College of the Death

Cerita ini hanya fiksi. Kesamaan nama orang dan tempat hanya kebetulan belaka.
Kisah dalam Cerber ini kupersembahkan untuk Teman-teman KEMPONG




Chapter 4
Nightmare in the New Year


            Gallant, Toni, Tanti dan Aji melaju dengan pelan. Sepanjang jalan mereka terus waspada dengan para zombie.  Jdag! Jdag! Sesekali mereka memukul jatuh para zombie yang menghadang mereka dan sesekali mereka berhenti untuk menyingkirkan kendaraan-kendaraan yang menghalangi jalan mereka hingga mereka pun benar-benar berhenti karena sebuah bus yang terguling dan menutup jalan di depan mereka. “Bagaimana ini?” ujar Gallant pada yang lainnya. “Kita harus memutar” ucap Toni singkat. Tiba-tiba mey terbangun dan memandangi sekitar. Tubuhnya masih lemas, tapi ia mencoba turun dari motor dan berdiri. “Teman-teman, apa yang terjadi?” ujarnya pelan. “kau baik-baik saja, Mey?” tanya Tanti sambil memegangi tubuh Mey yang sempoyongan. “Dimana yang lain?” tanya Mey tanpa menjawab pertanyaan Tanti. “Aku tidak tahu kemana mereka pergi, mereka  langsung pergi begitu rumah Desti meledak” beritahu Toni singkat. Mey tak bertanya lagi, ia pun melihat sekeliling dan menghela nafas panjang. “Padahal aku berharap ini hanyalah mimpi saja, ternyata memang benar-benar terjadi” ujar Mey sedih. “Ya, kurang dari sehari kekacauan yang timbul akibat wabah zombie ini benar-benar begitu parah” ujar Gallant sambil memandangi para zombie yang kini mulai mendekati mereka. “Kita harus pergi dari sini. Ayo!” ujar Aji bersiap dengan sepedanya. “Ya, mau tidak mau kita harus memutar” Toni dan Gallant pun bersiap dengan motornya.
“Dimana ini?” Silvi memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. “Kami memapahmu sampai kesini” ujar Yusuf pelan. Silvi memandangi sekelilingnya. Tampak banyak barang, sepertinya ia kini berada di sebuah pertokoan. Yusuf mengambil sebuah ransel dan mengisinya dengan berbagai macam barang. “Bawa yang perlu-perlu saja Suf...” ujar Yessi pelan. Yusuf terkejut mendengar Yessi akhirnya berbicara kepadanya. “Kau... sudah tidak marah lagi?” tanya Yusuf sambil tersenyum. “Aku mengajakmu berbicara bukan berarti aku sudah tak marah lagi padamu” ujar Yessi sambil meninju bahu Yusuf. “Ha9X... Ya, itu sudah cukup. Kau sudah mau berkomunikasi denganku itu sudah cukup” Yusuf terus tertawa. “Memangnya kalian tadi kenapa?” tanya Silvi tak mengerti. “Ini, minum dan makan dulu Vi” Yessi memberikan botol minum dan sebungkus roti pada Silvi. “Nikmatilah” ujar Yusuf pelan. “Habis itu kau harus membawa ransel juga dan mengisinya dengan barang-barang yang berguna” ujar Yessi tersenyum. “Jangan khawatir, aku dan Yessi sudah mensterilkan toko ini dari para zombie jadi selama beberapa saat ke depan kita aman disini” ujar Yusuf sambil memandangi pemandangan luar toko dari jendela. “Ya” Silvi tersenyum kemudian bangkit dan mengambil ransel di toko tersebut. “Kita benar-benar seperti pencuri” Yessi tertawa. “Ya, bertahan hidup ya memang kaya’ gini...” ujar Yusuf sambil melahap roti di tangannya.
