College of the Death

        Cerita ini hanya fiksi. Kesamaan nama orang dan tempat hanya kebetulan belaka.
Kisah dalam Cerber ini kupersembahkan untuk Teman-teman KEMPONG




Chapter 7

Unstoppable Runaway


        “Aaarrrggghhh...” Rio dan Rina tertangkap oleh orang-orang Syndicate, keduanya meronta-ronta agar bisa terlepas dari orang-orang itu. Aulia tertawa terbahak-bahak, ia memegang senapan dan mengarahkannya ke kepala Rina. “Akan kubunuh yang perempuan terlebih dahulu” ujar Aulia terkekeh. “Lepas... Lepas..” Rio berusaha melepaskan diri agar bisa menolong Rina. “Kau takkan bisa membunuhku semudah itu!” teriak Rina keras. “Benarkah?” Aulia tampak tersinggung dengan kata—kata Rina. “Hiyaaaat!!!” Rina melompat dan menendangkan kakinya ke tubuh Aulia yang ada di depannya sehingga orang yang menangkapnya dari belakang pun kehilangan keseimbangan dan terjatuh, seketika Rina terlepas dan berhasil menumbangkan 2 orang tersebut. “Rio! Menunduk!!” teriak Rina cepat, kemudian menendang orang yang menangkap Rio. Kedua anak itu akhirnya terbebas dan segera melarikan diri. “Bunuh mereka!” teriak Aulia keras. Rio dan Rina segera berlari ke belakang, mereka berlari dalam kerumunan yang berlawanan arah dengan mereka. Para pengungsi tampak kebingungan, mereka semuanya berlari menuju pintu keluar sedangkan Rio dan Rina menuju ke dalam Masjid. Aulia dan orang-orang Syndicate lainnya segera mengejarnya. Aulia kembali memakai helm dan maskernya. “Tembakkan bomnya!!” teriak Aulia keras. Bom dari Bazooka ditembakkan dan Jduaaar!!! Bom itu kembali meledakkan area Masjid. Rio dan Rina masih terus berlari menghindari ledakan-ledakan yang terjadi di sekitar mereka. “Rina, kita harus berlari menjauhi asap itu. Kita tak boleh sampai menghirupnya!” teriak Rio keras. “Aku tahu!” rina dan Rio akhirnya berlari menuruni tangga Masjid, keduanya bersembunyi diantara para pengungsi yang berlarian ke segala arah untuk menyelamatkan diri. “Orang-orang Syndicate itu takkan tahu kalau kita disini” ujar Rio sambil memandang ke belakang, nampak Aulia dan rekan-rekannya memandang ke segala arah, mencoba menemukan Rio dan Rina. Payung dari pilar-pilar di teras masjid akhirnya terbuka sepenuhnya sehingga payung itu menutupi teras di bawahnya, seketika pemandangan menjadi gelap. “Lari lebih cepat, Rina... Kita pasti bisa melarikan diri” ujar Rio memberi semangat. Bersama dengan para pengungsi lainnya, kedua anak itu terus berlari menuju pintu masuk Masjid. “Tidak ada, bus UNNESnya tidak ada” ujar Rina terkejut. “Berarti mereka sudah meninggalkan kita?” ujar Rio tak percaya. Dor dor dor... Tiba-tiba terdengar tembakan dimana-mana. Rio dan Rina segera tiarap. “Gawat, mereka tak membiarkan satu orang pun dari para pengungsi disini untuk bisa lolos” ujar Rina putus asa. “Merangkak, ayo!” ujar Rio pantang menyerah. Suara tembakan dan ledakan masih terus terjadi, Masjid Agung Jawa Tengah kini telah luluh lantak oleh serangan Syndicate. “Hanya ada dua pilihan, menyerah atau bertahan hidup” ujar Rio sambil terus merangkak. “Rina, lihat!!” Rio menunjuk Truk Trailer berlambang S yang berderet-deret di pinggir pintu masuk. “Aku punya ide” ujar Rio sambil memandangi Rina tajam. “Apa, apa Rio?” ujar Rina penasaran. “Ayo bangkit, dan bantu aku!” Rio dan Rina segera bangkit, keduanya berlari menuju pagar besi. “Rio, pagar ini dialiri listrik” ujar Rina keras. “Aku punya ini” Rio menunjukkan granat di tangannya. “Darimana kamu mendapatkannya?” tanya Rina tercengang. “Tadi saat aku ditangkap oleh orang-orang Syndicate itu, aku mencurinya dari mereka” jawab Rio sambil membuka tutup Granat. “Tunggu dulu, kamu yakin bisa menggunakannya?” ujar Rina ragu. “Hyaaa...!!!” Rio melemparkannya ke pagar besi di depan mereka dan Jduaaaaarrrr!!!! Rio dan Rina terpental ke belakang hingga terjatuh di rerumputan. Pagar besi di depan mereka berhasil diledakkan dan membentuk lubang yang besar. “Rina, kau baik-baik saja?” ujar Rio pelan-pelan bangkit. “Rio... itu..” Rina menunjuk depan mereka. Tampak beberapa zombie muncul dan masuk melalui lubang itu. “Tidak apa-apa, ayo kita terobos!” teriak Rio keras. Ia dan Rina segera menyerang para zombie yang berada di lubang itu dan keduanya akhirnya berhasil keluar. “Hosh... Hosh...” Rio segera melihat sekeliling, tampak para zombie yang mulai mendekat ke arah mereka. “Rio, bagaimana ini?” ujar Rina kebingungan. Tiba-tiba dari belakang mereka muncul para pengungsi yang berbondong-bondong keluar dari lubang yang sudah mereka buat. “Truk trailer itu!!” teriak Rio pada Rina. Keduanya segera berlari menuju truk trailer yang ada di dekat mereka. “Wuoi, keluar!!!” Rio menendang-nendang pintu truk dan 2 orang Syndicate yang berada di kursi depan segera turun. “Rio, sebenarnya apa rencanamu?” ujar Rina  masih tak mengerti. “Lari Rina!” Rio menarik lengan Rina ketika keduanya dikejar oleh orang-orang Syndicate tersebut. Mereka bersembunyi di belakng truk dan menanti orang-orang itu muncul dan... Jdaaag!!! Rio memukulnya dengan balok kayu besar. 2 orang Syndicate itu masih mampu berdiri tapi Rio dan kali ini dibantu oleh Rina menghantam mereka lagi dengan balok kayu hingga 2 orang Syndicate itu benar-benar pingsan. “Hosh... Hosh...” Rina terduduk kelelahan, kemudian memandangi Rio, masih mengekspresikan kepenasaranannya akan rencana Rio. “Ha9X... Ide nekatku berhasil” ujar Rio tersenyum kemudian membuka pakaian milik 2 orang tersebut. “Kau mau apa?” ujar Rina masih tak mengerti. “Kita menyamar jadi mereka” ujar Rio tersenyum. “Ha?” Rina terperangah tak percaya. “Iya, ayo bantu aku menelanjangi mereka” ujar Rio pada Rina.
