College of the Death


Cerita ini hanya fiksi. Kesamaan nama orang dan tempat hanya kebetulan belaka.
Kisah dalam Cerber ini kupersembahkan untuk Teman-teman KEMPONG





Chapter 8
Poseidon, God of the Sea



            “Hosh... Hosh...” Yusuf membaringkan Rio di tepi kolam. Ia baru saja menyelam dan menyusup ke dalam Poseidon lewat bawah. Ya, Yusuf baru saja melakukan ide gilanya dan untung saja di bawah kapal terdapat lubang yang menghubungkan dengan laut, yaitu kolam yang kini berada di samping mereka. “Hosh.. Hosh...” Yusuf masih terbaring lemas, matanya melihat sekeliling, tak ada siapa-siapa, sepertinya awak kapal Poseidon masih sibuk mengejar teman-temannya. “Rio...” Yusuf memandangi Rio yang masih tak sadarkan diri. Yusuf segera mengecek denyut nadi temannya itu. “Syukurlah kau masih hidup” ujar Yusuf yang masih bisa merasakan denyut nadi Rio. “Sepertinya kau sudah berjuang dengan keras. Istirahatlah dulu, kali ini giliranku” ujar Yusuf sambil mengangkat tubuh Rio kemudian menggendongnya.
Dap... Dap... Dap... Aji smile dan yang lain terus berlari menyusuri lambung Kapal Poseidon. Anak-anak itu terus membuka pintu ruangan yang mereka lewati hingga.... “Teman-teman, aku menemukannya!!” ujar Tanti keras. Teman-temannya yang lain segera mengikuti Tanti memasuki ruangan itu, tampak banyak senjata di dalamnya. “Kita berhasil menemukan ruang senjata” ujar Toni tak percaya. “Baiklah, ayo kita ambil yang kita butuhkan, jangan lupa ambil isi peluru sebanyak mungkin” ujar Nanang mulai mencari-cari senjata yang sesuai dengannya. Aji smile yang mengambil sebuah Bazooka segera berkata keras pada teman-temannya. “Baiklah, kita bagi jadi empat tim. Tim pertama yaitu aku, Nanang, Angga, dan Inggar akan berada di dek atas, kami akan menghabisi awak kapal di atas sana. Tim kedua yaitu Ifah, Rina, Gallant, Hana dan Vian bertugas mensterilkan Kapal Poseidon ini dari para anggota Syndicate, kalau bisa jebak mereka semua ke dalam satu tempat. Tim ketiga yaitu Toni, Tanti, Yessi, dan Iqma juga mensterilkan Poseidon, tapi fokus utama kalian adalah mencari dimana para anggota Syndicate menyimpan bahan pembuat asap penyebab wabah zombie. Tim keempat yaitu Heru, Silvi, dan Fina, kalian bertugas mengendalikan Poseidon, jadi kalian harus berada di kokpit untuk bisa menutup pintu luar, dan pintu-pintu lainnya. pokoknya kendalikan kapal ini” ujar Aji smile panjang lebar. Akhirnya anak-anak itu telah bersiap dengan senjatanya. Kini, mereka pun siap untuk memberikan serangan balik. “Teman-teman, kalau semuanya sudah selesai, kita bertemu lagi di dek atas kapal. Jangan sampai mati” ujar Aji smile pada yang lainnya. Keenambelas anak itu pun berteriak keras “Keluarga Rempong HAH!!! Wisata-Wisata Jos!! Ucup-Ucup Yes!!” dan mereka pun berpencar.
“Kenapa kau bisa seberat ini?” ujar Yusuf yang mulai sempoyongan menggendong Rio. Yusuf terus berjalan pelan menyusuri Poseidon, entah langkah kakinya akan membawanya kemana tapi Yusuf terus berjalan menaiki tangga ke atas. “Aaaah...” Jdag! Yusuf yang tak kuat pun akhirnya menabrak pintu di sebelahnya dan terjatuh ke dalam ruangan itu. Kepala Yusuf terasa pusing, ia mencoba melihat isi ruangan dengan pandangan matanya yang kabur. “Dapur?”
Ifah, Rina, Gallant, Hana dan Vian berlari cepat sambil bersiap dengan senjata yang mereka bawa. “Teman-teman, ini akan berat” ujar Gallant pada teman-temannya yang lain. “Aku tahu” ujar Hana pelan. “Baiklah, kurasa kalian sudah siap apapun yang akan terjadi nanti” ujar gallant sambil tersenyum. Ia senang melihat wajah teman-temannya yang menunjukkan keberanian. “Baiklah, ayo kita serang mereka” Gallant menunjuk rombongan Syndicate yang tak jauh dari posisi mereka. “Serang!!!” Dddrrrrrrddd... Dddrrrd... Gallant dan yang lain segera menembaki para anggota Syndicate secara brutal. “Berhasil, mereka lari!” ujar Vian keras. Para anggota Syndicate memilih untuk mundur tapi Gallant dan yang lainnya tak membiarkannya, mereka mengejar para anggota Syndicate tersebut.