“Apa, kalian mau turun disini?” ujar Rio tak percaya. “Ya karena kurasa perjalanan kita ini benar-benar tak ada tujuannya. Kita hanya berputar-putar sejak tadi. Kita belum menemukan tempat tujuan yang benar-benar bisa kita andalkan untuk setidaknya bisa membuat kita beristirahat” ujar Rima keras, diikuti oleh Suci, Iqma, Ifah dan Ghaida. “Kalian semuanya cewek. Masa’ mau turun disini?” ujar Rio lagi. “Turunkan saja mereka kalau mereka benar-benar mau turun” ujar Inggar melerai teman-temannya. “Meskipun kami berempat wanita semua, tapi kami bisa saling melindungi kok” ujar Rima lagi. “Lalu kalian mau kemana? Apa rencana kalian?” tanya Hana tegas. “Kami mau pulang ke rumah masing-masing” ujar Ghaida dengan suara khasnya. “Apa?” ujar nanang dari kursi kemudi, tak percaya dengan yang baru saja dikatakan teman-temannya. “Rumah kalian bukan tempat yang bisa kalian capai dengan mudah dalam kondisi seperti ini” ujar Angga meyakinkan Rima dan yang lain. “Lalu apa kalian akan mengantarkan kami ke rumah masing-masing? Tidak, kan? Kalian hanya akan berputar-putar disini terus kan?” ujar Ifah ikut bicara. “Setidaknya kalau kami keluar dari bus ini, kami mungkin akan mendapatkan bantuan dari tim penyelamat atau dari orang lain” ujar Iqma pada yang lainnya. “Tim penyelamat? Satu polisi pun daritadi belum kita temui” ujar Aji smile tersulut untuk ikut berdebat. “Teman-teman, hentikan. Apa yang kita perdebatkan ini sudah mencerai-beraikan kita” ujar Heru pada teman-temannya yang lain. “Bukankah sejak awal kita sudah tercerai berai?” ujar Fina tersulut juga. “Iya, iya, baiklah, silakan lakukan apapun yang kalian mau” Nanang membukakan pintu bus. Hana, Angga, Rio, Heru, Aji smile, Vian, Rina, Fina dan Inggar diam saja melihat Iqma, Rima, Ifah, Suci, Ghaida keluar dari bus. “Semoga mereka baik-baik saja” ujar Nanang mendoakan kelima temannya itu.
Yessi, Silvi, dan Yusuf berjalan pelan di tepi jalan, mereka menuju ke arah kota. “Tujuan kita adalah Mall Ciputra” ujar Yusuf mengulang lagi tujuan mereka. “Tapi jalan kaki seperti ini benar-benar menyiksa, Suf...” ujar Silvi kecape’an. “Iya, dan sudah mulai gelap pula” ujar Yessi sadar. “Sepertinya malam akan tiba lebih cepat dari yang kita duga, jadi kita harus lebih cepat karena bila malam berjalan di luar seperti ini sepertinya akan berbahaya” ujar Yusuf pelan. “Oia Suf, kamu bawa apa saja di dalam tas itu? Besar sekali tas yang kamu pilih” ujar Yessi penasaran. “Aku membawa hal-hal yang mungkin akan berguna, jadi aku tak hanya membawa bahan makanan” ujar Yusuf sambil tersenyum. “Oia, ini akhir tahun ya... ini tanggal 31 Desember 2011, besok sudah tahun 2012” Silvi tiba-tiba ingat. “Ha9X... Aku malah lupa, Vi... Tapi ternyata kiamat datang lebih cepat setahun daripada yang diramalkan para peramal ya” ujar Yusuf sambil tertawa. “Huush... jangan bilang begitu” ujar Yessi tak suka mendengarnya. “Kalau di film-film, keadaan yang kita alami ini namanya apocalypse, nanti kalau wabah ini sudah berakhir, baru kita akan memasuki post apocalypse, saat dimana semua orang membangun kembali peradaban yang baru setelah dunia sempat kacau, bahkan hancur” ujar