        Gallant dan Iqma menaiki kendaraan dan menjaga jarak dari truk-truk trailer di depan mereka. Gallant mencoba menyembunyikan diri mereka agar tak sampai kelihatan oleh spion truk trailer itu. “Gallant, apa kita terlalu dekat?” ujar Iqma merasa tegang. “Tidak, ini jarak paling aman, di belakang truk trailer persis” ujar Gallant yakin, berkonsentrasi menjaga kecepatan motor yang ia kendarai agar tak menabrak truk yang ia buntuti. “Dari jalan yang sudah kita lalui, sepertinya kita menuju ke arah Bandara” ujar Iqma pelan. “Kurasa mereka akan kembali ke markas mereka selama ini, tapi kalau bandara, kurasa itu tak cukup luas untuk menyembunyikan banyaknya truk trailer dan helikopter-helikopter ini. Kemungkinan besar markas mereka ada di... Pelabuhan” ujar Gallant akhirnya.
        “Poseidon?” ujar Angga mengulang lagi kata Aji smile. “Ya, kita akan menuju Poseidon. Bila benar seluruh Indonesia bahkan dunia ini sudah terinfeksi wabah zombie ini, maka satu-satunya tempat paling aman yang bisa kita datangi adalah laut, dan orang-orang berlambang S atau dikenal dengan nama Syndicate itu belum akan mengurusi area laut karena mereka masih sibuk menaklukkan daratan” Aji smile menjelaskan alasannya mengajak teman-temannya menuju Poseidon. “Maaf aku tak mengerti, Poseidon itu apa?” ujar Vian tak paham. “Akan kujelaskan saja. Poseidon adalah kapal besar yang beberapa hari lalu mendarat di Pelabuhan Tanjung Emas. Kapal itu pasti bisa menjadi perlindungan paling aman bagi kita dari para zombie dan Syndicate” ujar Nanang menggantikan Aji smile bicara. “Tapi belum tentu Poseidon terbebas dari wabah zombie pula” ujar Angga keras. “Ya, aku tahu. Tapi Cuma itu satu-satunya tempat teraman yang bisa terlintas di kepalaku” ujar Aji smile kembali berbicara. “Lalu siapa itu Syndicate? Aku baru mendengarnya” ujar Hana penasaran. “Sebelumnya, aku, Aji smile, Rio dan Rina hanya tahu dari sebuah artikel di koran saja. Disitu disebutkan bahwa dalang dari beberapa kekacauan yang terjadi di dunia adalah organisasi teroris bernama Syndicate dan sudah kita buktikan bersama-sama dengan mata kepala kita sendiri bahwa organisasi itu benar-benar ada dan mereka benar-benar kuat juga berbahaya karena hanya dalam sehari, dengan asap yang mereka sebarkan ke seluruh Indonesia atau bahkan dunia, mereka berhasil memporakporandakan segalanya” ujar Nanang menjelaskan. “Ya tuhan, apa sebenarnya tujuan dari organisasi itu?” ujar Inggar tak percaya dengan apa yang sudah ia dengar. “Teman-teman, sekarang kita hanya bisa berdoa agar kita bisa selamat dari ini semua” ujar Heru memandangi teman-temannya. Fina, Angga, Aji smile, Nanang, Hana, Heru, Inggar dan Vian sadar bahwa kini mereka telah terlibat dalam suatu hal yang besar, hal menyeramkan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. “Baiklah, semoga perjalanan kita menuju Tanjung Emas lancar” ujar Aji smile sambil menelan ludah.
        Rio dan Rina yang sudah berganti pakaian hingga serupa dengan anggota Syndicate lainnya akhirnya menaiki truk trailer yang ada di dekat mereka yang baru saja mereka bajak. “Rio, kau yakin bisa mengendarai truk sebesar ini?” ujar Rina ragu. Rio tak menjawab, ia mencoba memandangi semua tombol di depannya dan mencoba mempelajarinya. “Sepertinya sama dengan mengendarai mobil biasa, hanya saja aku harus lebih pelan dan waspada” ujar Rio menelan ludah. “Aku percayakan ini padamu” ujar Rina pelan. Tiba-tiba truk trailer di depannya mulai bergerak maju. “Rio, sepertinya truk-truk trailer ini hendak berangkat” ujar Rina sambil menunjuk truk-truk trailer di depan mereka. “Ya, kita harus mengikuti mereka” ujar Rio akhirnya menghidupkan mesin. “Tapi apa rencana kita selanjutnya? Apa kita akan terus menyamar seperti ini?” ujar Rina lagi. “Ya, untuk sementara kita harus berpakaian seperti ini. Aku penasaran ke arah mana truk-truk trailer ini akan kembali, atau mungkin nanti kita akan menuju markas mereka?” ujar Rio akhirnya melajukan truk trailernya. Rina memandang keluar kaca, tampak ledakan masih terus terjadi di Masjid Agung Jawa Tengah. “Baiklah, kita berpasrah saja pada Allah apa yang akan terjadi selanjutnya” ujar Rina pasrah.
        Grakk... Truk trailer yang membawa Yusuf, Tanti, Toni, Silvi, Yessi dan Ifah akhirnya berhenti. “Sebelumnya aku mengira kita akan dibawa ke tempat pembuangan mayat, tapi setelah kupikir lagi, mungkin mereka akan membawa kita kembali ke markasnya, dan sepertinya markas mereka dekat dengan Simpang Lima karena Cuma beberapa puluh menit saja kurasa sejak kita dinaikkan ke trailer ini” ujar Toni panjang lebar. “Dan markas sebenarnya orang-orang belambang S ini adalah di...” Grtakkk... Pintu belakang trailer pun dibuka, orang-orang itu segera menyuruh para tawanan mereka untuk keluar, termasuk Toni dan yang lainnya.
        “Ya tuhan, jadi benar disini? Ini sebabnya keberadaan mereka tak terlacak” ujar Gallant takjub. Ia dan Iqma kini sedang bersembunyi di balik trailer besar, mereka meninggalkan kendaraan mereka di pinggir jalan. “Pelabuhan ini benar-benar porak-poranda” ujar Gallant tak percaya dengan kerusakan yang terjadi di pelabuhan Tanjung Emas. “Gallant, itu apa?” ujar Iqma terperangah melihat Kapal Raksasa yang cukup jauh dari posisi mereka sekarang. Gallant menggeleng-gelengkan kepala, ia terkesima dengan kemewahan dan indahnya kapal yang bertuliskan besar di badan kapalnya, Poseidon.
