Vian Rempong

Vian, Seberapa “Bejat” kah kau?
            Oe oe... balik lagi bersamaku, The Dark Knight dan White prince dalam Rempong on the Week. Setelah 5 edisi berturut-turut membahas cewek, kini giliran cowok KEMPONG yang dapat bagian. Apakah isi kehidupan cowok juga se complicated kehidupan cewek. We’ll see together. Bahasan utama kali ini adalah Vian, atau yang biasa dipanggil dengan Eko. Anak berambut unik ini akan bisa teman-teman baca profil dan kepribadiannya di edisi kali ini. Langsung saja, ya...
The Dark Knight: Mengapa status kamu selalu mellow? Apa kamu anak yang mellow?
Vian: (Tertawa) Bukan anak mellow, standar saja. Mellow baru kemarin-kemarin karena ditinggal dan dia udah dapet lagi sekarang. Ni lagi dalam tahap pemulihan. Aku tidak mau terpuruk (sampai sebegitunya)
The Dark Knight: Apakah kamu sering galau?
Vian: (tertawa) Enggak, aku ini ceria. Gara-gara kemarin itu saja.
            Penggemar game Winning Eleven ini memiliki tipe cewek ideal, yaitu tidak terlalu putih, rambut panjang, tidak lebih tinggi darinya, punya senyum manis, dan harus rajin ibadah (kemudian menunjukkan foto Cewek yang ia jadikan tema di layar Hpnya)
Vian: G perlu kuutarakan lagi kan, tipe cewekku? Ya kaya’ ini... (Kembali menunjukkan foto dari HP)
The Dark Knight: (menyingkirkan HP Vian) Kamu cari yang rajin ibadah, berarti biar bisa membimbing kamu, ya?
Vian: Iya (Bukannya seharusnya kamu yang membimbing?)
            Vian sering memakai celana robek, baginya itu kelihatan apik. Dia ini memang tidak suka kelihatan bersih, dia menyamakan tidak bersih dengan sederhana, jadi baginya celana robek itu sederhana=apik. Tanggapannya tentang peran Boy cukup mengejutkan, ternyata ia merasa peran Boy menantang. Kendala yang ia alami yaitu Boy menderita sepilis, dan Vian tidak tahu (dan tidak berusaha mencari di Internet karena dia berkata, di Internet itu belum tentu benar) apa itu Sepilis, jadi dia merasa belum bisa menjiwainya. Ia hanya mengikuti apa yang tertulis di naskah. Karena Boy jalannya ngangkang, Vian pun ikut ngangkang. Pendapatnya tentang latihan drama selama ini sudah bagus, tapi ia merasa teman-teman yang lain kurang mendukung, sibuk sendiri-sendiri jadi ia merasa belum maksimal latihannya. Pecinta Sate ini memiliki hobby menjahili orang. Hal paling memalukan yang pernah ia alami ketika ia kelas 2 SMA, karena Vian takut dengan ‘uler’, teman-temannya menakut-nakutinya. Vian lari keliling depan kelas. Eh, ternyata itu cuman daun. Vian tidak merasa dirinya pintar, sedengan saja, katanya. Mata kuliah favoritnya adalah Pembelajaran Menulis. Ia merasa mata kuliah tersebut mudah (padahal bagiku menegangkan), dan menurut Vian, bu ida itu cukup perhatian dan kritis terhadap mahasiswa. Ada yang mengatakan Vian itu umbrus, tapi Vian tak begitu peduli karena ia mengakui dirinya itu srugal-srugul (entah ini bahasa Pekalongan, aku G bisa me subtitlenya)
The Dark Knight: Hal apa yang paling menyedihkan dalam hidupmu?
Vian: Masih kecil aku sudah dipondokkan, sejak kelas satu SD aku sudah mondok. Maksud orang tua baik, tapi karena itu aku jadi jauh dengan orang tua, sampai sekarang dan saat itu aku kurang punya teman. Karena pondoknya itu dekat dengan rumah, pernah dulu aku pulang diantar tukang kerupuk ke Rumah, tapi sampai rumah orang tuaku langsung mengantarkanku kembali ke pondok. Dan ketika aku dipondokkan di tempat yang jauuuuh sekali dari rumah, aku tak bisa pulang lagi... Orang tuaku sebenarnya juga masih menghubungi, bahkan dulu sempat mengantarkanku ke Rumah Sakit ketika kena Malaria dan Tipes saat aku SD dan SMA. Aku ini anak pertama, kedua adikku tidak ada yang dipondokkan, kecuali aku...