Yusuf ngelantur. “Ya kalau beneran wabahnya bisa berakhir sih semuanya baru bisa memulai hidup yang baru lagi, tapi kalau wabah ini tak berhenti, bagaimana?” ujar Silvi pesimis. Drrrnnn... Tiba-tiba terdengar suara mesin kendaraan. Yusuf menoleh ke belakang, tampak sebuah bus melaju mendekati mereka. “Berhenti, tolong berhenti!” tanpa sadar Yusuf berlari ke tengah jalan dan melompat-lompat agar bus itu dapat melihatnya. Yessi dan Silvi pun ikut membantu Yusuf, ketiganya melompat-lompat sambil berteriak pada bus itu dan Ckiiit.... Bus itu berhenti di hadapan mereka. Para zombie yang mendengar kegaduhan mereka segera berjalan menuju bus itu. Yusuf, Yessi dan Silvi segera naik ke bus itu. “Terima kasih” ujar Yessi pada supir bus yang tampak pucat. Bus itu pun kembali melaju dan meninggalkan para zombie yang tak sempat menghadang mereka. Yusuf segera duduk persis di belakang supir dan menanyakan beberapa hal. “Pak, terima kasih sudah memberi tumpangan pada kami. Oh iya, bapak dan para penumpang ini dari mana dan mau kemana?” Supir itu menghela nafas panjang kemudian menjawab, “Entahlah mas... Kami sebelumnya dari Ungaran dan hendak ke Terboyo, tapi sepanjang jalan tiba-tiba semuanya menjadi begini. Seingat saya, semuanya berubah ketika asap itu muncul dimana-mana” ujar bapak supir itu panjang lebar. “Asap?” ujar Yusuf bingung. “Iya” Bapak supir itu mengangguk. “Yusuf, sini!” tiba-tiba Silvi memanggilnya. Yusuf pun meninggalkan kursinya dan berjalan menuju Silvi dan Yessi di belakang. “Ada apa?” tanya Yusuf sembari duduk di sebelah Yessi. “Aku baru saja membuka handphoneku, ternyata banyak panggilan masuk dari Rina” beritahu Yessi. “Maksudmu berarti Rina masih hidup? Dan ada kemungkinan kalau dia sekarang bersama teman-teman yang lain?” tanya Yusuf tak percaya. “Ya, mungkin saja begitu” Yessi mengangguk-angguk. “Lalu kenapa tak kau hubungi lagi?” ujar yusuf bingung. “Hpnya tak bisa dihubungi. Entahlah, aku juga sudah menghubungi Hp teman-teman yang lain tapi tak ada yang bisa terhubung” jawab Yessi apa adanya. “Aaaarrrggghhh...” tiba-tiba seseorang di depan mereka berguling-guling kesakitan di lantai, ia memegangi lengannya yang berdarah. “gawat, dia terinfeksi!” teriak penumpang lainnya. “Apa?” Silvi menelan ludah tak percaya. “Teman-teman, sepertinya kita menaiki bus yang salah” ujar Yessi ketakutan. Penumpang yang terinfeksi itu langsung berubah menjadi zombie, ia menerkam orang-orang di dekatnya. “Apa itu... apa itu?” teriak supir bus dari kemudinya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya dari kaca kemudi. “Pak Supir, jangan panik!!! Terus mengemudi saja!” ujar Yusuf keras. Ia segera mengambil balok kayunya dan menghantam penumpang yang terinfeksi itu tapi penumpang lain yang baru saja tergigit segera berubah menjadi zombie dan mendekati pak Supir. “Pak, awas!!!” teriak Silvi memperingatkan. Seketika, seisi bus menjadi panik, bebrapa orang berusaha bersembunyi di bawah kursi, ada pula yang nekat melompat keluar dari bus