        Aji smile akhirnya menghentikan laju bus yang ia kendarai. Kini ia dan teman-temannya yang lain telah sampai di pelabuhan Tanjung Emas. “Luar biasa, dari jauh pun sudah kelihatan” ujar Nanang terpesona dengan keindahan kapal Poseidon. “Ayo, turun” ujar Aji smile pada teman-temannya yang lain. Kedelapan anak itu pun turun dari bus, mereka masih terpana dengan keindahan Poseidon. “Dari sini sampai ke Poseidon, kita jalan kaki saja karena aku khawatir kalau kita ketahuan oleh helikopter-helikopter dan Truk-truk Syndicate yang masih berkeliaran di sekeliling kita. “Tapi aneh, truk-truk itu pun juga banyak yang terparkir disini” ujar Vian sambil menunjuk Truk-truk Trailer berlambang S di dekat mereka. “Ternyata truk-truk itu ada dimana-mana” Hana dan yang lainnya segera mendekati truk terdekat. “Jdag! Jdag!!” pintu belakang truk terus digedor dari dalam. “Sepertinya ada orang di dalam” duga Angga. “Jangan-jangan Truk-truk ini adalah truk pengangkut para pengungsi yang masih bertahan hidup?” ujar Fina pada teman-temannya yang lain. “Ya, itu mungkin saja” Heru pun mencoba membuka pintu belakang truk itu. Vian, Angga dan Aji smile segera membantunya. Keempat anak itu mengerahkan tenaganya untuk membukanya dan Graaaoooo!!! “Awas!!!” Inggar segera menendang mundur para zombie yang ternyata berada di dalam bus itu. Angga, Heru, Aji smile dan Vian yang terkejut segera mundur. Graaaooo... Tapi para zombie itu segera melompat keluar dari dalam truk. “Gawat, kita salah sangka, ternyata isinya zombie” ujar Nanang menelan ludah. “Bukan, memang harusnya isinya adalah para pengungsi, tapi nampaknya ketika mereka di dalam trailer ini, mereka juga diberi asap beracun itu sehingga mereka berubah menjadi zombie” ujar Hana menelan ludah. “Teman-teman, ayo lari!!” teriak aji smile keras. Ia dan yang lainnya segera berlari menghindari para zombie itu, kedelapan anak itu berlari menuju Poseidon.
       “Gallant, lihat itu” Iqma menunjuk langit di atas kapal Poseidon, tampak banyak Helikopter mendarat disana. “Jadi, ternyata Poseidon adalah kedok mereka untuk bisa memasuki negara kita” ujar Gallant emosi. Iqma dan Gallant akhirnya kembali memandangi teman-temannya yang tertangkap. Tanti dan yang lainnya dideretkan sepanjang jalan. Orang-orang Syndicate mengelilingi mereka, ada yang menaiki Tank, ada yang bersenapan, ada yang membawa bazooka. “Gallant, ini terlalu mustahil” ujar Iqma ragu. “Hanya ini satu-satunya cara menolong teman-teman kita” ujar Gallant sambil terus melangkah pelan-pelan. Kedua anak itu pun akhirnya berada di dekat Tank yang kosong. “Aku akan mengendarai Tank ini, kau yang menembak” ujar Gallant sambil menaikkan tubuh Iqma ke atas Tank kemudian Iqma masuk ke dalam Tank. Gallant segra menyusul. “Kau yakin bisa mengendarai Tank ini? Gallant, aku belum pernah menembak..” ujar Iqma khawatir. “Sudah, percayakan saja kemudi Tank ini padaku, aku sering main game” ujar Gallant sambil mempelajari tombol-tombol di depannya. “Game dengan kenyataan itu berbeda” ujar Iqma sambil memukul punggung Gallant. “Bersiaplah di posisimu” ujar Gallant tak memedulikan kata-kata Iqma. “Aku belum pernah menembak sebelumnya” ujar Iqma sambil menyiapkan diri di posisinya. “Tembak secara brutal saja” ujar Gallant sambil masih mempelajari fungsi-fungsi tombol di depannya.
        “Sepertinya kita sudah salah besar” ujar Inggar sambil menunjuk helikopter-helikopter Syndicate yang lepas landas dan mendarat secara bergantian di atas kapal Poseidon. “Jadi, kapal Poseidon adalah markas Syndicate?” ujar Nanang tak percaya. “Gawat, lalu apa yang harus kita lakukan selanjutnya?” ujar Fina bingung. “Kita pikirkan itu nanti, yang penting kita terus berlari saja untuk menghindari para zombie yang mengejar kita” ujar Heru pada teman-temannya yang lain.
        Door... Dor... Para pengungsi terbunuh satu persatu lewat tembakan brutal orang-orang Syndicate. Tanti dan yang lainnya merupakan kelompok terakhir yang kini hendak mereka eksekusi. Silvi, Yessi dan Ifah menutup mata mereka sambil menitikkan air mata. Toni dan Tanti saling berpandangan, keduanya mengekspresikan perasaan tak ingin kehilangan satu sama lain. Yusuf memandang ke langit, ia terus berdoa agar diselamatkan oleh Allah. Kini para penembak jitu dari Syndicate bersiap untuk menembak mati keenam anak itu. Gallant dan Iqma bersiap dari jarak yang cukup jauh untuk menggagalkan eksekusi teman-temannya. “Gallant, aku nerveous” ujar Iqma gemetar memegang tembakan raksasa Tank. “Tidak apa-apa nerveous, asal jangan galau” ujar Gallant mencoba melawak. “Gallant, candaanmu G pada tempatnya” ujar Iqma tambah nerveous. “Iqma, kuhitung sampai 3 ya” ujar Gallant memberi aba-aba. “1... 2...” Gradak... Gradakk... Iqma dan Gallant tak jadi menyerang, tiba-tiba muncul truk trailer raksasa menerobos tempat eksekusi. Truk trailer itu melaju dengan cepat dan segera melindas orang-orang Syndicate disana, termasuk penembak jitu yang hendak mengeksekusi Tanti dan yang lain. “Apa yang terjadi?” ujar Gallant tak mengerti. “Terima kasih ya Allah” ujar Yusuf takjub dengan apa yang baru saja terjadi. “Teman-teman!” teriak Toni segera ketika banyak celah untuk melarikan diri di depan mereka. Beruntung mereka sama sekali tidak ditali atau diborgol sehingga mereka dapat segera berlari dari tempat eksekusi itu tapi orang-orang Syndicate lainnya tiba-tiba muncul di depan mereka. “Gawat, kita tak boleh sampai tertangkap lagi” ujar Silvi pada yang lainya. Orang-orang Syndicate lainnya segera mengecek Truk Trailer yang baru saja menerobos masuk ke dalam tempat eksekusi, pintu truknya terbuka dan kosong, para pengemudi yang bertanggung jawab terhadap kejadian itu sudah melarikan diri.
