Rio keras. “Teman-teman, ayo kesini!” Rina meneriaki teman-temannya yang kini kembali melompati jembatan yang terbelah. “Gawat, lihat!!” Handoko menunjuk embung. Para zombie yang sudah gosong itu kembali bergerak, mereka masih belum mati. “Ayo, kita harus cepat. Para zombie kembali muncul dari segala penjuru” ujar Gallant pada teman-temannya. Alim yang tak kuat kembali terduduk, ia menekan dadanya yang terasa sesak. “Alim, ayo... kamu pasti bisa melompat” Suci menyemangati Alim. “Ayo Alim!” teriak Rina dari tepi embung. “Aku tak bisa terus merepotkan kalian seperti ini... Aku hanya akan mejadi penghambat kalian” ujar Alim meneteskan air matanya. “Kamu bukan penghambat, Alim. Kenapa bicara seperti itu” ujar Heru mencoba menggendong Alim. “Tidak... Aku tidak mau” Alim menolak. “Alim, kenapa?” tanya Tanti terkejut. Alim bangkit dengan perlahan, ia mengusap air mata di pipinya lalu tersenyum. “Terima kasih teman-teman, tapi aku Cuma bisa sampai disini. Maafkan aku...” ujar Alim sesenggukan. “Alim...” Siwi terkejut mendengar kata-kata Alim. “Maaf...” Alim tiba-tiba menghadap embung lalu terjun dan Byuurr!!! Dan tubuh Alim tak tampak lagi. “Alim!!!!” teriak Suci keras.
“Alim!!!” Rina tak percaya Alim baru saja bunuh diri, kedua temannya mati di depan matanya. Rina terduduk lemas. “Rina, kamu tak boleh lemah seperti ini!” Rio membangkitkan kembali tubuh Rina. “Fajar... Alim...” Rina tak mampu lagi menahan tangisnya. “Teman-teman, ayo!!!” Gallant menunggui teman-temannya yang lain satu persatu melompat hingga habis. Anak-anak itu segera berlari ke arah bus yang kini sudah berhenti. Hana membukakan pintu bus dan anak-anak itu segera masuk. Para zombie tak sempat lagi mengejar mereka karena Aji smile kembali menggerakkan bus. “Apakah semuanya sudah di dalam?” teriak Nanang pada teman-temannya. “Akan kuhitung” Nanang menghitung jumlah teman-temannya yang berada di bus. “Ada 24”
“Kyaaaa!!! Kyaaa!!!” teriakan masih terdengar dimana-mana, kekacauan masih terus terjadi. Yusuf, Silvi, Yessi, Tika dan Tiwi kini sudah berada di ujung Gang Kalimasada. “Setelah ini adalah hutan, aku mengajak kalian lewat sini karena kupikir tidak mungkin ada zombie yang berada di hutan, karena manusia pun jarang yang melewati hutan ini” ujar Yusuf memberitahukan alasannya mengajak teman-temannya menuju hutan. Para zombie dibelakang mereka ternyata terus mengejar dan kian mendekat. “Yusuf, kita harus tetap berlari” ujar Tika ketakutan. “Para zombie itu seakan tak mau melepaskan kita” ujar Yessi tak percaya. “Teman-teman, aku tak kuat lagi” ujar Tiwi lelah. “Bertahanlah Tiwi, begitu kita memasuki hutan, kita akan bisa bersembunyi dari para Zombie itu” ujar Yusuf menyemangati Tiwi. “Ayo..” ujar Silvi keras. Kelima anak itu pun memasuki hutan. “lalu rencana selanjutnya apa?” tanya Yessi pada Yusuf. “Aku belum memikirkannya. Yang penting kita keluar dulu dari UNNES dan kurasa hutan ini benar-benar tempat yang bagus untuk bersembunyi, kalau sudah sampai dibawah, kita akan pikirkan rencana selanjutnya” ujar Yusuf sambil terus berlari. Kelima anak itu tak menyadari, bahaya seperti apa yang mengancam mereka di hutan yang baru saja mereka masuki itu.

To be continued....