Malam pun tiba, matahari telah tenggelam, suasana di luar benar-benar mencekam, banyak lampu jalan yang mati, kendaraan dan para mayat zombie bergelimpangan di jalan. Rima, Ghaida, Iqma, Ifah, dan Suci sudah berjalan jauh, kelimanya kini berada di Alun-alun simpang lima yang sepi tanpa orang, para zombie pun ternyata hanya mengelilingi alun-alun, tak ada yang berkeliaran di rerumputan alun-alun. Kelimanya duduk di rumput dan memandang bulan. “Selamat tahun baru teman-teman” ujar Ifah pelan. “Tahun 2012 nampak suram di mataku” ujar Suci putus asa. “Kenapa sejak tadi kita tak berhasil mendapatkan tumpangan? Padahal masih banyak kendaraan yang berlalu lalang di sekitar kita” ujar Ghaida kesal. “Mungkin mereka tak mau ambil resiko karena khawatir memberi tumpangan pada orang yang sudah terinfeksi” ujar Iqma pelan. Rima menghela nafas panjang lalu memandangi teman-temannya. “Malam ini kita harus berada di dalam ruangan, berbahaya kalau kita tetap di luar seperti ini. Meskipun kita sudah tahu kalau kita akan aman dengan tak menimbulkan suara dan kegaduhan, tapi tetap saja, para zombie itu adalah ancaman buat kita”. Kelima anak itu menunduk sebentar lalu memandang satu tempat yang sama, Mall Ciputra. Jrdak... jrdak...Blaaattt... Tiba-tiba terdengar suara gaduh dan hantaman keras di dekat mereka. Kelimanya berdiri dan melihat sebuah bus baru saja terguling jatuh. “Ya tuhan...” ujar Ghaida ketakutan. Para zombie pun segera mengerumuni bus itu dan tampak banyak orang berhamburan keluar dari dalam bus dan nampak sosok yang mereka kenal. “Yusuf, Yessi, Silvi?” ujar kelimanya tak percaya. Yusuf, Yessi dan Silvi tampak keluar dari bus dengan susah payah, para zombie yang mendekati bus segera mengerumuni mereka. “Gawat, kita harus menolongnya!” ujar Suci pada teman-temannya. “Tapi aku takut” ujar Ifah gemetar. “Aku juga” ujar Iqma menggeleng-gelengkan kepala. “Lihat, mereka sedang kesulitan!” ujar Rima keras. Akhirnya kelima anak itu pun berlari menuju bus yang terguling. “Awas Suf!” Yessi dan Silvi melindungi Yusuf dari zombie sopir yang hendak menerkam. “Terima kasih” ujar Yusuf sambil terus menghajar para zombie. “Gelap sekali ternyata di luar, padahal kita berada di...” Silvi tak percaya dengan yang dilihatnya, “Teman-teman, ternyata kita sudah sampai di alun-alun simpang lima!” ujar Silvi keras. “Tinggal sebentar lagi sebelum kita bisa sampai di Mall Ciputra” ujar Yessi menyemangati teman-temannya yang lain. “Teman-teman!!” teriak seseorang dengan suara keras. Yusuf, Yessi dan Silvi memandang sumber suara itu. Tampak Rima, Ifah, Iqma, Ghaida, dan Suci berlari ke arah mereka sambil menyerang para zombie yang hendak menghadang. “astaga, benarkah yang kulihat ini?” ujar Yessi yang langsung memeluk kelima temannya itu. Silvi ikut memeluk mereka. “Hei.. hei... nostalgianya nanti saja. Para zombie semakin banyak” ujar Yusuf mengingatkan teman-temannya. “Yusuf, minggir!” ujar Yessi keras ketika menyadari ada api yang entah darimana asalnya sedang merambat pada bensin yang berceceran di dekat bus. “Ayo lari!!!” teriak Rima keras. Kedelapan anak itu berlari menjauh dari bus, mereka berlari sekuat tenaga dan Jduaaar!!! Bus itu meledak dengan dhasyat sehingga membuat anak-anak itu terpental jatuh ke jalanan. “Aaaah...” ghaida