The Dark Knight: Wow, Enggak adil sekali. Masa’ adik-adikmu enggak dipondokkan?
Vian; Iya, enggak..
The Dark Knight: Mungkin karena orang tuamu sudah mendapatkan pengalaman darimu, telah gagal membesarkanmu, jadi mereka enggak memondokkan adik-adikmu (tanpa rasa dosa)
Vian: (tertawa ternganga)
Handoko: (tiba-tiba nimbrung) Vian, tahukah kau, dalam hatinya Yusuf, namamu itu artinya rusak (memanas-manasi)
White Prince: (juga ikutan nimbrung) Vian, gimana tuh, Sikat aja!! (ikut memanas-manasi)
The Dark Knight: (2 mas-mas rempong ini kenapa sih? Aku ngasih komentar untuk Vian, kok mereka yang panas?) Pertanyaan lain, apa orang tuamu peduli pada IPmu?
Vian: Sangat amat peduli. Dulu di semester 3 pernah dapat IP 3 keatas..
The Dark Knight: Tunggu... Apa, kamu pernah dapat IP 3 ke atas (Benar-benar terkejut) ???
Vian: (melongo) Celet ig, iso kaget...
Handoko: di pikirannya Yusuf tu G mungkin kamu dapat IP 3
White Prince: Sikat aja!!! (Bersemangat memanas-manasi)
The Dark Knight: Sudah, biarkan saja mereka. Lanjutkan menjawab pertanyaanku
Vian: (menurut) Iya, orang tua suruh meningkatkan, tapi di semester 4 dapat IP 2, 9. Oh iya, semester ini aku mengambil 22 sks, tapi aku punya 3 mata kuliah yang belum keluar nilainya sampai sekarang, jadi aku G bisa lulus di semester 7
The Dark Knight: (Kenapa nada bicaranya mantep sekali ni anak kalau G bisa lulus semester 7?)
Di Pondok, tidak semua yang ia alami adalah hal buruk. Kalau banjir, dia dan teman-temannya biasa berenang-renang di dekat makam kyai pondok tersebut. Selain itu pernah ketika masih di madrasah SMP ketika pulang bersama temannya (waktu itu dia membonceng), gara-gara suasana angker saat melewati kuburan, tiba-tiba temannya yang memboncengkannya meloncat dari sepeda dan meninggalkannya sendirian di kuburan. Ha9X... Kasihan sekali. Efek positif Mondok yang ia dapatkan adalah ia bisa menghindari yang namanya alkohol (HANYA ITU) dan efek negatifnya ya itu, hubungannya dengan orang tuanya tidak dekat, jadi dia malas tinggal di rumah, ia lebih suka keluar. Bapak Vian merupakan figur yang cukup ditakuti Vian, tapi ia merasa kadang bapaknya juga perhatian padanya. Ibunya juga perhatian. Oh iya, ada kisah menarik. Dulu Vian pernah ketahuan ngrokok oleh adiknya, dan langsung diaduin ke ibunya. Ha9X... dasar...
Vian mengaku bahwa ia sering (lebih tepatnya mudah, menurutku) menangis. Bila ia mengikuti renungan, ia pasti menangis (Garis bawahi kata PASTI) tapi setelah itu lupa (G kaget) jadi setelah renungan,. Nangis, langsung lupa. Bahkan saat nonton Jika Aku Menjadi, dia bisa menangis juga (Segitunya, ya...). Vian masih sering bolong sholatnya, ia mengaku kesulitan bangun pagi dan sholat Ashar.
The Dark Knight: Tolong jawab gosipmu dengan Iryani!
Vian: (tertawa) Itu sebenarnya kami bersekongkol, kami merencanakan sendiri untuk membuat sensasi
The Dark Knight: (Dalam hati: G lucu, ah) Dan menurut kalian, sudah berhasil?
Vian: Berhasil!
            Alasan Vian takut ‘uler’ tu karena ia takut ‘dirembeti’, dan sebenarnya orang tua Vian juga masih menghubungi Vian, “Sudah makan, belum?” “Sudah sholat, belum?”. Vian mengaku meniru boyband korea untuk model rambutnya, karena dia bilang kalau panjang, rambutnya kaku, jadi dia membuat rambutnya berdiri saja. Vian suka sekali menulis ternyata, dia prefer ke puisi dan cerpen, karena bisa mengambil pengalamannya sendiri.