“Kita sampai” ujar Nanang sambil melihat sekeliling. Kini ia dan yang lainnya berada di dek atas kapal Poseidon. “Mereka semua jadi zombie” ujar Inggar tak percaya melihat para awak kapal Poseidon yang berubah menjadi zombie di depan mata kepala mereka sendiri akibat asap beracun yang sebelumnya menyebar di langit. “Jangan sampai membiarkan para zombie ini memasuki kapal” ujar Angga keras. “Ayo serang mereka!!!” teriak Aji smile keras. Keempat anak itu pun berlari maju sambil menembaki para zombie di sekitar mereka. Dor... Dor... Dor... “Tembak langsung di kepalanya!!!” Jduam!!! Aji smile baru saja menembakkan bazookanya ke arah para zombie yang berkerumun hendak menyerangnya. “Aji, jangan sampai membuat kerusakan parah” teriak Nanang mengingatkan. “Baiklah!” ujar Aji smile sambil meletakkan bazookanya kemudian ia menggunakan senapan yang ia temukan di dekatnya. “Rasakan ini, makhluk-makhluk jelek!!!” Dor... Dor... Dor... Dengan mudah Aji smile melumpuhkan para zombie di sekitarnya. Ckiiit... “Berhasil!!” Inggar akhirnya berhasil menutup semua pintu menuju ke dalam kapal. “Dengan ini kalian tidak akan bisa masuk ke dalam kapal” ujar Inggar sambil memandangi para zombie. “Tolong!!!” teriak Angga keras ketika ia tak berdaya dikejar oleh para zombie. “Hyaaaat!!!” Inggar segera menendang keras zombie yang hendak menerkam Angga. “Hosh.. Hosh..” Angga terduduk lemas tak percaya baru saja terselamatkan. “Hyaaat!!!” Inggar terus menendang para zombie yang hendak menyerang, langsung ke kepala mereka. “Angga, kau lebih baik bertarung jarak jauh” ujar Inggar sambil memandangi Angga.
Jdaag... Heru, Silvi dan Fina mendobrak tiap pintu yang mereka lewati sepanjang koridor kapal. “Ruang apa ini?” Silvi memandangi banyak monitor di ruangan tersebut. “Ini ruang kontrol. Kita menemukannya” ujar Fina senang. Heru segera memandangi salah satu monitor. “Astaga” Heru melihat Yusuf dan Rio tengah berada di dapur dan tampak Ysuuf sedang memakan makanan disana. “cctv ini di sebelah mananya kapal?” tanya Heru pada teman-temannya yang lain. “Tiap monitor ini ada nomornya, dan cctv yang menampilkan dapur adalah cctv dengan nomer-nomer akhir. Kalau dek atas ini adalah cctv no.1, berarti dapur ada di bagian bawah kapal” ujar Silvi menduga. “Baiklah, aku akan coba cari mereka kesana. Kalian tidak apa-apa kan, kutinggal?” ujar Heru tiba-tiba. “Ya, baiklah. Aku mengerti kau mengkhawatirkan Yusuf yang sendirian menolong Rio. Cepatlah pergi, kami akan mengunci pintu ruangan ini” ujar Fina pada Heru. “Aku minta maaf... dan terima kasih” ujar Heru yang akhirnya segera pergi meninggalkan Fina dan Silvi. Fina segera mengunci ruangan kontrol lalu mendekati Silvi. Keduanya mempelajari tombol-tombol di depan mereka. “Coba yang ini” Silvi mencoba menekan tombol di depannya yang bernomor 22. Tiba-tiba pintu penghubung koridor yang tampak di cctv no.22 tertutup. “Fina, sepertinya tak sesulit bayanganku” ujar Silvi sambil tersenyum.