        “Kerja bagus Io” ujar Rina sambil mencoba mengatur nafasnya. Ia dan Rio kini bersembunyi di dalam mobil kosong yang tak jauh dari tempat eksekusi yang baru mereka terobos. “Tak kusangka kita akan bertemu teman-teman yang lainnya dalam keadaan seperti ini” ujar Rio sambil mengintip keadaan di luar, tampakm para anggota Syndicate yang kerepotan menangkap kembali Tanti dan yang lain. “Ada Yessi juga... Ternyata mereka tertangkap” ujar Rina ingin segera menolong teman-temannya. “Tunggu dulu, kita tak boleh gegabah. Aku ada ide lain” Rio menunjuk kapal Poseidon yang ada di dekat mereka. “Jangan katakan ide gila lagi” ujar Rina menelan ludah. “Kita bajak kapal itu, Poseidon” ujar Rio mantap.
        “Aaah..” Angga terjatuh. “Angga, kau tidak apa-apa?” Heru mencoba menolong Angga. “Angga, bengekmu tidak boleh kumat di saat seperti ini” ujar Hana keras. Para zombie pun mendekat dan mau tidak mau akhirnya mereka harus berhadapan langsung dengan para zombie. Aji smile dan Vian yang sudah terbiasa mengeksekusi para zombie, dengan lincah menghancurkan kepala para zombie. Angga akhirnya bangkit berdiri, ia mencoba mengatur pernafasannya. “Gawat, mereka terlalu banyak” ujar Inggar mulai kerepotan. Dor... Dor... Tak jauh di depan mereka, terdengar suara tembakan mendekat. Nanang dan yang lainnya menoleh, tampak orang-orang Syndicate itu menembak secara membabi buta ke arah orang-orang yang dikejarnya, yang makin lama makin familiar begitu orang-orang itu makin dekat. “Ya tuhan, Silvi, Yessi, Ifah, Toni, Tanti, Yusuf?” ujar Fina tak percaya. “Teman-teman?” teriak Yessi tak percaya, melihat teman-temannya yang lain. Tanti dan yang lainnya segera membantu melawan para zombie yang sedang dihadapi Aji smile dan yang lain. Para anggota Syndicate mau tidak mau juga harus menghadapi para zombie di depan mereka. Dor... Dor... target mereka kini beralih, dari Tanti dan kawan-kawan, ke para zombie. “Ini kesempatan kita” ujar Toni pada yang lainnya. Anak-anak itu segera kabur begitu anggota Syndicate itu sibuk menghadapi para zombie. “Fina!” “Yessi!” kedua sahabat yang terpisah itu segera berpelukan. “Bukan waktunya untuk kangen-kangenan” ujar Hana mengingatkan keduanya agar tetap berlari. “Hei, bagaimana ceritanya kalian bisa tertangkap?” tanya Inggar cepat. “Dan bagaimana caranya kalian bisa ada disini?” tanya Ifah balik. “Sudah, tanya-tanyaannya nanti saja” ujar yusuf keras. “Lalu kita sekarang mau bersembunyi dimana?’ ujar Vian pada teman-temannya yang lain. “Kita tetap menuju ke Poseidon” ujar Aji smile keras. Jduaaar!!! Tiba-tiba bom meledak di dekat mereka, anak-anak itu terpental dan jatuh tak berdaya. Jduaaarrr!!! Sekali lagi bom diledakkan oleh anggota Syndicate. Heru mencoba bangkit, kemudian sadar bahwa mereka kini terkepung oleh anggota Syndicate.
        Rio dan Rina yang masih menyamar dengan pakaian Syndicate berhasil memasuki Poseidon dengan lancar, keduanya segera berlari menuju dek kapal paling atas. “Rio, kita tak tahu denah kapal ini, lalu kau yakin dengan arah kita?” ujar Rina ragu. “Tujuan kita jelas, dek paling atas kapal Poseidon jadi kita hanya tinggal naik terus. Aku yakin kita pasti bisa sampai ke dek atas” ujar Rio keras. Akhirnya kedua anak itu pun menemukan lift, mereka segera memasukinya dan memencet nomor paling atas.
        “Teman-teman, kalian baik-baik saja?” teriak Angga keras pada teman-temannya yang lain. Anak-anak yang sudah bisa bangkit segera menolong yang lain. Syndicate mengepung mereka dan kini mereka benar-benar terdesak tapi... Jduam...!! Bom meledak mengenai orang-orang Syndicate. “Apa itu?” ujar Tanti menelan ludah. “Keajaiban terjadi lagi, teman-teman” Yusuf tertawa senang. Sebuah Tank besar melaju ke arah mereka dan di atasnya... “Iqma?” ujar Vian tak percaya. “Mati kalian!!!” teriak Iqma keras sambil melancarkan tembakan berpeluru banyak secara membabi buta ke arah orang-orang Syndicate. “Bagus, Iqma. Sekarang giliranku!” teriak Gallant bersemangat. “Rasakan ini!” Gallant memencet tombol biru di depannya dan Jduaaarrr!! Tembakan Tank kembali menghancurkan orang-orang Syndicate yang sebelumnya mengepung Tanti dan yang lain. “Ini waktunya lari, ayo!!” teriak Yessi pada yang lainnya. Tak disangka, anak-anak itu terpecah menjadi dua bagian. Heru, Yusuf, Ifah, Fina, Yessi, dan Inggar berhasil lari sedangkan Angga, Toni, Hana, Vian, Aji smile, Nanang, Tanti, dan Silvi harus berhadapan dengan orang-orang Syndicate yang tak membiarkan mereka lolos. Angga dan yang lain segera mengambil senjata-senjata milik orang-orang syndicate yang sudah mati. “Teman-teman!!” teriak Yessi hendak berbalik dan membantu teman-temannya. “Jangan Yessi, kita harus terus lari!” cegah Yusuf. “Kau ingin melarikan diri seperti waktu itu lagi? Seperti saat meninggalkan Tika?” teriak Yessi tiba-tiba tersulut emosi. “Tidak, jangan berpikir seperti itu. Aku ingin kita bersembunyi dan mengamankan diri, setelah itu baru kita bisa menolong mereka dari belakang, seperti yang dilakukan oleh Gallant dan Iqma tapi kalau kita kembali dan bertarung dengan orang-orang Syndicate itu sekarang, hasilnya akan nol besar karena skill bertarung kita kalah jauh dan hanya akan membebani satu sama lain untuk saling melindungi” ujar Yusuf panjang lebar. “Yusuf benar, Yessi... Tahanlah dulu sebentar” ujar Heru ikut menenangkan. “Baiklah, lalu sekarang kita kemana?” tanya Yessi akhirnya menurut. “Poseidon!” ujar Yusuf keras. “Poseidon sebelumnya juga menjadi tujuan kami untuk berlindung, tapi kau lihat sendiri kan, ternyata Poseidon adalah markas anggota Syndicate” ujar Fina memberitahu. “Bukan, kita takkan menjadikan Poseidon sebagai tempat perlindungan, kita akan membajaknya!” ujar Yusuf pada teman-temannya yang lain.