kesulitan berdiri. Ia melihat sekeliling, para zombie benar-benar mengepung mereka. “Aaaahhh... Pergi!! Kalian pergi!!” teriak Yusuf keras sambil menghantam para zombie yang mendekat. Silvi dan yang lainnya akhirnya bangkit dan ikut menghajar para zombie tapi para zombie yang lain terus bermunculan dan mengepung mereka. “Terlalu banyak” ujar Ifah ketakutan. “Aku belum mau mati..” Iqma menangis keras. Drrrnnn... Drrrnnn.. tiba-tiba terdengar suara motor tak jauh dari mereka. Yusuf dan lainnya menoleh ke arah sumber suara dan Jdaag!! Jdaag!! Tampak 2 buah motor dan sepeda yang menabraki para zombie yang mengepung Rima dan kawan-kawan. “Kalian baik-baik saja?” ujar pengendara motor itu sambil terus memukulkan balok kayu di tangannya pada para zombie. “Kalian..” ujar Yusuf tak percaya. Gallant, Toni, Mey, Tanti, dan Aji muncul menolong Yusuf dan kawan-kawan. “Awasss!!!” teriak Yessi memperingatkan ketika para zombie hendak menghadang motor mereka dan terlambat, Gallant dan Toni terjatuh dari motor, Tanti dan Mey terjatuh cukup jauh. Yessi dan Suci segera menghampiri Mey dan Tanti. “kalian baik-baik saja?” ujar Suci pada kedua temannya itu. “Ya” Tanti dan Mey segera berdiri. Gallant dan Toni akhirnya bergabung dengan Yusuf dan yang lainnya untuk melawan para zombie tanpa kendaraan. Aji meninggalkan sepedanya dan ikut bertarung di jalanan. “Aku tak menyangka... Kalian muncul dengan tiba-tiba.. Ifah dan yang lain, lalu kamu dan yang lain juga... Tapi yang paling membuatku senang adalah bisa bertemu dengan kalian lagi” ujar Yusuf pada Toni. “Heh, kau kira aku sudah mati, ya?” ujar Toni tersenyum. “Yusuf, ini terlalu banyak. Kita tak boleh berdiam disini. Teman-teman, ayo bergerak!!” ujar Gallant mengomando teman-teman yang lain. Mereka pun bergabung dengan Tanti dan yang lain lalu berlari memasuki alun-alun simpang lima. “Sudahkah kalian tahu kalau para zombie itu hanya bisa mendengar?” tanya Aji pada teman-temannya dan semuanya mengangguk cepat. “Lalu kenapa bisa terjadi kekacauan seperti ini, harusnya kan kalian bisa lebih berhati-hati” ujar aji lagi. “Tadi ada insiden, jadi seperti ini” jawab Yusuf singkat. “Gawat” ujar Suci tak percaya. Di depan mereka pun menghadang zombie-zombie, bukan hanya itu, tapi di segala arah hanya ada zombie. “Bagaimana ini?” ujar tanti ketakutan. “Aah, sial” ujar gallant tak percaya mereka akan terkepung.
“Hpku mati” ujar Rina sambil memandangi Hpnya. “Hpku juga” ujar fina sambil bersandar di bahu Rina. “Nanang, sebenarnya kita mau kemana?” ujar hana sambil mendekati Nanang. “Sebentar lagi sampai kok, kurasa ini tempat yang paling cocok untuk kita jadikan tempat persembunyian” jawab Nanang pelan. Hana memandang keadaan luar dari jendela, gelap tapi tampak sebuah bangunan bercahaya yang ada di dekat mereka, bangunan itu makin lama makin nampak jelas di mata Hana dan Bus pun berhenti. Nanang beranjak dari kursi kemudinya kemudian menyuruh teman-temannya untuk melihat ke luar melalui kaca. “Kita akan disini untuk sementara. Kuharap ini bisa menjadi tempat yang aman selama beberapa hari ke depan, Masjid Agung Jawa Tengah” ujar Nanang mantap.