Dor.. Dor.. Dor.. Toni, Tanti, Yessi dan Iqma  menembaki tiap ruangan yang mereka lewati. Beberapa anggota Syndicate yang bersembunyi tak bisa lolos dari mereka. “Sejauh ini kita belum menemukan para anggota Syndicate sebanyak tadi. Sebenarnya mereka ada dimana?” ujar Toni bingung. “Kurasa mereka berkumpul di suatu tempat yang cukup luas, mungkin mereka berada di aula kapal ini” duga Iqma. “Ya, itu mungkin saja karena sejak kita berpencar dengan yang lain kita belum berhadapan langsung dengan para anggota Syndicate yang mengejar kita sebelumnya. Satu lagi, kapal sebesar ini akan memakan banyak waktu bila kita terus berputar-putar seperti ini. Sepertinya kita harus mengganti strategi kita” ujar Yessi pelan. “Ya, kita harus memikirkan cara bagaimana mengumpulkan seluruh anggota Syndicate di kapal ini dan menghabisi mereka sekaligus” ujar Tanti sambil berpikir. “sayang kita tak punya alat komunikasi yang bisa menghubungkan kita dengan teman-teman yang lain” ujar Iqma menggeleng-gelengkan kepala. “Aku ada ide. Kita harus cari ruang kontrol, disana pasti ada microphone yang bisa kita gunakan untuk menggiring para anggota Syndicate di kapal ini untuk kita jebak dalam satu ruangan” ujar Toni yakin. “Dan kalau benar dugaanku bahwa para anggota Syndicate itu kini sedang menyusun rencana di aula kapal atau mungkin tempat lain di dalam kapal ini, kita manfaatkan saja tempat itu sebagai lokasi penjebakan, kita kumpulkan para anggota Syndicate di kapal ini ke dalam aula itu” ujar Iqma pada teman-temannya yang lain. “Berarti kita harus menuju ruang kontrol? Apakah Heru dan yang lainnya sudah menemukan ruang kontrol tersebut?” ujar Tanti sambil memandangi cctv di atasnya. “Kita coba saja” Yessi segera mengambil kertas dan pen dari dalam tasnya kemudian menuliskan sesuatu di kertas itu. Ia segera menujukkannya di depan kamera cctv, tulisan itu bertuliskan, “Teman-teman, kalian berhasil memasuki ruang kontrol?” Yessi menelan ludah, berharap teman-temannya itu sudah berhasil masuk ke dalam ruang kontrol. Dreeep... Dreeep... Tiba-tiba pintu penghubung di koridor tertutup secara pelan, kemudian membuka lagi. “Itu kode dari mereka” ujar Yessi tak percaya. Ia segera menulis sesuatu lagi di kertas tersebut. “Teman-teman, tunjukkan dimana posisi ruang kontrol” Yessi kembali menujukkan kertas tersebut di hadapan kamera cctv. Lalu pintu-pintu koridor di dekat mereka bergerak menutup dan membuka. “Arahnya sebelah sana” ujar Yessi senang. “Yessi, kurasa cukup satu orang saja yang menuju ruang kontrol karena tim kita juga bertugas untuk mencari ruang penyimpanan bahan-bahan pembuat asap itu” ujar Toni mengingatkan. “Baiklah, aku akan menuju ruang kontrol dan memberitahukan rencana kita pada teman-teman kita yang lain di ruang kontrol. Aku akan memberikanmu komando untuk menuju ruang penyimpanan bahan-bahan pembuat asap dan aula lewat pintu-pintu yang kubuka dan kututup yang kukendalikan dari ruang kontrol” ujar Yessi cepat. “Apa kau yakin akan sendirian saja kesana?” tanya Iqma menawarkan untuk menemani Yessi. “Tidak apa-apa, kalian bertiga teruskan tugas kalian, aku akan baik-baik saja” ujar Yessi tersenyum. Ia pun pergi meninggalkan teman-temannya dan menuju ruang kontrol.
“Astaga” Gallant dan yang lainnya segera menghentikan langkahnya, mereka kini tiba di aula Poseidon. Para anggota Syndicate yang sejak tadi berlari dari kejaran mereka kini telah bergabung dengan para anggota Syndicate lainnya. “Jadi mereka semua ada disini?” ujar Gallant tak percaya. Para anggota Syndicate itu maju perlahan, mereka bersiap dengan senjatanya. “Gawat” Rina mencoba berbalik tapi ternyata di belakangnya terdapat anggota Syndicate lainnya. “Kita terkepung” Hana dan yang lainnya segera menjatuhkan senjata mereka kemudian berjalan pelan menuju aula. “Apa kita semua akan dieksekusi oleh mereka?” ujar Vian menelan ludah melihat banyaknya anggota Syndicate yang menodongkan senjata ke arah mereka. Para anggota Syndicate itu mendekati Gallant dan yang lainnya kemudian memaksa kelima anak itu duduk dengan lututnya. “Apa kita bisa mengalahkan mereka semua?” ujar Ifah sambil memandangi sekeliling, tampak para anggota Syndicate itu semakin mengerumuni mereka. “Semoga bantuan segera datang” ujar Gallant berdoa. Jlek!!! Tiba-tiba lampu di ruangan itu mati. “What the Hell??” terdengar teriakan keras para anggota Syndicate yang terkejut. Seketika aula berubah menjadi gelap gulita.