The Dark Knight: Udah pernah pacaran berapa kali? Tolong ceritakan kisahmu
Vian: (menghitung) Empat. Dulu ketika Persami aku bertemu dengannya, eh ternyata pondokku dekat dengan sekolahnya. Lalu aku PDKT dan kami jadian. Kami putus setelah 2 tahun memepertahankan cinta kami meskipun sering putus nyambung hingga 3 kali aku ngalah tiap kali kami berantem karena LDR. Itu adalah hubunganku yang paling lama. Dia anak yang baik, selalu memberiku masukan dan motivasi. Oh iya, selain itu ada lagi. Aku pernah dilabrak. Dulu aku punya temen cewek, tapi kami G pacaran. Tiba-tiba saat di Warung ma temen-temenku, ada laki-laki datang, kami kira dia mau melabrakku, ternyata dia Cuma menginterogasiku apakah aku pacaran atau enggak dengan temanku itu (Ya berarti itu bukan dilabrak, dong! Cuman diinterogasi!)
The Dark Knight: Kenapa kamu milih bahasa Indonesia? Lebih tepatnya, kamu kok bisa lulus ujian masuk sih? Dan kamu ini serius kuliah G, sih? (menggebu-gebu)
Handoko: (kembali nimbrung) Nah kan, di otaknya Yusuf tu nama kamu udah rusak (memanas-manasi)
White Prince: Sikat aja, Ian!! (Terus memanas-manasi)
Vian: (tidak termakan hasutan Handoko dan White Prince) Kelas 3 SMA dulu tu suka bahasa Indonesia gara-gara guru bahasa Indonesia (laki-laki) ngajarnya enak. Setelah terjun di kuliah, ternyata jauh berbeda dari perkiraanku. Gampang-gampang susah. Kendalanya ya virus malas. Dulu aku ikut SPMU, diwawancarai oleh bu Sumartini, aku masih ingat.
The Dark Knight: Lalu caramu mengalahkan virus malas itu apa?
Vian: aku menyuruh Aji dan Gunawan untuk membangunkanku (yang kau lakukan tu cuman solusi untuk membangunkanmu dari tidur kalau ada kuliah pagi)
The Dark Knight: Ok, pertanyaan terakhir..
Vian: Tunggu Suf, tambahi lagi pertanyaannya... (Meminta dengan sangat)
The Dark Knight: (terkejut) Ya... Ya... Baiklah.. Lalu kenapa kamu se kos dengan Aji dan Gunawan? Kamu mau membentuk komunitas Pekalongan, ya?
Vian: Bukan. Aku baru tahu kalau yang ngekos di kosnya Aji tu anak-anak Pekalongan. Aku se kos dengan Aji dan Gunawan tu karena..
Tony: (tiba-tiba menyela) karena homo...
Vian: agar mereka bisa membangunkanku saat pagi dan dipermudah kalau lagi ada tugas.
Tony: Ngapusi deh, vian satu kos ma Aji agar Vian bisa masuk ke kamarnya Aji
Aji: Cah iki sak kamarku og... (Ikut nimbrung)
Tony: Wah, pas kui... (Tertawa)
Vian: Ah Ji, diwe konangan... (Vian dan Aji tertawa keras)
             Vian mengaku bisa membaca kitab gundul, tapi ketika Tony menyuruhnya untuk mempraktekkannya, ternyata Vian memang benar-benar bisa membacanya meskipun kata Tony, yang dibaca Vian adalah dasarnya. Pengalaman memorable Vian adalah ketika ia dan teman-temannya berkunjung ke Baturraden saat hari raya yang lalu. Awalnya mereka berencana menginap 1 kamar untuk semunanya, tapi ternyata kapasitas satu kamar hanya 3 orang, jadi mereka terpisah-pisah. Vian tertawa sambil bercerita kalau banyak pasangan mesum yang menginap disana bahkan ada anak berkerudung pula (Ckckckck... Ora kaget)
The Dark Knight: Soal cewek yang masuk ke kamar laki-laki meskipun di kos-kosan, kamu setuju G?
White Prince: (tertawa keras kemudian membisiki Vian) Tergantung Niat, Ian.. Hahaha..
Vian: (tertawa) Selama yang lain tidak terganggu, ya tidak apa-apa.
Tony: Suf, coba tanyakan Vian tentang pengalamannya jadi moderator. Bagus banget, udah kaya’ Dorce (tertawa)
Vian: (langsung menirukan gaya Dorce) Kesempurnaan itu bukan milik bla bla bla..