Jdaag!! Jdaag!! Gallant dan yang lain terus berusaha melawan para zombie tetapi makin lama mereka semakin terkepung, lingkaran yang mereka buat untuk saling melindungi semakin lama semakin kecil. “Teman-teman, aku ada ide. Ayo kita serang satu celah para zombie ini bersama-sama agar kita bisa keluar dari kepungan mereka” ujar Rima keras. “Ayo kita coba” Silvi sependapat. Ketiga belas anak itu pun mencoba menyerang sisi menuju Mall Ciputra bersama-sama, mereka masih membentuk lingkaran tapi kali ini mereka berlari dan Jdaag!! Jdaag!! Mereka berhasil menerobos dan membuat celah. “Aaaagghhh!!” Mey terpeleset dan jatuh. “Mey!!” Yessi hendak menariknya tapi terlambat, kaki Mey ditarik oleh para zombie dan seketika Mey dikerubungi oleh para zombie. “Tidak!!!” teriak Ghaida keras. “Ayo pergi, kita tak bisa menyelamatkannya” ujar Gallant mengajak teman-temannya untuk terus berlari. “Astaga...” Toni terpana melihat apa yang ada di depan mereka. Lebih banyak zombie yang meghadang mereka di depan mall ciputra. “Teman-teman, kita benar-benar telah sukses menjadi mangsa mereka” ujar Toni mulai putus asa. “Ambil motor-motor yang berserakan di jalan” ujar Gallant cepat. “Tidak cukup waktu dan belum tentu motor-motor yang kita coba kendarai bisa berfungsi” ujar Iqma kebingungan. “Kita harus terus bergerak” ujar Rima yang memandang ke belakang, tampak para zombie yang sebelumya mengepung mereka kini kembali berusaha mengepung mereka lagi. “Mey??” ujar Ghaida tak percaya melihat zombie mey yang berjalan diantara para zombie. “Infeksi zombie itu ternyata kuat sekali, Mey langsung berubah menjadi zombie” ujar Ifah sadar. “Sepertinya begitu virus itu masuk ke aliran darah, seketika gen manusia itu pun langsung berubah” ujar Gallant pelan. “Itu menjelaskan kenapa Tika secepat itu berubah menjadi zombie” ujar Yusuf tiba-tiba teringat. “Sudah jangan membahas hal itu, kita sekarang berada di tengah-tengah para zombie yang haus daging dan darah, tahu!!” ujar Tanti mengingatkan teman-temannya. “Tujuan kita adalah Mall Ciputra. Sudah tinggal sebentar lagi, tinggal melewati paruh akhir alun-alun simpang lima ini dan menyeberang jalan. Ayo teman-teman, kita pasti bisa!!!” teriak Yusuf menyemangati teman-temannya. “Ya, memang tak ada cara lain lagi selain melawan para zombie ini” Yessi menelan ludah, bersiap dengan balok kayu di tangannya. “Serang makhluk-makhluk jelek ini!!” teriak Rima lantang. Akhirnya kedua belas anak itupun menyerang para zombie di hadapan mereka. Kedua belas anak itu bahu membahu menghancurkan kepala para zombie dan terus bergerak untuk keluar dari alun-alun dan mencapai Mall Ciputra. Jdaag!! Jdaag!! Semakin lama mereka semakin terkepung tapi Gallant dan yang lain terus menghantam para zombie itu dengan sekuat tenaga. “aaahhh...” para zombie itu menarik pakaian Gallant dan yang lain tapi mereka terus saling melindungi agar tak satupun anak lagi yang menjadi korban. “Aaarrrggghh..” Aji berteriak keras ketika tangannya tertarik oleh para zombie dan tergigit. “Tidaak!!!” Rima berteriak ketika ia dikepung oleh para zombie dan segera menjadi santapan. Tiba-tiba kepala Yusuf pusing, ia tak percaya Aji dan rima baru saja menjadi korban para zombie itu, sambil terus memukul tanpa arah, Yusuf memandangi teman-temannya yang masih gigih berjuang untuk bertahan hidup. Ia melihat Ghaida, Ifah, dan Iqma yang menangis tapi tetap berusaha saling melindungi. Tanti dan Toni yang bahu membahu terus mencari celah untuk keluar, dan Gallant yang gigih melindungi Suci, Yessi, Silvi yang nampak kelelahan. Yusuf terduduk di tengah-tengah teman-temannya yang masih bertarung, samar-samar ia melihat tubuh Aji dan Rima yang terkoyak dan hancur hingga tak mungkin untuk bangkit menjadi zombie. Tanpa sadar Yusuf menitikkan air matanya. Tangannya gemetar melepaskan ranselnya. Ia membuka ranselnya pelan-pelan, mencari-cari sesuatu di dalamnya kemudian ia menemukan pemantik api. Untuk apa pemantik api, Yusuf tertawa getir, ia kembali merogoh isi tas besarnya dan menemukan...”Kembang api?” ujar Yusuf pelan. “Yusuf, kau sedang apa? Aku tak