        “Gallant, lihat disamping kita!” teriak Iqma sambil terus menembaki anggota Syndicate. Gallant mencoba mengalihkan sebentar pandangannya dari kemudi, tampak beberapa Tank lain muncul . “Gawat” ujar Gallant segera dan secara refleks ia mengarahkan tembakan ke Tank-tank itu dan Jduaaar!! Gallant berhasil lebih dulu menembaki Tank-tank itu. “Ayo keluar dari Tank ini!” teriak Gallant keras. Ia dan Iqma segera menghentikan serangan mereka, keduanya keluar dari Tank yang sudah tidak aman lagi itu dan Jduaar!!! Tepat pada waktunya, Tank yang sebelumnya mereka kendarai itu baru saja hancur diledakkan oleh Helikopter di atas mereka. “Kita mau kemana?” teriak Iqma keras. “Poseidon!! Kita harus kesana!!” teriak gallant keras.
        “Makan ini!!!” Jduaaar!!! Vian baru saja menembak balik orang-orang Syndicate menggunakan Bazooka. “Kita tak mungkin terus berada disini!” teriak Hana sambil terus menembakkan senjata ke segala arah. Angga yang tak kuat tiba-tiba pingsan. “Angga!” teriak Nanang keras. Ia segera mencoba membangunkan Angga tapi ia tetap tak sadarkan diri. “Toni dan yang lainnya mencoba melindungi Nanang yang mencoba memapah Angga dan menyembunyikannya di balik kargo raksasa. “Teman-teman, kita harus mundur!!!” teriak Toni pada yang lainnya. “Tidak bisa, mereka terus saja menembak ke arah kita, kita hanya bisa bertahan dengan terus menyerang mereka juga!” teriak Silvi keras.
        “Berhasil” Rio dan Rina akhirnya berada di dek paling atas kapal Poseidon, terbentang luas di depan mereka helikopter-helikopter Syndicate. “Maksudmu membajak dan menolong teman-teman itu?” ujar Rina tak percaya dengan apa yang ia duga. “Benar, aku yang akan menolong teman-teman dengan mengendarai Helikopter ini dan kau yang bertugas membajak Poseidon, jadi ketika aku dan teman-teman berhasil lari, kau sudah harus siap dengan kapal Poseidon ini” ujar Rio tanpa rasa dosa. “Kau gila, ya? Mana mungkin aku bisa membajak kapal segede ini, kau kira membajak bus? Dan lagi, memang kau bisa mengendarai Helikopter?” ujar Rina tiba-tiba merasa pusing. “Tenang saja, Allah pasti akan memberikan jalan bagi hambanya yang mau berusaha” ujar Rio sambil memamerkan posenya dengan jempol seperti biasa. “Terserah kau” ujar Rina tampak marah. “Baiklah, aku serahkan kapal ini padamu” ujar Rio tampak tak peduli dengan ekspresi kesal Rina. Ia segera berlari menuju Helikopter terdekat, dan ia pun tak dicurigai oleh orang-orang Syndicate yang berada disana. “Aku sendirian sekarang” uajr Rina tak percaya, ia segera memasuki kapal Poseidon kembali.
        “Ayo... Ayo... Tak ada penjaganya!” teriak Yusuf pada teman-temannya yang lain ketika akhirnya mereka sampai di pintu masuk Poseidon. Anak-anak itu segera berjalan dengan hati-hati sambil menghindari orang-orang Syndicate yang ada di dalam. Mereka beruntung karena ketika mereka mencoba bersembunyi di sebuah ruangan, itu adalah tempat ganti baju, di dalamnya tergeletak banyak pakaian Syndicate. “Allah memang bersama kita” ujar Yusuf kembali bersyukur. Keenam anak itu pun akhirnya memakai pakaian Syndicate. “Teman-teman, rencananya begini...” Yusuf segera memberitahukan rencananya pada teman-temannya yang lain. “Apa? Itu terlalu gila. Teman-teman kita masih berada di luar sana” ujar Ifah menolak. “Tapi aku tetap yakin dengan rencana ini. Aku yakin teman-teman pasti takkan kenapa-kenapa karena tujuan kita adalah melumpuhkan jalur udara” ujar Yusuf lagi. “Tapi dimana lokasi kokpit kapal ini? Dan belum tentu alat yang kau maksud benar-benar berada di kokpit” ujar Fina keras. “Aku tak tahu, maka dari itu kita harus berpencar untuk mencari kokpit. Soal ada atau tidaknya alat yang kumaksud itu nanti bergantung keadaan di kokpit, jadi nanti rencana akan berubah sesuai dengan siapa diantara kita yang akan tiba di kokpit lebih dulu” ujar Yusuf sambil menghela nafas panjang dan kemudian berteriak, “Kita pasti bisa!!!”
        Angga masih pingsan, Nanang terus mencoba membangunkannya dan Jdaag!!! Seseorang memukul Nanang dari belakang. Nanang pun menoleh, tampak seorang wanita berpakaian Syndicate yang membawa sebuah pentungan. “Hai, aku Aulia Atmaningtri. Kalian akan mati di tanganku” ujar wanita Syndicate itu. “Hyaaah!!!” tiba-tiba Tanti menyerang wanita itu kemudian Silvi dan Hana membantu Tanti menyerang Aulia. Toni, Vian, dan Aji smile tampak berlari menghindari orang-orang Syndicate. “gawat, peluru kita habis, kita hanya bisa berlari menghindar” ujar Toni putus asa. Aji smile memandang ke atas, tampak sebuah Helikopter yang terbang dengan aneh mencoba menembakkan tembakan ke arah mereka. “Gawat, tiarap!!” teriak Aji smile sadar. Jdubam!!! Ledakan besar terjadi, Toni, Vian, dan Aji smile tiarap pada saat yang tepat, mereka tak sampai terpental. Ledakan itu menghancurkan orang-orang Syndicate yang mengejar mereka. Aji smile bangkit dan kembali melihat Helikopter itu. “Siapa sebenarnya pengemudinya? Kenapa menyelamatkan kita?” ujar Aji smile penasaran. Jdbuam!! Helikopter itu kembali menembak Tank-tank yang hendak menyerang. “Tidak peduli siapa yang ada di dalam helikopter itu, ini kesempatan kita untuk lari” ujar Toni. “Tidak, aku ingin menyerang balik!” ujar Vian sambil memberikan senjata pada Aji smile dan Toni. Vian segera mengarahkan bazooka ke langit, ke helikopter lain yang hendak menyerang helikopter yang baru saja menyelamatkan mereka. “Hyaaahhh!!!!” Jduar!!! Ledakan di langit terjadi ketika Vian berhasil menembak Helikopter di atasnya. Toni dan Aji smile segera menembaki para anggota Syndicate yang lengah. “Waktunya balas dendam!!!” Dor... Dor... Dor... Aji smile dan Toni berhasil melumpuhkan lawan-lawan mereka. Di langit, Helikopter yang terbang dengan aneh itu terus menembaki para anggota Syndicate, Tank, dan helikopter lain. “Yes, berhasil!” ujar Rio yang ternyata mampu mengendarai Helikopter. Pandangannya lalu beralih ke kapal Poseidon, tampak Helikopter-helikopter Syndicate mulai lepas landas dari dek atas. “Gawat, mereka akan memberikan serangan balasan” ujar Rio mencoba berpikir, “Tapi aku tidak mungkin menyerang kapal Poseidon” ujar Rio lagi. Dalam hatinya, ia benar-benar ingin membajak kapal itu sehingga ia tak ingin merusak kapal Poseidon.