            Vian punya cerita lucu lagi saat di Pondok. Gara-gara salah paham antara pondok dan sekolah, ia dan teman-temannya dihukum untuk kungkum di kolam mandi selama 2 jam, padahal aslinya sekolah yang salah, saat tahu pondok G mengijinkan sekolah memberi les kepada santri-santrinya karena bertumbukan jadwal dengan acara pondok, kok sekolah bilang pondok sudah mengijinkan. Kasihan Vian dan teman-temannya. Bagi Vian, rokok dapat meringankan sedikit kepenatannya. Ia menjadi perokok aktif sejak kelas 3 SMP (karena dipengaruhi oleh teman)
The Dark Knight: Bagaimana pendapatmu tentang adik-adikmu?
Vian: mereka terkekang. G boleh orang tua keluar, G boleh begini, begitu (Ya iyalah, kan sudah dapat pengalaman ketika membesarkanmu dulu)
The Dark Knight: Kamu takut kehilangan apa?
Vian: Orangtua. Aku belum bisa membanggakan kedua orangtuaku
The Dark Knight: Lalu setelah semua yang sudah kamu alami, menyesal sudah mondok?
Vian: G ada kata menyesal. Seburuk-buruknya hal yang aku alami, pasti ada hikmahnya, bahkan sekarang aku berpikir untuk mondok sendiri. Oh iya, ini... (menunjukkan kartu pondoknya kepada orang-orang disekitarnya)
Tony: Ada no.kamarnya juga (tertawa)
The Dark Knight: Kok di foto ini kamu tampak lebih alim dari yang sekarang, ya?
White Prince: Sudah kubilang kan, sikat saja! (kembali memanas-manasi)
Vian: (tidak terhasut) Iyo, aku kangen masa-mas itu (TENAN PUORA???)
            Pecinta warna hitam dan merah ini memberikan pesan kepada teman-teman KEMPONG, ia ingin semuanya lebih serius ketika latihan. Ok, Semangat!!! Lalu alasan Vian sebenarnya memilih KEMPONG adalah karena jadwalnya enak (entah ini maksudnya enak yang bagaimana). Satu lagi, judul Vian, Seberapa Bejatkah Kau? Sebenarnya memang G pantas dan G nyambung ma isi artikel ini. Judul tersebut kutulis semata-mata karena permintaan Vian sendiri. Jadi ya, walaupun G nyambung ma isinya, but it’s ok. Ak G tahu kenapa dia menyuruhku menjadikan kata-kata itu sebagai judul. Ok, it’s done. Artikel ini berisi banyak pembelajaran hidup, bukan sekadar guyonan saja (di artikel-artikel sebelumnya juga) jadi selain kita bisa lebih mengenal teman kita, kita juga bisa belajar dari pengalaman mereka. Aku berharap artikel Rempong on the Week ini bermanfaat bagi para pembaca. Nah, siapa yang akan jadi Rempong on the Week berikutnya? Bisa aja kamu yang berikutnya!! Aku si the Dark Knight dan White Prince undur diri dulu. Sampai jumpa di artikel Rempong on the Week berikutnya... See Ya...
Bonus Cerpen
Aku Masih Terlalu Kecil
            Namaku Vian, aku baru saja lulus TK. Dulu, setiap pulang dari TK, ibuku selalu menjemputku. Sebentar lagi aku akan masuk SD. Sebagai hadiahnya, bapak dan ibu mengajakku ke pasar malam. Aku senang sekali, kami menghabiskan waktu bersama dengan mencoba berbagai permainan. Saat menaiki bianglala, ibu dan bapak memberitahuku sesuatu, mereka ingin memasukkanku ke pondok. “Bapak, pondok itu apa?” aku bertanya pelan sambil memandangi wajah ibuku yang hanya menjawab dengan senyuman.
            Akhirnya aku masuk sekolah dasar. Rasanya berbeda dengan saat TK, pakaianku sekarang merah putih seperti bendera. Lalu suatu sore aku diajak oleh bapak dan ibu pergi ke sebuah tempat yang tidak jauh dari rumah. Tempat itu luas, lebih luas dari sekolahku. Banyak kakak bersarung dan memakai peci. Bapak dan ibu mengenalkanku pada orang-orang disana. Aku malu ketika harus memperkenalkan diriku pada semua orang yang kutemui. Lalu setelah menunjukkan sebuah kamar padaku, mereka mengajakku pulang. Di rumah, bapak dan ibu terus memberitahuku soal pondok, tapi aku tidak tahu bapak dan ibu bicara apa. Pondok itu apa?