“Berhasil Vi” ujar Fina menelan ludah sambil mengamati cctv no.25 yang gelap gulita. “Hanya ini yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan Gallant dan yang lain” ujar Silvi merasa was-was. “Apa Gallant dan yang lainnya bisa melarikan diri dengan keadaan gelap gulita seperti itu, ya?” ujar Fina ragu. Dog.. Dog... Dog... Tiba-tiba terdengar ketukan keras di pintu. “Itu pasti Yessi” Fina segera menuju pintu dan membukakannya. “Fina” ujar Yessi sambil masuk ke dalam ruang kontrol. Fina menutup kembali pintu tersebut kemudian bergabung kembali dengan Silvi. Yessi memandangi cctv yang ada di ruangan itu. “Dimana cctv aula kapal?” tanya Yessi tampak terburu-buru. “No.25 ini. Ada apa, Yes?” tanya Silvi cepat. “Begini rencananya...” Yessi akhirnya menceritakan rencananya pada Fina dan Silvi kemudian ia mengendalikan pintu-pintu di dekat Toni sebagai kode penunjuk arah kemana Toni dan yang lainnya harus pergi. “Ide yang bagus, tapi itu cukup beresiko” ujar Silvi ragu. “Kita coba saja dulu” ujar Yessi yakin.
Toni, Tanti dan Iqma berlari cepat menuju arah yang ditunjukkan Yessi melalui pintu-pintu yang membuka dan menutup. “Baiklah, kalian sudah siap kan menghadapi para anggota Syndicate itu?” ujar Toni sambil terus berlari. “Asal bersamamu, aku yakin!!” ujar Tanti mantap. “Aku siap!!” ujar Iqma tak mau kalah.
Jdag... Yusuf terkejut ketika pintu dapur tiba-tiba terbuka. “Heru?” ujarnya tak percaya. “Syukurlah kau baik-baik saja” Heru segera mendekati Yusuf dan Rio. “Rio... Dia kenapa?” tanya Heru sambil memeriksa denyut nadi Rio. “Dia masih hidup kok. Heru, bagaimana caranya kau bisa menemukanku?” tanya Yusuf penasaran. “Sebelumnya aku berada di ruang kontrol kapal ini” beritahu Heru pelan tapi pandangannya tiba-tiba beralih ke makanan yang ada di tangan Yusuf. “Hah, kau lapar, ya?” ujar Yusuf sambil memberikan Roti di dekatnya. Heru segera memakannya dengan lahap.
Dhuaaarrr!!! Ledakan keras terjadi di dek atas Poseidon. Tampak Inggar yang kelelahan akhirnya berhasil menumbangkan semua zombie di dekatnya. Aji smile terduduk lemas memandangi tumpukan para zombie yang berhasil ia kalahkan. Nanang masih berdiri tegak, memandangi sekitar memastikan bahwa tak ada lagi zombie di atas dek kapal tersebut. “Teman-teman, kita berhasil!!!” ujar Angga yang masih duduk di dekat Inggar. “Iya, sepertinya kita berhasil memusnahkan semua zombie di dek atas ini” ujar Nanang tak percaya, masih memandangi sekitar. Jdbuaaammm...!!! Tiba-tiba ledakan besar terjadi di dekat Inggar dan Angga hingga membuat keduanya terpental cukup jauh. “Inggar!!! Angga!!!” teriak Aji smile dan Nanang bersamaan. Inggar dan angga seketika pingsan, terbaring tak berdaya. Nanang segera mencari si penembak, ternyata sebuah Tank yang bergerak ke arahnya. “Nanang, awas!!!” teriak Aji smile keras dan Nanang berhasil melompat terlebih dahulu ketika Tank itu menembak ke arahnya. Jdbuam!! Tembakan keras itu hampir saja menewaskan Nanang. Nanang segera bangkit lagi dan menembaki Tank itu tapi percuma, Tank itu tak mempan ditembak dengan peluru. “Pasti dari tadi ada anggota Syndicate lain yang bersembunyi di dalam Tank itu ketika asap menyebar dan pasti sejak tadi orang-orang di dalam tank itu juga mengawasi kita ketika kita sedang membasmi para zombie disini. Kurang ajar!!!” Aji smile segera berlari mendekati Bazookanya yang sebelumnya ia tinggalkan. Tiba-tiba pintu atas Tank terbuka dan muncul salah satu anggota Syndicate yang bersiap dengan senapannya dan Drrrrddd... Orang itu menembak ke arah Aji smile tapi Aji smile terus berlari menghindar.