        Aulia yang lebih kuat akhirnya mampu menjatuhkan Hana, Silvi dan Tanti sekaligus. “Kalian kira bisa mengalahkanku?” ujar Aulia sombong. Nanang akhirnya kembali menghadapi Aulia. Ia beradu tinju dengan wanita Syndicate. “kau lumayan juga” ujar Aulia menantang tapi Aulia segera berbalik menyerang Nanang da langsung mengalahkannya. “Hahaha... Lemah sekali” ujar Aulia sambil menginjak tubuh Nanang. “Hei, kau orang Indonesia kan? Kenapa kau menghancurkan negerimu sendiri?” teriak Nanang keras. “Aku memang punya darah Indonesia, tapi aku tidak memiliki kebangsaan” ujar Aulia menjawab enteng. “Sebelumnya aku berhasil membuka helm anggota Syndicate lainnya dan isinya adalah orang Negro, sebenarnya kalian itu apa? Syndicate itu apa?” teriak Silvi keras. “Kalian terlalu banyak tahu. Kalian harus segera mati” ujar Aulia sambil mengambil senjata dari dalam sakunya. “Matilah kalian” “Kau yang mati!!” Jduag!! Tiba-tiba kepala Aulia dipukul dengan keras hingga Aulia pun jatuh. “Angga?” ujar Hana tak percaya. “Rasakan ini!!!” Angga memukuli Aulia hingga lumpuh. “Teman-teman, ayo lari!!!” Toni, Vian, dan Aji smile tiba-tiba kembali muncul. “Kalian baik-baik saja?” tanya Nanang keras. “Ya, kami baik- baik saja. Kami ditolong oleh Helikopter diatas” Toni menunjuk helikopter di atas mereka tapi Jduaaarrr!!! Helikopter itu baru saja hancur ditembak oleh helikopter-helikopter lain secara bersamaan. “Tidak mungkin...” ujar Aji smile terkejut mendapati Helikopter penolong mereka baru saja hancur. “Teman-teman, ayo lari!!” teriak Angga sambil menunjuk belakang mereka, tampak para anggota Syndicate lain muncul dan hendak mengejar mereka. Anak-anak itu pun berlari menghindar. “Padahal aku ingin membalas menginjak-injak dulu Aulia sialan itu” ujar Nanang tak terima. “Aku kan sudah membalaskan dendammu” ujar Angga sambil memandangi Nanang. “Sekarang kita kemana?” tanya Toni keras. “Ayo kita menuju Poseidon!!!” teriak Aji smile menjawab dengan keras.
        Ifah, Inggar, Yessi, dan Fina mencoba berjalan normal diantara para anggota Syndicate lain. Keempatnya tak saling berbicara selama menyusuri lorong, mereka terus mengecek tiap ruangan yang mereka lewati hingga akhirnya mereka benar-benar tiba di kokpit. Di dalam ruangan itu berisi banyak orang Syndicate. Fina memberanikan diri untuk memimpin teman-temannya, mengecek alat yang dimaksud Yusuf dan ada. “Alat peledak asap ini benar-benar ada” bisik Fina pada teman-temannya. Fina menelan ludah sambil melihat sekelilingnya. Ia gugup. “Ayo Fin, segera tekan tombol itu. Aku akan melumpuhkan orang-orang Syndicate di kokpit ini begitu mereka menyadari siapa kita” ujar Inggar pelan. “Tapi kalau aku benar-benar menekan tombol ini, dan ledakannya tak Cuma mengenai langit, tapi juga daratan, berarti orang-orang yang masih di pelabuhan akan ikut menjadi zombie padahal tujuan kita adalah meledakkan asap ini ke langit saja sehingga awak-awak helikopter keracunan dan jalur udara bersih dari Syndicate” ujar Fina mengemukakan kekhawatirannya.
        Heru dan Yusuf berlari di lorong kapal hingga akhirnya tiba di balkon kapal. “Heru, lihat itu” Yusuf menunjuk seseorang yang tampak mencoba menyelamatkan diri di laut, orang itu nampaknya tak bisa berenang. “Siapa itu? Rasanya aku kenal tapi pakaiannya adalah pakaian Syndicate” ujar Yusuf merasa familiar. “Itu Rio, kan?” ujar Heru tak percaya. “Benarkah? Lalu ngapain dia disana?” ujar Yusuf bingung. “Entahlah, tapi Rio memang tak bisa berenang” beritahu Heru. “Aku harus menolongnya!!” ujar Yusuf sambil melepas pakaian luarnya. “kau akan meninggalkanku?” ujar Heru pelan. “Sampai jumpa!!” Yusuf tak punya banyak waktu untuk menjelaskan rencananya selanjutnya pada Heru ataupun menjawab pertanyaan Heru karena Rio tak bisa menunggu untuk ditolongnya, ia segera meloncat dari balkon dan Byuuur!!! Ia terjun ke laut dan segera berenang ke arah Rio. “Dia benar-benar menolongnya” ujar Heru sambil memandangi Yusuf yang terus berenang ke arah Rio.