bisa mlindungimu kalau kau terus diam di tempat seperti itu!! Bangkitlah!!” teriak Gallant tak mengerti. Yusuf pun bangkit sambil memegang kembang api, kembang api yang ada di tangannya adalah kembang api besar yang bisa melemparkan apinya ke langit. “Teman-teman..” ujar yusuf tiba-tiba tersenyum. Ia kemudian memasang kembang api itu di tanah dan memberi api pada sumbunya. “Yusuf...” teman-temannya yang lain segera memandangi Yusuf. “Bukankah malam ini malam tahun baru?” ujar Yusuf keras. “Kalaupun kita mati, setidaknya kita tak boleh melewatkan perayaan pergantian tahun ini!” Yusuf memandangi teman-temannya dan Jddaaarrr!!! Jdddaaarrr!!! Kembang api meluncur ke atas dan meledak di langit. Seketika warna langit yang gelap berubah menjadi warna-warni, terang benderang. Para zombie pun mengalihkan perhatian pada kembang api di atas mereka. Suasana tiba-tiba menjadi ramai karena kebisingan kemeriahan kembang api yang dipasang Yusuf. Teman-temannya yang lain tanpa sadar juga memandangi langit tapi Yusuf segera memberi isyarat pada mereka untuk segera pergi. Yusuf dan yang lainnya berjalan pelan menghindari para zombie, menjaga agar tidak bersentuhan ataupun bersuara. Para zombie yang masih larut dalam kebisingan kembang api tak sadar bahwa mangsa mereka sedang melarikan diri. Dengan dada berguncang, ketegangan hebat dirasakan oleh Gallant dan yang lain yang mengikuti Yusuf untuk melarikan diri dari kepungan para zombie. yusuf menelan ludah karena saking tegangnya dan akhirnya mereka berhasil melewati para zombie itu. “Berhasil” ujar Yusuf yang akhirnya berlari diikuti oleh teman-temannya yang lain. Kesepuluh anak itu pun menyeberang jalan begitu keluar dari alun-alun simpang lima. Mereka akhirnya tiba di Mall Ciputra. “Hosh... Hosh...” Mereka berlari kencang hingga akhirnya sampai ke pintu masuk. Pintu depan Mall tertutup oleh kayu, mereka kemudian mencari jalan lain. Mereka memasuki tempat parkir Mall Ciputra dan masuk dari sana melalui lift. Begitu lift terbuka, mereka berhasil masuk ke dalam Mall. “Akhirnya...” ujar Silvi tak percaya. Pemandangan di dalam Mall benar-benar di luar ekspektasi mereka. Kesepuluh anak itu terpana melihat pemandangan dalam Mall. “Ya tuhan, nyatakah yang kulihat ini?” ujar Suci tak percaya. Mall Ciputra ternyata menjadi tempat pengungsian. Banyak sekali orang-orang di dalamnya, mereka beristirahat dan saling membantu satu sama lain. “Tak kusangka Mall ini menjadi shelter bagi mereka yang masih bertahan hidup” ujar Yusuf takjub.
Angga berjalan paling depan diikuti teman-temannya yang lain. Mereka tak percaya kalau kawasan Masjid Agung Jawa Tengah benar-benar steril dari para zombie, lalu ketika mereka berada di pintu masuk, tampak delapan orang penjaga dibalik pagar besi yang dipasang seadanya, yang melingkar melindungi Masjid itu. Para penjaga itu tanpa bertanya apa-apa langsung membukakan pintu besi dan Angga dan yang lainnya pun masuk. “Apa ada yang terinfeksi diantara kalian?” tanya salah satu penjaga. “Tidak ada” jawa Angga tegas. “Tapi maaf, kalian masih harus diperiksa” ujar penjaga itu pada Angga dan teman-temannya yang lain. Para wanita dan laki-laki dipisah, mereka diperiksa di ruang yang berbeda. Lalu bebrapa saat kemudian anak-anak ini kembali bertemu, mereka saling memandang tak percaya. “Tak kusangka, akhirnya kita menemukan tempat yang aman” ujar Fina terharu. “Dan di tempat suci ini pula kita bisa berlindung. Subhanallah” ujar Heru tak percaya. “Aku sendiri juga tak menyangka bahwa tempat ini akan seaman ini” Nanang memandangi teman-temannya. “Setidaknya untuk beberapa saat ke depan kita bisa tinggal disini” ujar Hana senang. Rina dan yang lainnya menghadap ke belakang, tampak banyak orang yang tersenyum dan tertawa, mereka tampak gembira. “Kita beruntung bisa mencapai shelter ini. Ternyata masjid ini berfungsi sebagai shelter” ujar Rio gembira. Kesepuluh anak itu pun akhirnya berjalan bersama memasuki gedung di sebelah Masjid, tempat mereka akan beristirahat tanpa tahu esok seperti apa, kekacauan seperti apa dan masalah seperti apa yang akan menunggu mereka.