Toni, Tanti dan Iqma kini berada di dekat ruang Aula. Mereka bersiap untuk menyerang dengan tiba-tiba tapi ketiganya berhenti melangkah ketika mendapati ruang di dekat mereka itu gelap gulita dan terdengar ramai di dalamnya. “Apa yang terjadi?” ujar Tanti bingung. “Entahlah, tapi sesuatu yang buruk pasti sedang terjadi” ujar Iqma menebak. Di ruang kontrol, Fina masih menunggu saat yang tepat untuk menghidupkan kembali lampu di aula. “Kenapa Gallant dan yang lain masih belum nampak keluar dari ruang Aula tersebut? Bagaimana ini?” ujar Silvi bingung. “Toni dan yang lain sudah sampai disana. Apa harus kuhidupkan sekarang, lampunya?” ujar Fina masih ragu. “Kurasa lebih baik dihidupkan saja” ujar Yessi sambil menepuk bahu Fina. “Baiklah” akhirnya Fina menekan tombol lampu dan Daaar.. Lampu di Aula kembali menyala. “Sudah menyala” ujar Toni pada Tanti dan Iqma. Ketiganya segera bersiap dengan senjata mereka dan mereka pun memasuki Aula, lalu... Drrrddd... Tiba-tiba terdengar suara tembakan dari dalam. Tampak Gallant, Ifah, Rina, Vina dan Hana menembaki sekeliling mereka. “Teman-teman” teriak Iqma keras. “Astaga. Jadi Gallant dan yang lainnya sejak tadi tak bisa keluar karena saat mati lampu para anggota Syndicate memblokade tiap pintu masuk di Aula itu” ujar Silvi sadar. “Kita harus membantu mereka” toni segera menembak ke dalam Aula. “Teman-teman, lihat itu!!” Ifah menunjuk Toni dan yang lainnya. “Bagus, kita mendapatkan bantuan” ujar Vian senang. Para anggota Syndicate itu akhirnya balas menembak mereka tapi Gallant dan yang lainnya berhasil menghindar. Jraaat... “Kyaaa!!!” tiba-tiba Ifah tertangkap oleh para anggota Syndicate. Gallant dan yang lain terkejut dan menghentikan tembakan mereka. “I’ll kill this girl!!!” teriak anggota Syndicate yang menawan Ifah.
Yusuf dan Heru yang menggendong Rio akhirnya kembali menyusuri lorong. “Heru, kau mau mengajakku kemana?” ujar Yusuf penasaran. “Kita kembali ke ruang kontrol” jawab Heru cepat. Kedua anak itu masih terus berlari hingga sampailah mereka di ruang kontrol. Pintu dibuka oleh Fina, dan anak-anak itu pun segera masuk. “Rio kenapa?” tanya Fina cepat. “Dia masih hidup, dia hanya pingsan” jawab Yusuf sambil membaringkannya di lantai. “Gawat, teman-teman kita sepertinya terkena masalah besar” ujar Yessi terus memandangi cctv Aula dan Jreet...!! Tiba-tiba cctv Aula mati karena terkena peluru nyasar. “Astaga” ujar Fina tak percaya. “Lalu bagaimana kita bisa memantau kondisi teman-teman?” ujar Silvi panik. “Teman-teman, ruang apa ini?” Yusuf terpana memandangi ruangan berwarna putih di cctv no.56. “Ruang asap” ujar Yessi pelan. “Apa?” ujar Yusuf sambil menaikkan alisnya. “Yusuf, pergilah ke ruang asap itu. Sebelumya aku dan timku diminta untuk menemukan ruang itu dan mencari tahu tentang bahan-bahan pembuat virus zombie tersebut” ujar Yessi sambil memegang bahu Yusuf. “Aku ikut” ujar heru tiba-tiba. “Baiklah, ayo!!” Yusuf segera bergegas pergi diikuti Heru meninggalkan ruang kontrol. “Teman-teman, aku harus pergi ke Aula. Aku akan mencoba membebaskan teman-teman kita dari sana. Ketika kami sudah di luar, bersiaplah untuk menutup semua pintu di Aula dan sesuai rencana kita, semua anggota Syndicate akan terjebak di Aula” ujar Yessi cepat. “Tapi Yessi, kau lihat sendiri kan di seluruh monitor cctv disini, masih banyak para anggota Syndicate yang berada di luar Aula. “Maka dari itu, kita butuh ini” Yessi segera memegang Microphone. “Apa yang akan kau lakukan dengan itu?” ujar Fina bingung. “We trapped the Intruders in Main Hall!!!! Come here... The Syndicates!!!” teriak Yessi keras. Kemudian Yessi memandangi monitor cctv di sekitarnya. Berhasil, para anggota Syndicate lainnya segera berlari menuju Aula. “Baiklah, kalau begitu aku akan pergi ke Aula sekarang” ujar yessi sambil menyiapkan senjatanya. “Hati-hati” ujar Fina sambil merangkul Yessi. “Aku akan baik-baik saja” Yessi tersenyum kemudian pergi dari ruang kontrol itu.