        “Kita berhasil masuk” ujar Gallant pada Iqma. “Gallant, aku takut ketahuan” ujar Iqma jujur. “Ya, aku tahu” ujar gallant pelan. Kedua anak itu pun menyusuri isi kapal dan terus bersembunyi bila akan berpapasan dengan orang-orang Syndicate. “Setidaknya kita harus memakai pakaian dan helm yang sama dengan mereka sehingga kita bisa lebih leluasa bergerak di dalam kapal ini” ujar Gallant tiba-tiba punya ide. “Ok, aku tahu maksudmu” ujar Iqma yang tiba-tiba menjatuhkan dirinya di lantai. “Iqma, apa yang kau lakukan?” ujar gallant tak mengerti tapi terlambat, lima anggota Syndicate itu tiba-tiba muncul dan segera menyadari keberadaan Iqma dan mereka pun berusaha menangkapnya tapi Jdaaag!!! Iqma menendang bagian vital orang Syndicate yang paling depan. “Gallant, sekarang!!” teriak Iqma keras. Gallant yang masih tak mengerti maksud Iqma segera bergerak sesuai intuisinya saja. Ia menembaki anggota Syndicate yang ada di depannya Dor... Dor... Dor... “Berhasil” ujar Iqma segera mengecek apakah anggota Syndicate itu masih mampu berdiri atau tidak. “Gallant, kita berhasil melumpuhkan mereka” ujar Iqma senang. Drap... Drap... Drap... Langkah kaki terdengar dari segala penjuru dan benar saja, gara-gara kebisingan suara tembakan Gallant, para anggota Syndicate pun segera datang dan keduanya terkepung. “Aaah!!!” ujar Gallant jengkel. “Maafkan aku, Lant, kukira ini akan berhasil” ujar iqma tak percaya kalau rencananya akan gagal.
        “Rio!!!” teriak Yusuf ketika ia kehilangan sosok Rio padahal ia sudah hampir dekat dengan posisi Rio. “Gawat...” ujar Yusuf sadar. Akhirnya Yusuf pun menyelam dan mencoba mencari-cari. Benar, Rio tenggelam tapi Yusuf segera menyelam lebih dalam. Ia berhasil mencapai Rio dan segera menariknya ke permukaan. Splaaassshhh. Keduanya berhasil mencapai permukaan. “Aaahhh... Berat juga ternyata” ujar Yusuf kerepotan berenang sambil menarik tubuh Rio.
        Para anggota Syndicate tiba-tiba mendekati Fina dan yang lain yang memang tampak mencurigakan dari tadi. Inggar bersiap untuk menyerang tapi Fina memberinya aba-aba agar bersikap normal. Tiba-tiba salah satu anggota Syndicate itu mengajak Fina dan yang lainnya bicara, dan ia menggunakan bahasa korea. Fina dan yang lainnya yang tak mengerti, diam saja tak mejawab. Orang yang mengajak mereka bicara itu membuka helmnya dan bukan orang korea, tapi orang amerika. “Who are you?” ujar orang itu mencoba melepas helm Inggar tapi Jdaag!! Inggar segera menangkis tangan orang itu. Seketika para anggota Syndicate yang lain menyadari siapa Fina dan yang lain. “gawat, kita harus menghadapi mereka semua?” ujar Ifah tak percaya. Inggar akhirnya melawan orang-orang Syndicate yang ada di kokpit. Fina kembali memandangi tombol di depannya, ia masih bingung. Jder... Jder... Tiba-tiba seseorang dari pintu masuk menembaki orang-orang Syndicate dengan tembakan yang tak ada habis-habisnya. “Rina?” ujar Yessi tak percaya melihat orang di pintu masuk itu. “Kalian?” Rina sesaat mengalihkan pandang kepada teman-temannya dan Jdaag!! Saat lengahnya itu segera dimanfaatkan anggota Syndicate di dekatnya untuk menghajarnya jatuh. “Rina!!!” Yessi, Ifah, dan Fina akhirnya meninggalkan tombol peledak asap dan memilih untuk membantu Rina. Kelima wanita itu mencoba mengalahkan para anggota Syndicate yang berada di dalam kokpit.
        “Rio, bangun!!!” Yusuf mencoba memompa dada Rio tapi ia tak bereaksi. “Aaahhh...” ujar Yusuf terus berusaha. Kini, kedua anak itu berada di tepi laut, sejak tadi Yusuf terus mencoba menyadarkan Rio tapi Rio nampaknya dalam keadaan kritis. Yusuf mencoba mengecek denyut nadi Rio tapi lemah dan nafasnya pun lemah. “aku tak percaya aku akan melakukan ini” ujar Yusuf menelan ludah.
        “Fina, cepat tekan tombolnya!!!” teriak Inggar mengingatkan tujuan mereka. “Ah, maaf aku lupa” ujar fina ingat. Ia segera menghampiri mesin yang sebelumnya dan ia memantapkan hatinya. “Apapun yang terjadi, aku percaya pada keputusanku ini” ujarnya keras. “Hyaaa!!!!” teriaknya dan Din!!! Terdengar suara keras begitu Fina memencet tombol itu. Para anggota Syndicate yang lain tampak terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Fina dan Inggar dan yang lain memanfaatkan kesempatan itu selagi mereka lengah untuk menyerang mereka. Fina mencoba melihat apa yang terjadi melalui kaca, persis di depannya terbuka sebuah lubang dan muncul semacam rudal, “Ya tuhan...” ujar Fina tak percaya. Rudal itu segera meluncur ke atas, melesat ke langit, dan Byaaar!!!
        “apa itu?” ujar Nanang terperangah. Ia dan teman-temannya yang lain berhenti melangkah ketika mereka sampai di pintu masuk Poseidon, mereka terkejut dengan rudal yang baru saja ditembakkan ke atas langit dan meledak, mengeluarkan asap putih yang dengan cepat menyebar kemana-mana. “Rudal? Aaahhh... Kita benar-benar terlibat dalam sebuah perang” ujar Aji smile tak percaya. “Asap itu bukankah asap yang menyebabkan wabah zombie” ujar Vian mengingatkan teman-temannya. “Teman-teman, ayo kita segera masuk, asap itu menyebar dengan cepat!!” teriak Hana pada yang lainnya. “Semoga Allah terus melindungi kita” ujar Silvi berdoa. Angga dan yang lainnya segera memasuki kapal Poseidon.
        “Rudal??” Yusuf menengadah ke atas. “Tak kusangka teman-teman berhasil melakukan sesuai rencanku, tetapi...” Yusuf menelan ludah, memandangi satu persatu Helikopter berjatuhan karena awaknya keracunan asap yang ditimbulkan oleh ledakan rudal tersebut. Seketika langit di atas pelabuhan diselimuti oleh asap tebal. “Gawat, asap itu terus menyebar. Kalau begini terus, daratan pun akan terkena asap itu” ujar Yusuf sadar. “Bagaimana ini?” ujar Yusuf bingung sambil memandangi Rio yang masih tak sadarkan diri. “Aku tidak mau jadi zombie” Yusuf pun berpikir keras, tak mungkin ia menggendong Rio dan membawanya hingga sampai ke dalam kapal Poseidon karena waktunya tidak akan cukup lalu Yusuf pun memandang laut di dekatnya kemudian muncullah sebuah ide di kepalanya. “Maaf Rio, tapi ini satu-satunya cara” ujar Yusuf menelan ludah.