To be continued....

Note: Chapter kali ini berakhir dengan Happy Ending. Semoga teman-teman menyukai alur perkembangan cerita kisah ini dan G protes pada karakter yang selalu kumatiin tiap chapternya karena pada akhir kisah ini nanti hanya akan tersisa beberapa anak saja. Ha9X... Terima kasih atas apresiasinya dengan terus mengikuti kisah cerber ini. Setelah ini, kisah akan memasuki babak utama dan musuh yang sebenarnya pun akan muncul...

            Terima kasih sudah membaca Cerber College of the Death ini. Kisah cerber sepanjang 12 chapter ini akan menemani liburan para pembaca selama kurang lebih beberapa minggu ke depan. Tiap minggunya akan di update 2 buah cerber, sehingga para pembaca yang penasaran dengan lanjutan kisahnya dapat mengetahui kapan update kisah zombie thriller horror action ini. Kisah cerber ini terinspirasi oleh manga High School of the Dead. Ya, dan memang pada dasarnya aku ingin membuat sebuah cerber untuk teman-teman KEMPONG dengan mereka sendiri sebagai tokoh utamanya. Karakterisasi yang ada di cerber bukan karakterisasi anak-anak KEMPONG yang sesungguhnya, jadi jangan sampai terlarut dengan kisahnya, ya. Aku dan White Prince mempersembahkan hadiah menarik bagi para pembaca yang berhasil menebak dengan benar dan tepat siapa saja tokoh yang akan bertahan hidup hingga cerber ini berakhir. Tebak 3 nama saja yang akan bertahan hidup di akhir kisah cerber ini. Kirimkan tebakan kalian ke alamat email berikut ini: yusuf_luffy@ymail.com Bagi para pengirim yang berhasil menjawab dengan benar, akan diundi lagi untuk dipilih dua nama yang akan menjadi pemenang dan berkesempatan untuk menonton film 3D bareng The Dark Knight dan White Prince. Ayo segera kirim nama yang kalian jagokan, paling lambat tgl 20 Februari 2012. Pengumuman pemenang akan diumumkan pada Rempongs on the Week edisi perdana Season 2. Baiklah kalau begitu, terus ikuti kisah cerber ini ya. Salam dari The Dark Knight dan White Prince untuk para pembaca. Selamat menikmati liburan... XOXO... See ya...

Jika cobaan itu sepanjang sungai, maka seharusnya kesabaran itu seluas samudera. Jika harapan itu seluas hamparan, seharusnya ikhtiar itu seluas langit yang membentang. Jika pengorbanan sebesar bumi, seharusnya keikhlasan itu seluas jagad raya. Semua itu agar kita tidak kecewa ketika asa kita tak sampai, agar kita tak sedih ketika harapan kita tak tercapai.

0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
ini blog perdana "kempong"... mudah-mudahan dapat menampung saran dan segala unek-unek... ada postingan biodata para anggota kempong juga (eksklusif lho... ) jgn lupa tinggalkan komen yach.... terima kasih... HAH!!!

Pengikut

Blogger templates

Blogroll

Copyright © 2012 keluarga rempongTemplate by : UrangkuraiPowered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.