Jdbuam!! Aji smile berhasil menembakkan bazooka ke tubuh Tank itu tapi Tank itu masih terus bergerak. “Sialan!!!” ujar Aji smile yang akhirnya kembali berlari menghindari tembakan bertubi-tubi dari anggota Syndicate di atas Tank. “Hyaaat!!!” Tiba-tiba Nanang melompat ke atas Tank dan Jduag!!! Ia berhasil memukul anggota Syndicate yang berada di atas Tank itu. “Bagus, Nang!!” teriak aji smile keras. “Nanang saling adu pukul dengan anggota Syndicate itu. Keduanya berkelahi di atas Tank yang masih berjalan. Jdag!! Nanang berhasil menendang jatuh senjata anggota Syndicate itu. “Aku tidak bisa menembak” ujar Aji smile yang tak mungkin menembakkan bazookanya karena Nanang masih berada di atas Tank. “Hyaaat!!” Nanang dan anggota Syndicate itu saling memukul dan Jdag... Keduanya terjatuh dari Tank... “Nanang!!” teriak aji smile keras tapi pandangannya segera teralih ketika tiba-tiba Tank di depannya itu semakin mendekat dan Jdbug!! Aji smile ditabrak dengan keras oleh Tank itu. “Aaah...” Aji smile bergelayutan di depan tubuh Tank itu, ia merayap pelan-pelan sambil menahan rasa sakit akibat tabrakan tadi. Nanang dan anggota Syndicate itu bergelut dan saling menyerang. “Aaarrrggghh” Nanang mencoba terus memukul anggota Syndicate itu tapi dia kuat sekali hingga Jdaaag!!! Nanang menendang keras bagian vital anggota Syndicate tersebut. “Rasakan ini!” Jduag!! Dengan keras Nanang kembali menginjak bagian vital anggota Syndicate itu dan Dor Dor Dor!!! Nanang segera menembaki tubuh anggota Syndicate itu. “Hosh... Hosh...” Nanang terduduk lemas, ia memandangi Aji smile yang berusaha merayap menuju pintu masuk atas Tank tapi Jdbuam!!! Tank itu menembakkan bomnya keras hingga membuat keseimbangan Aji smile terpengaruh, ia hampir terjatuh dari Tank itu. “Aku tak akan kalah... Dengan Tank sekalipun!!” teriak Aji smile keras. Ciiit... Tiba-tiba Tank itu berhenti mendadak dan Aji smile terjatuh di sampingnya. Nanang mencoba menembaki Tank itu tapi sia-sia. “Aji!! Pergi dari situ!!!” teriak Nanang keras. Aji smile memandangi Tank di depannya yang mengarahkan lubang peluru kepadanya. “Hahaha...” Aji smile tertawa sambil menodongkan Bazookanya ke arah lubang Tank itu. “Jangan Aji!!! Jangan!!!” Nanang segera bangkit dan berlari menuju Aji smile. Dep!! Bazooka di tangan Aji smile masuk secara pas dalam lubang tembakan Tank itu. “Aku takkan menyesali ini” ujar Aji smile bersiap menembak. Tampak anggota Syndicate yang berada di dalam Tank hendak kabur keluar, tapi... “Hyaaaa!!!!” Aji smile berteriak keras dan menembakkan Bazookanya. Jdbuam!!! Ledakan keras terjadi dan anggota Syndicate yang hendak melarikan diri dari dalam Tank itu terbakar. “Tidaaak!!!” teriak Nanang keras melihat tubuh Aji smile terbakar hangus akibat ledakan itu. “Aji!!!!!” Nanang berteriak keras.
Jdap!! Yusuf dan Heru memasuki ruang asap. “Astaga.. Warna putihnya kukira asap, ternyata metal” ujar Yusuf yang meraba tembok metal ruangan tersebut. “Asap-asap itu tersimpan dalam pipa-pipa ini?” ujar Heru memandangi pipa-pipa di sekelilingnya, pipa tersebut berwarna putih. “Apa fungsi tembok metal ini?” ujar Yusuf penasaran. “Yusuf, lihat” Heru menunjuk dua buah monitor di dekat mereka, tampak Ruang Aula dan dek atas kapal. “Ifah?” ujar Yusuf yang tak percaya temannya itu dijadikan tawanan oleh para anggota Syndicate. “Gawat, bagaimana ini?” ujar Heru bingung. “Yusuf segera memandangi pipa asap itu yang mengarah ke dalam satu lubang. “Monitor cctv ruang aula dan dek atas, lalu lubang pipa asap ini... Aaahh.. Aku tak bisa berpikir” ujar Yusuf panik.