Note: Sejujurnya, cukup sulit membagi peran dan membuat karakter untuk 34 tokoh utama untuk cerber ini. Ketika aku mulai menulis chapter ini, aku benar-benar merasa sedih karena aku merasa makin lama kualitasku dalam menulis benar-benar mengalami kemerosotan yang drastis sehingga alur cerita yang hadir pun tak dapat kurangkai dengan lebih baik dan diksi yang kupilih pun menjadi sekadar kata-kata biasa saja, yang G ada maknanya. Gaya penceritaanku memang seperti diatas, yaitu membagi tiap kelompok dan memutus-mutusnya yang penting masih berhubungan. Mungkin teman-teman akan kesulitan memahami kisah ini, ya karena tadi, kemampuanku menulis untuk mengisahkan kisah ini sudah merosot, jadi mungkin teman-teman perlu membacanya hingga 2 kali atau lebih agar lebih paham, tapi aku berjanji akan memperbaiki diri pada chapter-chapter selanjutnya sehingga lebih dapet kisahnya.
            Terima kasih sudah membaca Cerber College of the Death ini. Kisah cerber sepanjang 12 chapter ini akan menemani liburan para pembaca selama kurang lebih beberapa minggu ke depan. Tiap minggunya akan di update 2 buah cerber, sehingga para pembaca yang penasaran dengan lanjutan kisahnya dapat mengetahui kapan update kisah zombie thriller horror action ini. Kisah cerber ini terinspirasi oleh manga High School of the Dead. Ya, dan memang pada dasarnya aku ingin membuat sebuah cerber untuk teman-teman KEMPONG dengan mereka sendiri sebagai tokoh utamanya. Karakterisasi yang ada di cerber bukan karakterisasi anak-anak KEMPONG yang sesungguhnya, jadi jangan sampai terlarut dengan kisahnya, ya. Aku dan White Prince mempersembahkan hadiah menarik bagi para pembaca yang berhasil menebak dengan benar dan tepat siapa saja tokoh yang akan bertahan hidup hingga cerber ini berakhir. Tebak 3 nama saja yang akan bertahan hidup di akhir kisah cerber ini. Kirimkan tebakan kalian ke alamat email berikut ini: yusuf_luffy@ymail.com Bagi para pengirim yang berhasil menjawab dengan benar, akan diundi lagi untuk dipilih dua nama yang akan menjadi pemenang dan berkesempatan untuk menonton film 3D bareng The Dark Knight dan White Prince. Ayo segera kirim nama yang kalian jagokan, paling lambat tgl 20 Februari 2012. Pengumuman pemenang akan diumumkan pada Rempongs on the Week edisi perdana Season 2. Baiklah kalau begitu, terus ikuti kisah cerber ini ya. Salam dari The Dark Knight dan White Prince untuk para pembaca. Selamat menikmati liburan... XOXO... See ya...

“Kelelahan yang disukai oleh Allah dan Rasul-nya:
1.    Lelah dalam Jihad (9:111)
2.    Lelah dalam Dakwah (41:33)
3.    Lelah dalam Ibadah dan Amal Sholeh (29:69)
4.    Lelah Mengandung-Melahirkan-Menyusui (31:14)
5.    Lelah mencari nafkah (62:10)
6.    Lelah mengurus keluarga (66:6)
7.    Lelah Belajar (3:79)
8.    Lelah dalam Susah, Miskin, dan Sakit (2:155)
Saudaraku, karena itu mari bersama-sama “natamatta’ bimataibina”, yaitu menikmati kelelahan yang penuh berkah ini”

1 komentar:

  1. siipp cupp, bagus tuh critamu..
    ada kuisnya juga.haha
    tp ttep sipp lahh
    jempol buat kamu !!

    BalasHapus

Mengenai Saya

Foto saya
ini blog perdana "kempong"... mudah-mudahan dapat menampung saran dan segala unek-unek... ada postingan biodata para anggota kempong juga (eksklusif lho... ) jgn lupa tinggalkan komen yach.... terima kasih... HAH!!!

Pengikut

Blogger templates

Blogroll

Copyright © 2012 keluarga rempongTemplate by : UrangkuraiPowered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.