            Di sore yang lain, ibu dan bapak mengajakku kembali ke tempat yang mereka sebut dengan pondok. Barang-barangku dikemas dalam tas besar. Setelah berbincang cukup lama dengan beberapa orang disana, bapak dan ibu meninggalkanku, kali ini bapak dan ibu tidak mengajakku pulang ke rumah. Aku memamdangi bapak dan ibu yang berjalan pergi. “Bapak! Ibu!” teriakku keras tapi mereka tak menyahut.
            Di pondok, aku disuruh mengaji dan sholat berjamaah. Setiap hari aku menunggu di gerbang pondok. Apa bapak masih kerja? Apa ibu sedang sakit? Kenapa tidak ada yang menjemputku?
            Setelah pulang dari sekolah, seperti biasa, aku jajan dulu di depan gerbang bersama teman-temanku. Tiba-tiba muncul tetanggaku yang sedang berjualan kerupuk. Aku berjalan mendekati bapak-bapak penjual kerupuk. “Pak, ini Vian. Bapak ingat Vian?” tanyaku pelan. Aku senang sekali, ternyata bapak-bapak penjual kerupuk itu mengenaliku. “Bapak, Vian mau ikut bapak pulang. Boleh?” ujarku penuh harap. Tetanggaku itu mengangguk ramah, kemudian menaikkanku ke dudukan sepeda di belakang. Sepanjang perjalanan pulang, aku merasa senang karena akhirnya aku akan bertemu lagi dengan bapak dan ibu.
            Sudah sampai depan rumah, aku menyalami tangan tetanggaku lalu berlari menuju halaman rumah. Di teras, aku melihat bapak dan ibu yang sedang menjemur pakaian bersama-sama. “Bapak! Ibu!” ucapku girang, kemudian memeluk keduanya, tapi... “Vian?” ibu dan bapak segera melepaskan pelukanku, keduanya memandangiku dengan kaget, tidak seperti wajah bapak dan ibu yang biasa kukenal. “Ayo...” tiba-tiba bapak menarik lenganku, ibu diam saja, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa bapak dan ibu bersikap seperti itu. Kemudian, bapak langsung mengantarkanku kembali ke tempat yang bernama pondok.
            Tapi tiap hari aku terus pulang ke rumah, dan tiap hari pula bapak kembali mengantarkanku ke pondok hingga bapak pun berkata pada ibu, “Tidak ada cara lain, kalau pondoknya masih satu desa akan begini terus”. Suatu sore yang lain, bapak dan ibu mengajakku jalan-jalan. Kami naik bus menuju tempat bernama Purworejo.
            Bapak dan ibu berbincang pada banyak orang di tempat yang bernama pondok. Tapi, kali ini pondok yang lain, bukan pondok yang dulu. Lalu, bapak dan ibu kembali meninggalkanku, keduanya naik bus dan tak mengajakku.. “Ibu... Bapak... Kenapa meninggalkanku?” ujarku pelan memandangi bus yang perlahan-lahan hilang dari pandanganku. Aku tidak tahu jalan pulang, sejak itu aku tidak bisa kembali ke rumah lagi, tidak bisa membonceng tukang kerupuk untuk pulang. Tapi aku masih menunggu bapak dan ibu menjemputku di gerbang sekolah. Ya... Sekolahku yang baru. Tiap malam aku juga melihat jendela kamarku, melihat bintang dan menggambar-gambar wajah bapak dan ibu. “bapak... Ibu... Kenapa? Aku tidak bisa melihat kalian, aku ingin bertemu. Aku tidak tahu kenapa aku dipondokkan? Bapak ibu... Aku masih terlalu keci... Aku tidak tahu jalan pulang, aku sudah tidak bisa lagi pulang kepada kalian, ke hati kalian... kalian sudah... kehilanganku”

1 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
ini blog perdana "kempong"... mudah-mudahan dapat menampung saran dan segala unek-unek... ada postingan biodata para anggota kempong juga (eksklusif lho... ) jgn lupa tinggalkan komen yach.... terima kasih... HAH!!!

Pengikut

Blogger templates

Blogroll

Copyright © 2012 keluarga rempongTemplate by : UrangkuraiPowered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.