Toni dan yang lainnya segera meletakkan senjata mereka. “Kita tertangkap lagi” ujar Rina tak percaya. “Teman-teman, jangan pedulikan aku!!” ujar Ifah sambil menangis. Dep... Tiba-tiba lampu ruang Aula kembali mati dan Dor... Dor... Selama beberapa saat terdengar suara tembakan di ruang Aula dan Dep... Lampu kembali menyala. “Ifaaah!!!” teriak Iqma mendapati Ifah terbaring dengan kepala berdarah. “Ifah!!!” Iqma tak percaya Ifah tertembak selama lampu mati tadi. Dor.. Dor.. Dor.. Toni dan yang lain kembali mengangkat senjata mereka dan menyerang para anggota Syndicate. “Iqma, ayo lari!!” teriak Hana keras. Iqma seolah tak mendengar, ia masih menangisi Ifah dan Dor!! Iqma tertembak oleh salah satu anggota Syndicate. “Iqma!!” teriak Tanti keras. “Teman-teman, ayo pergi!! Cuma ini kesempatannya!” Gallant memimpin teman-temannya menerobos para anggota Syndicate menuju pintu keluar Aula. “Ayo lari!!” teriak Toni yang menarik lengan Tanti agar meninggalkan Iqma dan Ifah yang sudah mati. Para anggota Syndicate mengejar mereka dan tembakan terus terdengar di sepanjang koridor. “Kita terdesak!!” ujar Rina putus asa. “Kita giring mereka ke dek atas!!” ujar Gallant keras.
“Ya tuhan...” ujar Fina memandangi teman-temannya yang melarikan diri dari kejaran para anggota Syndicate. “Sepertinya mereka menuju dek atas” duga Silvi. “Aaahhh...” tiba-tiba Rio terbangun, ia memandangi sekitar. “Rio?” ujar Fina dan Silvi bersamaan, mendekati Rio yang baru saja siuman. “Dimana ini? Apa yang terjadi?” tanya Rio masih pusing. “Sudah, akan kuceritakan nanti. Kamu istirahat saja dulu” ujar Silvi pelan. Rio memandangi monitor cctv di sekelilingnya, dan ia melihat teman-temannya sedang berlarian dalam monitor tersebut. “Apa yang sedang terjadi?” tanya Rio sekali lagi dengan wajah serius.
Jduag!! Pintu dek atas terbuka. Gallant dan yang lainnya segera memasuki dek atas. Nanang yang baru saja mencoba membangunkan Inggar dan Angga yang pingsan terkejut mendapati Gallant dan yang lainnya berlari mendekatinya dan di belakang mereka tampak para anggota Syndicate mengejar mereka. “Apa yang terjadi?” ujar Nanang bingung. Dor.. Dor.. Dor.. Vian dan Toni terus melindungi teman-temannya yang lain dengan terus membalas menembak ke arah para anggota Syndicate. “mana Aji smile?” tanya Gallant cepat. Nanang menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pelan. “Aaah, sial!!” ujar Gallant sambil menendang sesuatu di dekatnya dan “Watauw!!!” Angga terbangun tiba-tiba karena kakinya kesakitan baru saja ditendang oleh Gallant. “Aahh...” Disamping Angga, Inggar juga mulai terbangun. “Apa yang terjadi?” tanya Nanang balik. “Kami gagal mengeksekusi mereka sekaligus dan kini kita terdesak” ujar Gallant sambil memandangi para anggota Syndicate yang ternyata kini sudah mengepung mereka. “Gawat, tak kusangka kita yang akan terdesak seperti ini” ujar Toni tak percaya. Jdbuam!!! Tiba-tiba ledakan keras terjadi. Beberapa anggota Syndicate yang dekat dengan ledakan tersebut terpental jatuh. “Yessi??” ujar Rina memandang Yessi yang berada di pintu masuk lainnya, tangannya menggenggam banyak granat. “Ayo kesini!!!” teriak Yessi keras. Gallant dan yang lainnya segera berlari menuju pintu masuk lainnya tersebut tapi para anggota Syndicate takkan membiarkan mereka berlari semudah itu hingga Syyyuuuuuhhh... Terdengar suara bising di sekeliling mereka. Perhatian segera tertuju pada beberapa lubang kecil yang mengeluarkan asap putih. “Asap apa itu?” ujar Hana sambil menelan ludah.
“Yusuf, apa yang baru saja kau lakukan?” ujar Heru tak percaya. “Hanya ini yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan teman-teman” ujar Yusuf sambil memandangi monitor cctv dek atas. “Kau gila ya? Teman-teman masih di atas sana dan apa yang kau lakukan ini membuatmu tak ada bedanya dengan para anggota Syndicate itu!! Kau menjadikan mereka zombie, itu hal yang sama dengan yang mereka lakukan pada orang-orang di sekitar kita, pada bangsa kita!!” tiba-tiba Heru menarik kerah Yusuf, memandangi Yusuf dengan tatapan tajam. “Jangan-jangan kau yang menyuruh Fina untuk meledakkan bom asap sebelumnya” ujar Heru tak percaya. Yusuf tak menjawab, ia tak menyangka reaksi Heru akan seperti itu. Jdag! Heru menjatuhkan Yusuf di lantai kemudian membuang muka. “Aku kecewa padamu!!” ujar Heru keras.