        “Gallant... Iqma?” ujar Heru tak percaya ketika ia melihat dua temannya sedang digiring menyusuri lorong oleh para anggota Syndicate lalu tiba-tiba. “Hah?” Angga dan yang lainnya tiba-tiba muncul menghalangi jalan para anggota Syndicate yang sedang menggiring Gallant dan Iqma. “Teman-teman?” ujar Gallant tak percaya. “Gawat, kita ketahuan lagi” ujar Tanti terkejut melihat rombongan Syndicate di depan mereka. “Perang ini belum berakhir, ayo kita lawan mereka” ujar Aji smile bersiap dengan senjatanya. Tiba-tiba muncul Fina dan yang lainnya yang sedang melarikan diri dari kejaran anggota Syndicate di belakangnya. “Hah?” ujar Heru tak percaya, teman-temannya akan berkumpul semuanya disana. Heru menelan ludah, ia berusaha memikirkan cara bagaimana menyelamatkan teman-temannya sekaligus. “Kalian?” ujar Rina menghentikan langkahnya. “Teman-teman, ayo serang!!!” teriak Toni keras. Gallant dan Iqma segera tiarap ketika tembakan terjadi di segala arah. “Serang sambil lari!!!” teriak Yessi kencang. Heru akhirnya mengambil granat dari dalam sakunya, membuka tutupnya dan Jduaaarrr!!! Ledakan besar terjadi hingga membuat orang-orang di dekat ledakan itu terpental jatuh. “Teman-teman, arah sini!!!” teriak Heru mengomando teman-temannya untuk mengikuti instruksinya. Angga dan yang lain segera memasuki ruangan yang ditunjuk oleh Heru dan Heru segera menutup pintu itu lagi. “Berhasil” ujar Heru lega. “Teman-teman” ujar Inggar terharu ketika bisa bertemu dengan teman-temannya. Fina, Rina, dan Yessi saling berpelukan dan selama beberapa saat mereka larut dalam acara nostalgia mereka. Gallant dan Iqma pun menceritakan aksi nekat yang sudah mereka lakukan, Rina menceritakan bahwa dirinyalah dan Rio yang sebelumnya menerobos tempat eksekusi dan Rio lah sang pilot helikopter yang menyelamatkan mereka. Heru menceritakan bahwa Rio masih hidup dan Yusuf sedang menyelamatkannya. Fina menceritakan bahwa dia lah yang menekan tombol peledakan asap, yaitu rudal yang baru saja meledak di langit. Anak-anak itu tak memedulikan pintu yang dari tadi coba dihancurkan oleh para anggota Syndicate yang hendak menangkap mereka, anak-anak itu mendekati jendela dan memandang keadaan di luar yang penuh dengan asap. Ya, asap itu telah menjangkau daratan dan pelabuhan Tanjung Emas tertutupi oleh asap putih yang menyelimutinya, tampak orang-orang Syndicate lemah tak berdaya karena menghirup asap itu dan ada beberapa yang sudah menjadi zombie. “Teman-teman, kali ini kita sudah berkumpul bersama. Kali ini kita harus bersatu, kita tak boleh terpencar lagi” ujar Nanang pada teman-temannya yang lain. “Ya, dan kali ini kita harus membalas mereka” ujar Aji smile berapi-api. “Kepada organisasi teroris yang sudah memporakporandakan negara kita” Fina menelan ludah. “Ya, ayo kita kalahkan mereka” ujar Vian bersemangat. “Perang ini masih belum usai, kali ini.... Giliran kita”


To BE CONTINUED....

Note: Akhirnya pertempuran yang sebenarnya pun dimulai. Musuh yang sebenarnya sudah jelas siapa dan setelah ini, paruh kedua Cerber ini akan terus berisi action dengan jumlah halaman yang banyak sehingga saat aku menulis kisah chapter 7 ini dan sadar kalau aku sudah melewati batas halaman per chapternya, kisah College of the Death ini sudah tidak mungkin lagi disebut cerber, karena lebih tepat disebut dengan novel. Ha9X.. Khusus di chapter kali ini, tidak ada yang mati karena aku makin lama makin G tega untuk menghapus satu per satu karakternya. Jadi, kalaupun akan ada adegan kematian, akan kubuat lebih layak dan memorable. Ha9X..

        Terima kasih sudah membaca Cerber College of the Death ini. Kisah cerber sepanjang 12 chapter ini akan menemani liburan para pembaca selama kurang lebih beberapa minggu ke depan. Tiap minggunya akan di update 2 buah cerber, sehingga para pembaca yang penasaran dengan lanjutan kisahnya dapat mengetahui kapan update kisah zombie thriller horror action ini. Kisah cerber ini terinspirasi oleh manga High School of the Dead. Ya, dan memang pada dasarnya aku ingin membuat sebuah cerber untuk teman-teman KEMPONG dengan mereka sendiri sebagai tokoh utamanya. Karakterisasi yang ada di cerber bukan karakterisasi anak-anak KEMPONG yang sesungguhnya, jadi jangan sampai terlarut dengan kisahnya, ya. Aku dan White Prince mempersembahkan hadiah menarik bagi para pembaca yang berhasil menebak dengan benar dan tepat siapa saja tokoh yang akan bertahan hidup hingga cerber ini berakhir. Tebak 3 nama saja yang akan bertahan hidup di akhir kisah cerber ini. Kirimkan tebakan kalian ke alamat email berikut ini: yusuf_luffy@ymail.com Bagi para pengirim yang berhasil menjawab dengan benar, akan diundi lagi untuk dipilih dua nama yang akan menjadi pemenang dan berkesempatan untuk menonton film 3D bareng The Dark Knight dan White Prince. Ayo segera kirim nama yang kalian jagokan, paling lambat tgl 20 Februari 2012. Pengumuman pemenang akan diumumkan pada Rempongs on the Week edisi perdana Season 2. Baiklah kalau begitu, terus ikuti kisah cerber ini ya. Salam dari The Dark Knight dan White Prince untuk para pembaca. Selamat menikmati liburan... XOXO... See ya...

•    Dimana terdapat kepemurahan, terdapat pula keberanian.. benarlah, sesungguhnya dermawan sejati dan keberanian sejati adalah dua saudara kembar yang tak pernah berpisah satu dari lainnya untuk selama-lamanya.
•    Saat kita sendiri, saat itulah kita bisa merenung, merenungi segala tingkah yang telah kita perbuat. Kala itu kita bisa mengevaluasi diri.

0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
ini blog perdana "kempong"... mudah-mudahan dapat menampung saran dan segala unek-unek... ada postingan biodata para anggota kempong juga (eksklusif lho... ) jgn lupa tinggalkan komen yach.... terima kasih... HAH!!!

Pengikut

Blogger templates

Blogroll

Copyright © 2012 keluarga rempongTemplate by : UrangkuraiPowered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.