“Asap itu?” Rio, Fina dan Silvi memandangi dek atas yang makin lama makin berasap putih. Di sisi lain, para anggota Syndicate yang menghirup asap itu segera terbatuk-batuk dan jatuh. “Itu asap penyebar virus!!” teriak Gallant sadar. “Lari!!!” Anak-anak itu berlari makin cepat menuju Yessi dan Jdag!! Tepat waktu, Yessi segera menutup pintu begitu teman-temannya masuk kembali ke dalam kapal. “Teman-teman, pintu masuk kita tadi belum ditutup... Asapnya!!” ujar Vian mengingatkan. Anak-anak itu segera menyusuri lorong dan menuju pintu masuk ke dek atas yang satunya. Tampak beberapa anggota Syndicate yang keluar dari pintu itu tapi mereka tak berdaya karena mereka sudah menghisap asap beracun itu. Dor.. Dor.. Nanang dan Inggar segera menembaki para anggota Syndicate yang akan berubah jadi zombie itu. “Bantu aku!!” teriak Toni keras ketika menghalau para anggota Syndicate yang hendak memasuki kapal. Teman-temannya yang lain segera menembaki anggota Syndicate itu di pintu masuk dan “Ayo dorong!!!” Jdag!! Pintu masuk ke dek atas itu pun kembali tertutup dan asap beracun tak sempat menyebar ke dalam kapal. “Hosh.. Hosh..” Angga terduduk lemas setelah apa yang baru saja mereka lalui.
“Teman-teman... Kita berhasil!!!” tiba-tiba terdengar suara Silvi di seluruh penjuru kapal. “kapal ini bersih dari para anggota Syndicate” ujar suara Silvi lagi. Gallant memandangi teman-temannya yang tampak kecape’an yaitu Vian, Hana, Rina, Toni, Tanti, Inggar, Nanang, Yessi dan Angga. Mereka semua terduduk lemas sambil mencoba berkonsentrasi mendengarkan suara Silvi yang menggema dari ruang kontrol. Heru dan Yusuf berdiri sambil memandangi monitor Dek atas yang kini sudah penuh dengan asap dan tampak para anggota Syndicate berubah menjadi zombie, semuanya. Rio dan Fina mengecek semua monitor cctv di ruang kontrol. Bersih, tidak ada satupun anggota Syndicate yang tampak, mereka semua sudah digiring ke dek atas dan berhasil dikalahkan. Silvi menelan ludah kemudian mendekatkan microphone lebih dekat ke bibirnya, ia kemudian berteriak keras, “Kita menang!!! Kita berhasil membajak Poseidon!!!”



To BE CONTINUED....

            Terima kasih sudah membaca cerber College of the Death ini. Kisah ini diposting ketika kuis sudah berakhir. Terima kasih bagi yang sudah berpartisipasi dalam kuis College of the Death, tinggal tunggu pengumumannya saat Rempong on the Weeks edisi pertama season 2 dimulai. Ha9X... Kisah chapter 8 ini meneruskan kisah chapter sebelumnya, sehingga pertempuran melawan musuh menjadi topik utama dalam chapter ini. Selanjutnya, cerber ini akan rehat sejenak selama 1 penayangan, karena besok Sabtu akan diisi oleh postingan lain. Kini, hanya tinggal beberapa anak saja yang tersisa dari keseluruhan 34 anak yang menjadi tokoh dalam kisah ini, simak lanjutannya minggu depan. Tinggal 4 chapter lagi. Bagi teman-teman, liburan sebentar lagi berakhir dan banyak anak yang sudah mulai mengurus beasiswa. Tetep semangat ya... The Dark Knight dan White Prince undur diri dulu... XOXO.. See ya..


  • ·         Hanya orang hebat dan berhati lapang yang mau memaafkan
  • ·         Jika kamu sangat ingin melakukan hal yang baik, kamu pasti menemukan jalan tapi jika tidak, kamu pasti menemukan alasan
  • ·         Siapakah manusia yang paling baik? Orang yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya. Siapakah manusia yang paling buruk? Orang yang panjang umurnya dan buruk amal perbuatannya.


0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
ini blog perdana "kempong"... mudah-mudahan dapat menampung saran dan segala unek-unek... ada postingan biodata para anggota kempong juga (eksklusif lho... ) jgn lupa tinggalkan komen yach.... terima kasih... HAH!!!

Pengikut

Blogger templates

Blogroll

Copyright © 2012 keluarga rempongTemplate by : UrangkuraiPowered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.